Ekonom Angus Deaton raih Nobel Ekonomi

- Editor

Kamis, 5 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

The Royal Swedish Academy of Sciences menganugerahkan penghargaan The Sveriges Riksbank Prize dalam Ilmu Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel kepada ekonom Angus Deaton dari Princeton University, Amerika Serikat, “untuk analisisnya tentang konsumsi, kemiskinan dan kesejahteraan.”

Pilihan konsumsi individual penting dalam merancang kebijakan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan dan Deaton telah meningkatkan pemahaman mengenai hal itu.

“Dengan menghubungkan detail pilihan individu dan hasil agregat, dia telah membantu mengubah medan mikroekonomi, makroekonomi dan ekonomi pembangunan,” kata The Royal Swedish Academy of Sciences dalam siaran persnya di laman resmi Nobel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karya yang membuat Deaton berhak mendapatkan hadiah delapan juta crown Swedia (978.000 dolar AS) itu menjawab tiga pertanyaan sentral.

Pertanyaan yang pertama, tentang bagaimana konsumen mendistribusikan pengeluaran di antara barang-barang yang berbeda.

Jawaban pertanyaan itu tidak hanya penting untuk menjelaskan dan memperkirakan pola konsumsi sebenarnya, tapi juga penting dalam mengevaluasi bagaimana kebijakan mereformasi, seperti menimbulkan perubahan dalam konsumsi pajak, dan mempengaruhi kesejahteraan kelompok-kelompok berbeda.

Pada awal karyanya sekitar 1980, Deaton membangun Sistem Permintaan Hampir Ideal, satu cara fleksibel namun sederhana untuk memperkirakan bagaimana permintaan setiap barang tergantung pada harga dari semua barang dan penghasilan individu.

Pendekatannya dan modifikasi selanjutnya sekarang menjadi perangkat standar di bidang pendidikan maupun evaluasi kebijakan praktis menurut Royal Swedish Academy.

Angus Deaton (Ill. N. Elmehed. Nobel Media AB 2015)

Pertanyaan keduanya tentang bagaimana pendapatan masyarakat dibelanjakan dan berapa banyak yang ditabung.

Pemahaman tentang bagaimana pendapatan dan konsumsi dari waktu ke waktu saling mempengaruhi penting untuk menjelaskan pembentukan modal dan besarnya siklus bisnis.

Dalam beberapa makalahnya sekitar tahun 1990, Deaton menunjukkan bahwa teori konsumsi umum tidak bisa menjelaskan hubungan sebenarnya jika titik awalnya adalah agregat penghasilan dan konsumsi.

Sebaliknya, seseorang harus merangkum bagaimana individu menyesuaikan konsumsi dengan penghasilan individu mereka, yang berfluktuasi dengan cara berbeda dengan pendapatan agregat.

“Riset ini jelas menunjukkan mengapa analisis data individual merupakan kunci untuk mengurai pola yang kita lihat dalam data agregat, pendekatan yang sejak ini diadopsi luas dalam makroekonomi modern,” kata lembaga pemberi Nobel.

Pertanyaan ketiganya tentang bagaimana cara terbaik mengukur dan menganalisis kesejahteraan dan kemiskinan.

Dalam riset-riset terkininya, Deaton menyorot bagaimana pengukuran handal tingkat konsumsi rumah tangga bisa digunakan untuk melihat mekanisme di balik pembangunan ekonomi.

Risetnya mengungkap perangkap penting ketika membandingkan kemiskinan lintas ruang dan waktu, dan bagaimana penggunaan cerdas data rumah tangga bisa membawa pentunjuk untuk masalah-masalah seperti hubungan antara penghasilan dan asupan kalori dan tingkat tertentu diskriminasi gender dalam keluarga.

“Fokus Deaton pada survei rumah tangga telah membantu mengubah pembangungan ekonomi dari medan teori berbasis data agregat ke medan empiris berbasis data individu rinci,” demikian Royal Academy of Sciences.

Penerjemah: Maryati
Editor: Aditia Maruli

Sumber: ANTARA News, Senin, 12 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB