Sekelompok ibu-ibu berkumpul di ruangan tampak serius menghadap laptop dan komputer. Sesekali riuh terdengar ketika mereka diajak menggerakkan mouse, mengetik, mematikan dan menyalakan komputer.
Bagi mereka, berhadapan dengan komputer adalah hal baru. Tak heran, antusiasme terpancar dari setiap perempuan di ruangan itu. Sementara itu, penggiat ICT for Women Nurlina Purbo yang mengajarkan mereka, tak kalah gembira melihat semangat belajar para ibu-ibu ini.
“Namanya pengalaman pertama, pasti mereka excited. Oh bisa nyala bisa gini. Kemudian misalnya ketika mereka sudah bisa print hasil kreasi mereka kan bangga ya. Mereka cerita-cerita, pokoknya lucu,” kisah Lina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rombongan Sirkus
Berkoordinasi dengan kelompok ibu-ibu di berbagai daerah, Lina dan timnya sudah sejak 2007 mengajarkan keterampilan IT bagi perempuan usia 16-50 tahun.
Berdasarkan pengalamannya, dengan mendatangi sebuah daerah dan merangkul perkumpulan ibu-ibu setempat akan lebih menarik minat mereka untuk mengikuti pelatihan.
Mulai dari perkumpulan ibu-ibu PKK hingga kelompok pengajian, wanita berkerudung ini semangat mencari celah hari-hari berkumpul mereka agar bisa diajak berkenalan dengan teknologi.
Lantaran ‘hobi’ berkunjung ke daerah-daerah, mengajar dan membawa banyak peralatan mengajar keterampilan IT, Lina menggambarkan dia dan timnya ibarat rombongan sirkus.
“Heboh kaya rombongan sirkus. Bawa laptop, proyektor dan lain-lain. Tapi saya pikir tidak ada salahnya. Kalau kita datang ke tempat mereka ngumpul mereka akan lebih tertarik,” papar ibu dari enam orang anak ini.
Selain mendatangi kelompok ibu-ibu, Lina juga membuka pintu lebar-lebar rumahnya di bilangan Cempaka Putih, bagi mereka yang ingin datang untuk belajar.
Penggiat IT yang Jago Menyulam
Melihat kesehariannya yang akrab dengan pelatihan IT, tentu orang mengira Lina hanya senang berkutat dengan segala hal berbau teknologi. Gaya boleh tomboy, tapi nyatanya hobi Lina sangat perempuan.
“Hobi sih perempuan banget. Nyulam, jahit, bikin payet-payet. Tadinya ibu-ibu tuh saya kumpulin mau diajarin itu untuk pemberdayaan ekonomi maksudnya,” kenang Lina seraya tertawa.
Sempat bekerja sebelum menjadi ibu rumah tangga, setelah tidak lagi bekerja Lina merasa bosan tak tahu harus bagaimana. Dari situlah muncul ide mendekati ibu-ibu di lingkungan rumahnya.
“Pertemuan ibu-ibu itu cuma ngumpul-ngumpul, arisan, terus pulang. Gak ada sesuatu yang kita dapatkan untuk memperbarui diri. Akhirnya ya saya ajak ibu-ibu di PKK,” katanya.
Terjunnya wanita berkerudung ini mengajarkan kaum hawa, terutama para ibu rumah tangga agar melek IT boleh dibilang tak sengaja. Saat pertama kalinya berupaya melakukan pemberdayaan ekonomi, justru para ibu-ibu tersebut meminta diajarkan komputer.
“Saya tanya kenapa kok mau belajar komputer? Ketertarikan itu ada dasarnya. Awalnya mereka butuh agar bisa mendampingi anak-anak. Saya lihat sendiri memang sudah saatnya ibu-ibu tahu. Apalagi saya juga punya latar belakang IT,” tuturnya.
Alhasil, niat semula melakukan pemberdayaan ekonomi, Lina kini malah dinilai melakukan sesuatu lebih berarti. Perempuan di sejumlah daerah yang telah didatanginya kini sudah melek IT.
Di daerah-daerah yang menurut Lina minat belajarnya lebih tinggi, pemanfaatan IT di kalangan ibu-ibu malah sudah lebih jauh. Tak hanya untuk kebutuhan pendampingan anak tentang IT, mereka juga kini terbiasa melakukan komputerisasi data dan ada pula yang memasarkan hasil karya mereka dengan memanfaatkan teknologi.
“Di beberapa daerah pun sudah banyak kelompok ibu-ibu yang berswadaya mengadakan tempat khusus belajar menggunakan komputer dan internet. Mereka sadar mereka perlu,” ujarnya.
Dua sejoli di ranah IT
Sepak terjang Lina berkecimpung menggerakkan ICT for Women, tak lepas dari dukungan suami tercinta Onno W Purbo atau akrab disapa Kang Onno. Sebagai pakar dan penggiat ICT, Kang Onno banyak memberikan masukan baginya.
“Bentuk dukungannya, kami sering berdiskusi. Saat saya bilang saya mau berbicara tentang ini, beliau (Kang Onno) kasih masukan bahannya dan membiarkan saya meng-explore sendiri,” kata lulusan STMIK Gunadarma ini.
Sangat menarik melihat kekompakan pasangan suami istri ini berkecimpung di ranah IT. Keduanya sama-sama senang berbagi ilmu seputar teknologi dan berupaya mengisi celah kesenjangan antara mereka yang mempunyai dan tidak mempunyai keterampilan IT.
Kang Onno pun tak sungkan memuji keberaniannya terjun langsung membuat perempuan melek IT. Hal-hal semacam ini diakui Lina semakin memacu semangatnya. “Ya itu untungnya, kalau pikiran sejalan enak ya,” ujarnya seraya tersipu.
Ke depannya, Lina berharap mereka yang sudah bisa dapat mengembangkan pelatihan keterampilan IT di wilayahnya, sehingga akan semakin banyak kelompok seperti ini dan akan ada lebih banyak perempuan melek IT di Indonesia.
“Kalau kita ngomongin perempuan itu masih banyak PR-nya. Ke depannya minimal kalau sekarang baru 10% dari jumlah perempuan Indonesia yang melek IT, ke depannya bisa naik terus,” harapnya. ( rns / ash )