Materi pelajaran sastra di SMA dianggap masih minim. Padahal, para siswa meminatinya. Ke depan, alokasi materi sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan bertambah karena sastra mengembangkan idealisme dan imajinasi siswa.
Diah Ayu, siswa kelas X MIPA Alam SMA Negeri 24 Jakarta, Jumat (8/12), mengatakan, selama semester ganjil ini kelasnya baru sekali diajarkan materi sastra. Materinya tentang cerita pendek (cerpen) dan novel, mulai dari pengertian hingga cara menganalisis unsur-unsurnya. ”Sastra sangat sedikit diajarkan. Padahal, saya suka sastra karena saling menginspirasi dengan kisah-kisah yang diangkat dalam film,” ujar Diah.
Selama ini, sastra tenggelam dalam materi kebahasaan (Bahasa Indonesia). Sastra tidak diajarkan sebagai pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi bernaung di bawah pelajaran Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal senada diungkapkan Moh Raesan, siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 15 Jakarta. Tanpa menyebut berapa kali pelajaran sastra diajarkan selama semester ini, ia menyatakan sastra tidak sering dibahas di kelas. Guru lebih banyak mengajarkan materi Bahasa Indonesia secara umum.
Sri Kasna, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 24 Jakarta, mengakui minimnya materi dan alokasi waktu pelajaran sastra untuk diajarkan kepada siswa. Hal itu tecermin pada sedikitnya kompetensi dasar sastra yang diajarkan jika dibandingkan materi kebahasaan. ”Kurikulum memang sudah mengaturnya demikian. Sebagai guru, kami melaksanakan apa yang digariskan kurikulum,” ucapnya.
Sri berharap porsi materi sastra dalam pelajaran ditambah. Dalam sastra, kemampuan berbahasa para siswa bisa diuji dan dikembangkan baik secara lisan maupun tulisan. Karena itu, kebahasaan dan sastra tidak perlu dibedakan.
Mariamah, guru Bahasa Indonesia SMA Muhammadiyah 15, juga berharap sastra diberi ruang proporsional dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Sastra mengembangkan bermacam aspek manusia, termasuk idealisme dan imajinasi. Aspek-aspek itu berpengaruh positif terhadap tingkah laku dan cara bertutur. (VDL)
Sumber: Kompas, 9 Desember 2017