Technopark Bantaeng Jadi Percontohan

- Editor

Sabtu, 8 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembangunan technopark di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, dapat menjadi contoh sukses bagi kawasan technopark lainnya. Dengan berbasis pada pengembangan bioteknologi dan teknologi agroindustri, kawasan teknologi terpadu ini menjadi pusat benih unggulan nasional.

Di technopark tersebut juga terbangun triple helix atau sinergi tiga pelaku pembangunan, yaitu akademisi, industri, dan pemerintah daerah, termasuk juga melibatkan komunitas untuk melakukan hilirisasi, mendorong pembangunan ekonomi berbasis keunggulan lokal.

Demikian disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam kunjungannya di Kabupaten Bantaeng, Sabtu (5/8). Kunjungan ini dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 10 Agustus 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mendampingi kunjungan Menristek dan Dikti, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristek dan Dikti Jumain Appe, Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Eniya Listiani Dewi, Rektor Universitas Hasanuddin Makassar Dwia Aries, Rektor Universitas Negeri Makassar Husain Syam, dan anggota Komisi VII DPR Andi Yuliani Paris.

Nasir mengatakan, Bantaeng yang dahulu tidak dipandang apa-apa kini mampu menggalang sinergi Academic, Business, Government, Community tersebut. Dengan technopark-nya, Bantaeng dapat menjadi “Kabupaten Benih” yang berbasis teknologi dan berpotensi mendukung ketahanan pangan nasional.

Saat ini, kata Nasir, ada sekitar 66 technopark yang tengah dirintis pembangunannya di bawah koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan Kemristek dan Dikti. Target yang dicanangkan Presiden Joko Widodo adalah 100 technopark. Kemristek dan Dikti bersama Lembaga Pemerintah Non-kementerian di bawah koordinasinya, antara lain BPPT, mendapat tugas membangun 28 technopark.

Unggul Priyanto menambahkan, Technopark Bantaeng merupakan salah satu di antara sembilan technopark yang pembangunannya dirintis sejak 2015, di bawah binaan BPPT. “Dengan dukungan inovasi teknologi, di Technopark Bantaeng dikembangkan pusat perbenihan lima komoditas, yaitu padi, jagung, talas safira, ikan nila, dan rumput laut. Bahkan, untuk talas safira atau disebut juga satoimo sudah diekspor ke Jepang,” ujarnya.

Dukungan teknologi dari BPPT tidak terbatas hanya pada perbenihan, tetapi juga teknik budidaya dan pascapanen. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, BPPT bekerja sama dengan perusahaan lokal membangun pabrik pupuk lepas lambat atau slow release fertilizer dan pupuk hayati.

BPPT juga merancang bangun mesin pengolahan hasil panen, antara lain mesin ekstruder untuk pembuatan mi dan beras analog menggunakan bahan baku lokal, yaitu ganyong, uwi, sagu, dan talas. Selain pengolahan pascapanen, tambah Eniya, BPPT terlibat pada pengemasan dan desain produk olahan hingga pemasaran dengan merancang situs web untuk layanan pemasaran daring yang disebut e-benih.

Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah mengatakan, sasaran pembangunan technopark ini adalah pemberdayaan masyarakat lokal dan pemanfaatan sumber hayati lokal. Ia berharap, dengan sumber daya lokal, technopark mampu berkembang secara mandiri dan jadi pendorong ekonomi di daerah ini. (YUN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2017, di halaman 12 dengan judul “Technopark Bantaeng Jadi Percontohan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB