Cai Tao dan Hu Chun Jalani Proses Adaptasi
Keberadaan sepasang panda raksasa asal China di Indonesia harus menjadi inspirasi yang memacu semangat konservasi lebih baik. Kedua panda yang baru tiba pada Kamis (28/9) itu ditempatkan di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Kedua panda berumur 7 tahun bernama Cai Tao (jantan) dan Hu Chun (betina) tersebut tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, sekitar pukul 08.45 setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam 30 menit dari Bandara Shuangliu, Chengdu, Provinsi Sichuan, China. Wartawan Kompas, Adrian Fajriansyah, bersama tim dari Taman Safari Indonesia (TSI) mendampingi pengiriman panda tersebut sejak dari tempat asal panda di Wolong Panda Base, Wolong, Kabupaten Wenchuan, Provinsi Sichuan, China.
Status kedua panda tersebut dipinjamkan ke Indonesia selama 10 tahun. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, China sangat serius melestarikan panda, satwa langka kebanggaan China. Mereka serius melakukan riset pengembangbiakan panda yang notabene sulit bereproduksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dari keberadaan panda ini, kita harus petik pelajaran sebanyak-banyaknya bagaimana mereka melakukan pengembangbiakan satwa langka yang sulit reproduksi. Lalu, hal itu harus kita terapkan untuk melestarikan dan mengembangbiakan satwa-satwa langka yang kita miliki yang notabene lebih banyak,” kata Siti saat menerima kedua panda itu di Terminal Kargo Garuda Indonesia.
Siti berharap keberadaan dua panda itu bisa kian mempererat hubungan diplomasi China dan Indonesia, terutama dalam bidang lingkungan. “Saya berharap China bisa lebih banyak menularkan ilmu konservasi kepada para akademisi ataupun peneliti bidang lingkungan di Indonesia,” katanya.
Penunjukan TSI sebagai lembaga konservasi yang diberi kepercayaan merawat dua panda itu diharapkan juga bisa memotivasi lembaga-lembaga konservasi lain. Indonesia memiliki 82 lembaga konservasi, terdiri dari 67 lembaga sudah berstatus lembaga konservasi dan 15 lembaga sedang mengajukan pengesahan kelembagaannya. “Saya berharap 82 lembaga tersebut bisa belajar dari Taman Safari yang telah diakui dunia internasional sebagai lembaga konservasi berakreditasi A,” ujar Siti.
Adaptasi
Kedua panda tersebut mulai menjalani masa adaptasi di TSI di Cisarua. Proses adaptasi mereka dinilai berjalan baik. Cai Tao langsung mencari air, lalu minum dan membasahi tubuh dan lantai kandangnya Adapun Hu Chun berkeliling kandang lalu tidur lelap. “Hal ini sangat baik. Artinya, mereka menunjukkan ada keinginan beradaptasi di lingkungan barunya,” kata Group Head of Life Sciences TSI Biswajit Guha di Cisarua.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH–Sesampai di Indonesia dari Chengdu, Provinsi Sichuan, China, Kamis (28/9) sekitar pukul 08.45, dua panda raksasa langsung dibawa ke pusat perawatannya di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Dua panda raksasa yang berusia 7 tahun tersebut adalah panda jantan Cai Tao dan panda betina Hu Chun. China meminjamkan sepasang panda raksasa tersebut ke Indonesia selama 10 tahun ke depan.
Dia mengatakan, saat awal tiba di Jakarta, dua panda itu menunjukkan gejala stres yang wajar, napas mereka tersengal-sengal. “Mungkin ini karena cuaca panas di Jakarta,” ujarnya.
Selama satu bulan pertama, kata Biswajit, sepasang panda itu akan menjalani proses karantina sebelum diperlihatkan kepada publik. “Kami tetap bekerja sama dengan tim medis dari Wolong Panda Base selama masa karantina ini,” katanya.
Direktur Utama Taman Safari Indonesia Frans Manansang mengatakan, pihaknya telah membangun gedung perawatan seluas 5.000 meter persegi yang dinamai Rumah Giant Panda, di kawasan Cisarua pada ketinggian di atas 1.600 meter di atas permukaan laut.
Cuaca tempat itu memang agak lebih panas daripada habitat asli dua panda itu. Namun, tim medis Indonesia dan China yakin panda-panda itu bisa menyesuaikan diri. “Tempat ini sudah sangat baik. Kami yakin, Cai Tao dan Hu Chun bisa segera beradaptasi dan hidup dengan baik di sini,” ujar tenaga medis dari Wolong Panda Base, dokter hewan Cheng Yanxi.
Sejumlah lembaga konservasi di Indonesia mendatangkan binatang dari luar negeri. Maharani Zoo dan Goa Lamongan (Mazola) Jawa Timur, misalnya, mendatangkan kuda nil dari Singapura, jerapah dari Jerman, serta Kanguru dan walabi albino dari Australia. Sepasang tapir dari Brasil menunggu proses karantina. (ACI)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 September 2017, di halaman 13 dengan judul “Dua Panda Bisa Pacu Semangat Konservasi”.