Meski Pembuluh Darah Tampak Membiru, Darah Tetap Merah

- Editor

Rabu, 6 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Terkadang, pembuluh darah yang terlihat di kulit tampak membiru. Sebagian orang menganggap kondisi itu menunjukkan darah berubah jadi biru karena darah tersebut mengandung banyak karbon dioksida dan kekurangan oksigen. Darah itu sedang dalam perjalanan kembali menuju paru-paru.

Namun, situasi itu bukan berarti darah manusia menjadi biru karena darah manusia tidak pernah berubah menjadi biru. Darah manusia selalu berwarna merah karena mengandung protein hemoglobin.

Hemoglobin mengandung senyawa berwarna merah yang disebut heme. Heme tersebut mengandung atom besi yang terikat dengan oksigen dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

–Petugas PMI Kota Bandung, Jawa Barat, menata stok labu darah di ruang penyimpanan, Kamis (4/2/2016).

Keberadaan oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dan terikat dengan zat besi akan membuat warna darah berubah jadi lebih merah cerah. Tanpa mengikat zat besi, darah akan berwarna merah yang lebih gelap.

Hemoglobin yang terikat pada oksigen akan menyerap cahaya biru-hijau dan memantulkan cahaya merah-oranye ke mata. Kondisi itu membuat darah manusia akan terlihat merah.

”Warna yang ditampilkan oleh senyawa kimia akan sangat tergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan,” tulis mahassiswa program doktor kimia di Universitas Negeri New York di Albany (SUNY Albany), Amerika Serikat, Marisia Fikiet dan profesor kimia di SUNY Albany Igor Lednev di Livescience, Minggu (3/6/2018).

Warna yang ditampilkan oleh senyawa kimia akan sangat tergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan.

Karbon monoksida yang merupakan gas yang mematikan juga bisa mengikat heme. Saat karbon monoksida mendominasi, oksigen tidak dapat mengikat hemoglobin hingga bisa menyebabkan kematian.

Ikatan karbon monoksida dengan heme itu 200 kali lebih kuat dibandingkan ikatan dengan oksigen. Karena karbon monoksida sulit melepaskan heme, mereka yang keracunan karbon monoksida pipinya tetap bisa terlihat kemerahan meski sudah meninggal.

–Veronica (47) menata kantong darah yang disimpan di kantor PMI Kota Yogyakarta, Jalan Tegalgendu, Yogyakarta, Rabu (13/7/2011).

Ilusi optik
Warna pembuluh darah yang terlihat biru di kulit manusia itu sejatinya hanyalah ilusi optik. Cahaya biru tidak bisa menembus ke jaringan tubuh terlalu dalam dibandingkan cahaya merah.

Jika pembuluh darah terletak cukup dalam, mata Anda akan melihat lebih banyak cahaya biru dipantulkan daripada cahaya merah karena adanya penyerapan sebagian cahaya merah. ”Warna kebiruan dari pembuluh darah vena itu hanyalah ilusi optik,” katanya.

Warna kebiruan dari pembuluh darah vena itu hanyalah ilusi optik.

Meski darah manusia tidak mungkin berwarna biru karena atom besi yang terikat hemoglobin, darah biru itu ada pada sejumlah hewan, seperti cumi-cumi dan belangkas (horseshoe crab). Darah biru itu tercipta karena darahnya mengandung senyawa hemosianin, protein biru pembawa oksigen yang berikatan dengan atom tembaga.

Selain merah dan biru, sejumlah hewan juga memiliki warna darah hijau, bening, atau ungu. Warna darah yang berbeda-beda itu menunjukkan perbedaan jenis molekul yang membawa oksigen ke seluruh tubuh mereka yang berbeda dengan hemoglobin pada tubuh manusia.

Namun, sebagian besar darah binatang tetap berwarna merah. Meski demikian, itu bukan berarti darah binatang tersebut sama persis dengan darah manusia. Perbedaan itu dipicu oleh adanya variasi hemoglobin yang terjadi pada sejumlah spesies.

–Petugas menunjukkan persediaan darah di Unit Donor Darah Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (28/6/2016).

Berubah warna
Darah yang keluar dari tubuh manusia lama kelamaan akan mengering dan warnanya akan berubah makin gelap. Kondisi itu terjadi karena hemoglobin darah sudah terurai menjadi senyawa methemoglobin.

Darah yang mengering itu akan terus berubah dan lama kelamaan menjadi makin gelap. Kondisi itu dipicu oleh senyawa yang disebut hemikrom.

”Perubahan kimia dan warna darah yang terus-menerus itu membuat ahli forensik bisa menentukan kapan darah itu keluar,” ujarnya. Prediksi itu bisa dilakukan meski hanya menggunakan setitik darah.

Di laboratorium, para ahli forensik bisa mengembangkan metode untuk melihat rasio dari berbagai senyawa yang dihancurkan oleh hemoglobin. Selanjutnya, dengan pemodelan komputer, mereka dapat memperkirakan usia darah itu guna menentukan apakah darah itu terkait peristiwa kejahatan atau tidak. Sebuah darah yang berumur satu tahun kemungkinan tidak akan menununjukkan kejahatan yang terjadi kemarin.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 6 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB