Lulusan Sekolah Tinggi Pelayaran Indonesia Banyak “Dicomot” Asing

- Editor

Kamis, 26 Januari 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lulusan sekolah tinggi pelayaran Indonesia bukan hanya diminati di dalam negeri, tetapi juga pihak luar negeri/asing. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Bobby R. Mamahit mengakui bahwa selama ini sebagian besar lulusan sekolah tinggi pelayaran berstandar internasional milik pemerintah lebih banyak digunakan  perusahaan pelayaran asing, baik di dalam maupun di luar negeri.

“Dalam satu angkatan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Marunda, misalnya, ada 20 taruna, sebanyak 15 lulusannya atau sekitar 70 persen pasti bekerja di perusahaan pelayaran asing,” ujar Bobby dalam Sarasehan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan di Jakarta, 25 Januari 2011.

Menurutnya, hal itu tidak bisa dicegah karena umumnya para taruna mendapatkan tawaran gaji 3-4 kali lebih tinggi di perusahaan pelayaran asing ketimbang mengabdi di perusahaan pelayaran nasional. “Itu hak dan tak bisa dicegah,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia memberikan contoh, gaji terendah pelaut di perusahaan pelayaran asing saat ini minimal 500 dollar AS per bulan atau sekitar Rp 5 juta dengan kurs per dollar AS Rp 10.000. Sementara itu, gaji untuk kelas perwira biasanya berkisar 2.000-3.000 dollar AS atau sekitar Rp 20 juta-Rp 30 juta per bulan. “Hal yang kurang lebih sama terjadi di perusahaan pelayaran asing yang berlayar di Indonesia, misalnya kapal-kapal yang melayani kegiatan pengeboran minyak lepas pantai (off shore),” ujar Bobby.

Kondisi tersebut juga dipicu tingginya permintaan pelaut dunia dan Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Di sisi lain, pasokan SDM tetap terbatas. “Hingga 2012 saja, dunia memerlukan perwira pelaut baru sebanyak 83.000 orang, sedangkan kemampuan nasional hingga lima tahun ke depan hanya mampu memasok 18.000 perwira dari total pelaut sebanyak 43.000 orang,” katanya.

Oleh karena itu, kata Bobby, pihaknya akan meningkatkan kapasitas sekolah tinggi pelayaran nasional dalam beberapa tahun ke depan, antara lain dengan membangun sekolah pelayaran di beberapa provinsi seperti Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Riau, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Barat.

Sumber: Kompas dan IndonesiaProud

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB