Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi Trisakti (Insurance Business School), Ariyanti Suliyanto dalam percakapan dengan SH, di ruang kerjanya, Senin (9/7) lalu menjelaskan bahwa industri perasuransian adalah jenis usaha yang masih cukup menjanjikan di Indonesia mengingat bahwa dalam situasi ekonomi seperti apapun, asuransi tetap dibutuhkan baik oleh masyarakat individu maupun badan usaha lainnya seperti perbankan.
Menurut konsultan GCG Perasuransian di ISEA ini, perusahaan perasuransian yang beroperasi di Indonesia tahun lalu sebanyak 46 perusahaan asuransi jiwa, 87 asuransi kerugian (umum), 4 perusahaan reasuransi, 2 asuransi sosial dan 3 perusahaan asuransi untuk pegawai negeri dan ABRI. Selain itu tambah dia masih terdapat 235 perusahaan penunjang yaitu pialang asuransi (broker), pialang reasuransi, penilai kerugian (loss adjuster), konsultan aktuaria dan agen asuransi.
Dengan keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut kata dia, tersedia peluang kerja yang cukup besar bagi lulusan lembaga pendidikan, khususnya yang berkonsentrasi pada ilmu asuransi. Dan, Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi Trisakti, dahulu bernama Akademi Asuransi Trisakti (AKASTRI) yang didirikan pada tahun 1984 yang kini dipimpinnnya merupakan lembaga pendidikan asuransi yang diharapkan dapat mencetak lulusan guna memenuhi kebutuhan SDM industri perasuransian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lewat kelihaian aktuaris mengoperasikan kalkulator-lah, perusahaan asuransi pun bisa tenang menjalankan bisnisnya. Mereka juga bisa bekerja sebagai konsultan aktuaria. Untuk mencetak seorang aktuaris pun tidak mudah. Layaknya seorang dokter atau analis pasar modal, aktuaris harus punya sertifikat yang mengidentifikasi bahwa dia seorang aktuaris. Gelar ini bernama Fellowship of the Society of Actuaries of Indonesia (FSAI).
Karena peran penting aktuaris inilah regulator mewajibkan perusahaan asuransi mempekerjakan aktuaris. Sayang, dari ribuan professional Indonesia, ternyata cuma segelintir orang yang menekuni profesi ini. Menurut hitungan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), saat ini, tidak lebih dari 150 aktuaris saja yang ada di Indonesia
Dengan tanggungjawab yang tidak ringan ini membuat imbalan aktuaris tergolong wah. Aktuaris tingkat pemula bergelar FSAI sanggup membawa pulang uang minimal Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan.
Jika si aktuaris tergolong andal dan memiliki rekam jejak yang baik, perusahaan terutama perusahaan asuransi tak keberatan mengganjar mereka dengan gaji antara Rp 40 juta sampai Rp 60 juta sebulan. Artinya, gaji aktuaris yang sudah memiliki nama bisa setara dengan gaji direktur sebuah perusahaan.
Ariyanti juga menambahkan, pada saat pendirianAKASTRI, belum ada Akademi maupun Sekolah Tinggi di Indonesia yang khusus menyelenggarakan pendidikan asuransi. Pada saat itu yang ada adalah kursus-kursus asuransi yang memberikan sertifikasi, antara lain Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia (LPAI), Jakarta Insurance Institute (JII). Pendidikan asuransi juga diberikan melalui mata kuliah asuransi yang ada pada kurikulum di beberapa fakultas (Ekonomi dan Hukum) namun itu hanya berupa pengetahuan tambahan.
“Visi misi saya sebagai pimpinan Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi adalah bahwa sekolah ini harus dikelola secara profesional, jujur dan independen, artinya diselenggarakan tidak hanya untuk kepentingan pihak-pihak tertentu tetapi untuk masyarakat luas dalam rangka mempersiapkan SDM industri pengguna melalui lulusan yang unggul, khususnya industri perasuransian,”jelas Ariyanti yang juga Komisaris Independen PT Asuransi Indrapura dan PT Asuransi Wana Artha Life.
Ariyanti menambahkan, perlu dipahami terlebih dahulu, bahwa saat ini sering muncul keluhan dari pemberi kerja bahwa para lulusan lembaga pendidikan pada umumnya masih belum siap pakai. Hal ini disebabkan karena kompetensi lulusan belum nyambung dan cocok (link and match) dengan kebutuhan pemberi kerja.
Oleh karena itu strategi yang ingin Ariyanti kembangkan utamanya adalah bisa mempertemukan kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri pengguna lulusan, dalam hal ini adalah industri perasuransian. Mengingat bahwa industri perasuransian terus berkembang maka lanjut dia, kualitas lulusan STMA Trisakti juga harus bisa menyesuaikan. Untuk itu, hal-hal yang perlu dibangun dan dikembangkan secara terus menerus adalah kurikulum yang berbasis kompetensi, terutama pada mata kuliah inti.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dijelaskan Ariyanti, saat ini Biro Perasuransian bersama seluruh asosiasi industri perasuransian sedang menyusun Gran Desain Edukasi Asuransi Indonesia (GDEAI). Di GDEAI, Ariyanti juga salah satu anggota tim perumus kompetensi. Diharapkan dapat disusun beberapa fungsi kompetensi kunci dan kompetensi utama dalam perasuransian yang akan diajukan kepada pemerintah dalam hal ini adalah Depnakertrans sebagai standar kompetensi kerja nasional. Apabila SKKNI perasuransian telah disahkan, maka kurikulum inti STMA Trisakti menurut dia akan dengan mudah disesuaikan.
Ariyanti melihat, minat masyarakat Indonesia terhadap dunia perasuransian dan juga minat lulusan SMA maupun SMK yang masuk pada dunia pendidikan tinggi asuransi, keduanya masih relatif rendah, meski menunjukkan adanya peningkatan pada beberapa tahun terakhir, baik minat masyarakat untuk membeli produk asuransi maupun minat lulusan SMA maupun SMK masuk pendidikan asuransi. Karenanya kata dia, adalah tugas para pelaku industri perasuransian dan lembaga pendidikan asuransi untuk (tidak terkecuali regulatornya) selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan awareness ini.
Guna menjaring calon mahasiswa baru untuk kuliah di STMA Trisakti, pihaknya seperti diceritakan Ariyanti, melakukan roadshow ke SMU dan SMA. Biasanya siswa yang dibidik adalah siswa-siswi yang baru duduk di kelas satu. “Mereka harus dikenalkan dulu tentang apa itu asuransi. Nah, di kelas dua mereka sudah punya gambaran. STMA Trisakti melakukan kegiatan goes to school secara rutin”ujarnya.
Program Studi yang tersedia di STMA Trisakti adalah Program Diploma Tiga (D-III) terakreditasi untuk Program Studi Asuransi Jiwa dan Program Studi Asuransi Kerugian. Sementara Program Strata Satu (S-1) terakreditasi untuk Program Studi Manajemen Asuransi dengan pilihan konsentrasi yang diambil mulai Semester VII yaitu Manajemen Asuransi Jiwa, Manajemen Asuransi Kerugian, Manajemen Asuransi Aktuaria, Manajemen Asuransi Syariah, Manajemen Asuransi Laut, Manajemen Pemasaran Asuransi dan Manajemen Kewirausahaan. Konsentrasi-konsentrasi yang ada di STMA Trisakti membuat lulusannya itu lebih fokus ke ke bidang kerjanya, misalnya mahasiswa tersebut lulus dengan konsentrasi marine otomatis ditempatkan di unit marine.
Dalam rangka meningkatkan jumlah mahasiswanya, ada 4 jalur Penerimaan Mahasiswa Baru diselenggarakan, yaitu Jalur Reguler yakni fresh graduate dari SMU dan sederajat, MAN dan SMK (lulus tahun ini atau tahun lalu). Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), fresh graduate dari SMU dan sederajat, MAN dan SMK yang lulus tahun ini dengan nilai akademis rata-rata rapor per semester kelas X dan XI minimal 7,1.
Sedangkan Jalur Beasiswa, diperuntukkan bagi calon mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi dan membutuhkan sponsor untuk menanggung biaya perkuliahan. Fresh graduate dari SMU dan sederajat, MAN dan SMK yang lulus tahun ini dengan nilai akademis rata-rata rapor per semester kelas X dan XI minimal 8,0 atau nilai ujian nasional 50 untuk lulusan SMU dan MAN dan 40 untuk lulusan SMK. Pada beasiswa penuh, mahasiswa mengikuti perkuliahan reguler sedangkan Beasiswa Magang mewajibkan mahasiswa bekerja pada perusahaan sponsor pada hari Senin hingga Kamis (berlaku saat ini dan dapat dirancang sesuai kebutuhan tanpa menyalahi ketentuan regulasi pendidikan) dan mengikuti perkuliahan pada hari Jumat dan Sabtu.Selain itu ada alih program yaitu lulusan D-III yang melanjutkan ke program S1.
Tanggung Jawab Moril Ariyanti Suliyanto
Ketertarikannya, aku Anggota Panitia Seleksi Pemilihan Calon Anggota Dewan Komoisioner Otoritas Jasa Keuangan sesuai Kepres No. 19/M tahun 2012, lebih kepada rasa tanggung jawab dalam menyikapi kemunduran pendidikan di Indonesia dari segi kualitas, khususnya dalam mewujudkan link and match antara lulusan dan pengguna lulusan.
Kalau dari sisi fasilitas, kata perempuan hobi travelling dalam dan luar negeri ini, banyak lembaga pendidikan yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat bagus dan menarik bagi yang berduit untuk menyekolahkan anaknya ke sana, meski itu juga hal yang tidak boleh diabaikan.
Berbekal pengalaman sebagai praktisi di perusahaan asuransi lebih dari 25 tahun, Anggota Pokja (Tim 7) Penataan Fungsi Kompetensi Industri Perasuransian dan Pemenuhannya, Biro Perasuransian Bapepam-LK Kementerian Keuangan RI ini memberanikan diri masuk dunia pendidikan untuk mengisi peluang yang diberikan oleh Yayasan Trisakti.
“Saya sadar betul bahwa bukan hal yang mudah untuk memasuki dunia pendidikan, banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan banyak hal yang harus dipelajari. Dari persyaratan akademis sampai pada regulasinya, tentu ini menuntut tenaga dan waktu yang tidak sedikit,”kata Ariyanti.
Perempuan yang waktu menjabat sebagai CEO PT Asuransi Bintang Tbk ini di tahun 2003 mengantar perusahaan memperoleh Juara I Annual Report Award yang diberikan Menteri Keuangan RI ini memiliki filosofi hidup untuk berbuat sebanyak mungkin kebaikan melalui usaha apapun sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Perempuan ini juga mengaku tidak akan pernah berhenti belajar dan mendengar hal-hal yang baik.
Meski sibuk dengan berbagai aktifitasnya, ketika ditanya manajemen waktu antara keluarga dan kerja, menurut dia bukan masalah mengatur atau membagi waktu. Akan tetapi lebih kepada kompromi dengan keluarga.(Farida Denura-Sinar Harapan)