Pusat-pusat studi di perguruan tinggi mesti diperkuat dan disinergikan dengan kurikulum perkuliahan. Harmonisasi antara fakultas dan pusat studi bakal mengoptimalkan potensi para dosen dan mahasiswa, yang pada akhirnya mendukung hilirisasi riset.
Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Suryasatriya Trihandaru, Selasa (20/2), di Kota Salatiga, Jawa Tengah, mengatakan, penguatan pusat studi di UKSW menjadi salah satu fokusnya dalam lima tahun ke depan. Ke depan, kurikulum kuliah harus berbasis riset.
“Pusat studi bisa mengumpulkan dosen-dosen, tidak mesti dari fakultas sama. Dari hobi yang sama misalnya, nanti akan terbangun tema-tema penilitian. Ini penting karena nantinya kurikulum akan menyerap dari hasil pekerjaan di pusat studi tersebut,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pusat studi bisa mengumpulkan dosen-dosen, tidak mesti dari fakultas sama. Dari hobi yang sama misalnya, nanti akan terbangun tema-tema penilitian.
Suryasatriya mencontohkan, pusat studi yang berjalan aktif di UKSW, antara lain Pusat Studi Dinamika dan Promosi Usaha Kecil (CEMSED) dan Pusat Studi Sistem Informasi Permodelan dan Mitigasi Tropis (Simitro). Selain mendapat hibah penelitian, akses kerja sama juga diharapkan kian berkembang dan meluas.
Saat ini, dari sekitar 25 pusat studi yang ada di UKSW, katanya, kurang dari 10 yang aktif dan berjalan baik. Salah satu kendala karena program-program di pusat studi tidak sinergis dengan pengajaran.
“Seolah-olah jalan sendiri-sendiri. Agar optimal, kemitraan dengan prodi-prodi akan diperkuat,” kata Suryasatriya.
Pusat studi baru
Dalam upaya penguatan tersebut, lanjutnya, UKSW berencana membuat pusat studi baru. Pertama-tama, akan dianalisis keahlian maupun minat dosen-dosen yang ada di UKSW. Misalnya, dosen-dosen dengan tema penilitian yang mirip. Setelah itu, dikelompokkan untuk dibuat pusat studi baru.
“Hasil akhirnya nanti menjadi universitas riset. Jadi, kami meneliti dan hasil penelitian terserap dalam kurikulum, serta mendorong hilirisasi riset. Artinya, bagaimana dampaknya dapat benar-benar dirasakan masyarakat. Ke depan, apabila riset diperkuat, arahnya akan menjadi entrepreneur university,” ujar Suryasatriya.
Kami meneliti dan hasil penelitian terserap dalam kurikulum, serta mendorong hilirisasi riset.
Pembantu Rektor I Bidang Akademik UKSW, Iwan Setyawan, menambahkan, inovasi-inovasi dalam pembelajaran juga penting agar mahasiswa merasa dilibatkan. Artinya, para mahasiswa, khususnya generasi saat ini, diberi kesempatan untuk mengekspresikan daya dan minat eksplorasi mereka.
Contohnya, yakni 45 persen dari porsi perkuliahan ialah berupa proyect. “Sejak awal kuliah diberitahu bahwa akan ada proyek yang harus dibuat. Selain itu, saya juga merangsang mahasiswa agar mau publikasi ilmiah. Akan kami dorong untuk berlanjut ke konferensi internasional,” kata Iwan.
Hal tersebut, juga merupakan upaya untuk mendorong pengajaran agar berbasis penelitian. Pasalnya, lanjut Iwan, salah satu tantangan saat ini masih banyak dosen yang beranggapan bahwa pendidikan kepada mahasiswa sebatas mengajar, bukan mendorong riset.–ADITYA PUTRA PERDANA
Sumber: Kompas, 21 Februari 2018