Teknik Budidaya Terpadu di Lahan Kering Diperkenalkan

- Editor

Selasa, 13 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mencapai target Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada 2045, telah dikembangkan teknik budidaya terpadu di lahan kering, terutama tanaman padi dengan varitas super. Penerapannya dapat meningkatkan produktivitas hampir 100 persen dibandingkan pertanian konvensional.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir menyampaikan hal itu dalam peluncuran teknik budidaya Largo Super di Desa Banjarejo Kabupaten Puring Kebumen, Senin (12/2).

Kebumen dipilih sebagai lokasi uji coba pertanian di lahan kering karena memiliki hampar lahan kering sepanjang pantai selatan, baik terbuka maupun ditanami tanaman tahunan, terutama kelapa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Largo (larikan padi gogo) Super merupakan terobosan teknologi budidaya terpadu padi lahan kering ini dengan menerapkan cara tanam jajar legowo (jarwo) untuk populasi per hektar minimal 200.000 rumpun padi. Penanaman dilakukan dengan memakai alat mesin tanam benih langsung (atabela) melalui pola larik jarwo 2:1.

Varietas unggul padi gogo padi yang ditanam adalah Inpago 8, 9, 10, dan 11, IPB 9G, HIPA 8, serta Situ Petenggang.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Panen padi di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (11/1).

Budidaya dengan produktivitas tinggi ini dicapai dengan memadukan pupuk dan pestisida nabati dan biodekomposer. Areal yang ditanami seluas lebih dari 100 hektar.

Terkait hasil teknik budidaya yang baru ini, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbangtan Andriko Noto Susanto memaparkan, produktivitas empat varietas baru Inpago melebihi 25 hingga 98 persen dibandingkan padi yang biasa ditanam petani setempat, yaitu Ciherang dan Mekongga.

Produktivitas padi di Kecamatan Puring 4 ton gabah kering giling per hektar. Adapun Inpago 8 hasilnya 5 ton per hektar meningkat 25 persen dan yang tertinggi Inpago 10 hasilnya 7,93 ton per hektar, lebih hampir 4 ton atau 98, 25 persen.

Lebih lanjut, Syakir mengatakan, setelah keberhasilan penerapan Largo Super di Kebumen, teknologi pertanian ini akan dikembangkan di lahan kering di 33 provinsi di Indonesia. Ke depan lahan kering akan dikembangkan menjadi sumber penghasil padi.

Saat ini ada lahan kering seluas 24 juta hektar yang dimanfaatkan, tetapi belum optimal. Sementara potensi lahan kering yang belum termanfaatkan ada 45 juta hektar se-Indonesia. Lahan kering yang dimanfaatkan meliputi lahan kering masam, lahan rawa pasang surut, lahan perkebunan kelapa, kelapa sawit dan karet. Lahan tanaman hutan jati dan sengon serta lahan kering daratan tinggi.

Untuk itu, padi inovasi teknologi padi spesifik untuk intensifikasi padi lahan kering dikembangkan. Penanaman padi pada lahan kering dilakukan Balitbangtan dengan menyiapkan padi gogo produktivitas tinggi. Selain itu, tanaman perkebunan yang sekitar 35 juta hektar juga akan dimanfaatkan untuk penanaman pati, meliputi antara lain lahan kelapa sawit seluas 12 juta hektar dan kelapa 3,5 juta hektar.

Di perkebunan kelapa, masih ada intensitas matahari hingga 75 persen. ”Dengan demikian, lahan perkebunan juga dapat menjadi lahan pertanian, tidak dibedakan,” kata Syakir.–YUNI IKAWATI

Sumber: Kompas, 12 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB