Gerhana Bulan Langka Mau Datang, Ini Aksi LAPAN

- Editor

Jumat, 26 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Momen Super Blue Blood Moon yang berlangsung pada 31 Januari 2018 nanti sayang untuk dilewatkan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) kembali menginformasikan bahwa Indonesia akan kebagian menikmati fenomena alam langka tersebut.

Aspek langka Super Blue Blood Moon karena pada saat itu berlangsung tiga pertistiwa alam secara bersamaan, mulai dari Supermoon, Blue Moon, dan Gerhana Bulan Total. Gabungan peristiwa itu yang membuatnya dinamakan Super Blue Blood Moon atau gerhana bulan biru kemerahan.

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan tidak ada penelitian khusus yang dilakukan Lapan saat Super Blue Blood Moon berlangsung. Aksi lembaga pemerintah non-kementerian ini lebih mengarah pada sisi edukasi publik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Tidak ada lagi aspek penelitian pada gerhana bulan. Dulu digunakan untuk penelitian kondisi atmosfer, sekarang sudah banyak metode pengukuran kualitas atmosfer. Jadi, sekarang hanya aspek edukasi publik,” ujar Thomas, Jumat (26/1/2018).

Agenda edukasi publik mengenai Super Blue Blood Moon ini telah dicanangkan oleh Lapan, di mana mereka akan melakukan sosialisasi di Lapan Bandung, Lapan Sumedang, Lapan Pontianak, Agam-Bukittinggi, Garut, Pasuruan, dan Biak.

“Isinya penjelasan proses gerhana dan pengamatan dengan teleskop untuk melihat detail bulan,” sebut pria yang ahli di bidang astronomi ini.

Awal proses Super Blue Blood Moon ini akan dimulai pukul 18:48 WIB, saat bagian bawah (sisi timur) purnama mulai gelap oleh bayangan Bumi atau disebut juga sebagai umbra.

Kemudian pukul 19:52 WIB, seluruh purnama akan masuk ke bayangan inti Bulan sebagai awal dari Gerhana Bulan Total, sehingga Bulan akan menjadi gelap kemerahan. Warna merah itu sendiri disebabkan oleh pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi.

Gerhana Bulan Total ini akan berlangsung hingga pukul 21:08 WIB, yaitu saat purnama menjelang keluar dari umbra. Setelah itu, secara perlahan cahaya purnama mulai tampak dari bagian kanan bawah atau sebelah timur. Keseluruhan proses gerhana akan berakhir pada pukul 22:11 WIB. (agt/fyk)–Agus Tri Haryanto –

Sumber: detikInet, Jumat, 26 Jan 2018
—————
Kata Kepala LAPAN Soal Super Blue Blood Moon di Indonesia

Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, turut buka suara mengenai fenomena super blue blood moon di Indonesia.

Sejatinya, super blue blood moon adalah gerhana bulan total yang akan berlangsung pada 31 Januari 2018 selama kurang lebih 76 menit.

Ia mengatakan, fenomena langka ini juga aman untuk dilihat dengan mata telanjang, layaknya mengamati bulan purnama seperti biasa.

Awal proses gerhana akan dimulai pukul 18:48 WIB saat bagian bawah (sisi timur) purnama mulai tergelapi oleh bayangan bumi, atau disebut juga sebagai umbra.

Kemudian, pukul 19.52 WIB, seluruh purnama akan masuk ke bayangan inti bulan sebagai awal dari gerhana bulan total, sehingga bulan akan menjadi gelap kemerahan. Warna merah itu sendiri disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi.

Gerhana bulan total ini akan berlangsung hingga pukul 21:08 WIB, yaitu saat purnama menjelang keluar dari umbra. Setelah itu, secara perlahan cahaya purnama mulai tampak dari bagian kanan bawah, atau sebelah timur. Keseluruhan proses gerhana akan berakhir pada pukul 22:11 WIB.

Menurutnya, gerhana kali ini mampu menarik perhatian publik karena sebutannya, yaitu super blue blood moon, yang dikarenakan fenomena ini menggabungkan tiga penampakan sekaligus. Yaitu supermoon, blue moon, dan gerhana bulan total.

“Disebut supermoon karena jarak bulan masih terdekat dengan bumi. Sehingga purnama dan gerhana tampak lebih besar dari biasanya. Disebut blue moon karena ini purnama kedua pada bulan Januari, setelah 1 Januari lalu,” tulisnya dalam blog pribadinya

“Gerhana bulan total juga sering disebut blood moon karena saat gerhana total, bulan tampak berwarna merah darah. Jadi, gerhana bulan pada 31 Januari 2018 boleh disebut super blue blood moon,” ia melanjutkan.

“Semua wilayah di seluruh nusantara akan baik untuk melihat gerhana bulan tersebut, selama pandangan tidak terhalang oleh awan saat melihat purnama,” ujar Thomas kepada detikINET.

Thomas pun turut menyebutkan bahwa para penganut agama Islam dapat melaksanakan shalat gerhana seusai shalat isya.

Pihak LAPAN sendiri akan melakukan pengamatan terhadap super blue blood moon, sekaligus memberikan edukasi kepada publik yang bertempat di LAPAN Bandung dan LAPAN Sumedang pada 31 Januari mendatang.

Potensi Banjir Rob
Meskipun fenomena ini menarik untuk disimak, namun Thomas mengatakan bahwa penampakan tersebut dapat menimbulkan potensi terjadinya banjir rob.

“Deferensial gravitasi bulan yg jadi penyebab pasang surut air laut. Saat purnama, efeknya diperkuat matahari jadi pasang menjadi maksimum. Ditambah, saat jarak terdekat (supermoon), pasang yg ditimbulkan lebih tinggi lagi. Jadi daerah pantai yang landai berpotensi terjadi banjir rob,” katanya.

“Dalam kondisi normal gak masalah, hanya perlu kewaspadaan, terutama saat ada kondisi cuaca buruk di laut yg menyebabkan gelombang tinggi. Bila ada gelombang tinggi, jangkauan rob ke daratan bisa lebih jauh lagi,” tuturnya menambahkan.

Ia mengingatkan, potensi banjir rob dapat terjadi sekitar 2 hari sebelum dan sesudah gerhana bulan total terjadi, serta pada 31 Januari itu sendiri. (fyk/fyk) –Muhamad Imron Rosyadi

Sumber: detikInet, Kamis, 25 Jan 2018
—————
Super Blue Blood Moon Sambangi Indonesia Seminggu Lagi

Para pecinta astronomi, siap-siap. Langit Indonesia akan dihiasi penampakan yang belum pernah terjadi selama 150 tahun terakhir.

Rabu (31/1/2018), kita akan disuguhi menyaksikan fenomena bulan penuh, atau kerap disebut juga Blue Moon, yang akan mengalami gerhana secara utuh.

Menariknya lagi, kejadian alam ini akan berbarengan dengan Supermoon, yaitu saat Bulan menjangkau titik terdekat dengan Bumi. NASA pun menyebut fenomena langka ini sebagai Super Blue Blood Moon.

Nantinya, menurut NASA, Bulan akan berada pada 358.994 km dari Bumi, cukup dekat dibandingkan jarak rata-ratanya yang mencapai 384.400 km. Supermoon sendiri sudah akan berlangsung sehari sebelumnya, yaitu pada Selasa (30/1/2018) malam.

Dikutip detikINET dari Space.com, Rabu (24/1/2018), gerhana akan tampak sangat baik saat malam hari di sebelah tengah dan timur Asia, Selandia Baru, Australia, dan tak ketinggalan Indonesia. Diperkirakan, Bulan akan seutuhnya tenggelam di dalam bayangan Bumi selama hampir dua jam.

Uniknya, fenomena alam ini akan menjadi yang pertama dalam kurang lebih 152 tahun terakhir. Fenomena serupa pernah terjadi pada 31 Maret 1866, merujuk pada buku berjudul Canon of Lunar Eclipse 1.500 B.C. – A.D. 3.000 karya Bao-Lin Liu dan Alan D. Fiala.

Seberapa terang gerhana yang terjadi, akan tergantung pada kondisi cuaca global dan jumlah debu atau abu di udara nantinya. Jika atmosfer Bumi cukup cerah, Bulan akan menampakkan cahaya terangnya selama gerhana.

Sebaliknya, jika langit mendapat cukup banyak gangguan, Bulan justru akan tampak menjadi sangat gelap. Salah satu fenomena yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah erupsi gunung berapi.

Indonesia sempat mengalami hal ini saat erupsi Gunung Agung di Bali terjadi pada Desember 1963 lalu, yang menyebabkan Bulan hampir benar-benar hilang selama fenomena gerhana. (rns/rns)–Muhamad Imron Rosyadi

Sumber: detikInet, Rabu, 24 Jan 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB