Beban penyakit tropis di sejumlah negara, termasuk Indonesia, masih tinggi. Bahkan, pneumonia atau radang paru dan diare termasuk penyebab utama kematian pada anak-anak balita. Namun, penanggulangan sejumlah penyakit infeksi di daerah tropis itu dinilai belum optimal.
Hal itu mengemuka pada pembukaan Kongres Internasional Ilmu Kesehatan Anak Bidang Penyakit Tropis (The International Congress of Tropical Pediatrics/ICTP) ke-11, Sabtu (5/8), di Yogyakarta. Acara dihadiri lebih dari 500 ilmuwan, praktisi, pakar kesehatan, dan dokter spesialis anak, terutama di bidang infeksi dan penyakit tropis, dari 19 negara
Beberapa penyakit menular di area tropis meliputi dengue, polio, zika, demam tifoid, tuberkulosis, japanese encephalitis, pneumonia, influenza, rotavirus, dan rabies.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Di antara penyakit-penyakit tropis, beban penyakit pneumonia, diare, dan tuberkulosis pada anak termasuk tinggi dan menjadi penyebab utama kematian pada anak balita,” ujar Ketua ICTP Prof Sri Rezeki S Hadinegoro, kemarin saat pembukaan ICTP bertema “Tantangan Global Intervensi untuk Menurunkan Angka Penyakit Tropis yang Terabaikan: Perbaikan Kualitas Generasi Baru”.
Menurut Penasihat Regional Bidang Kesehatan Bayi Baru Lahir, Anak, dan Remaja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Asia Tenggara Rajesh Mehta, angka kematian pada anak masih tinggi. Ada 1,55 juta anak balita di Asia Tenggara yang meninggal atau 25 persen dari jumlah total kematian pada anak balita secara global. “Penurunan angka kematian pada balita termasuk dalam tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Perluas intervensi
Angka kematian pada anak balita ini seharusnya bisa ditekan dengan memperluas cakupan intervensi dan penanganan terintegrasi pneumonia, diare, dan penyakit infeksi lain, seperti malaria, dengue, dan tuberkulosis.
“Salah satu upaya mencegah angka kematian pada anak balita adalah imunisasi, termasuk dengan beberapa vaksin baru, seperti HiB (haemophilus influenza tipe B), vaksin pneumokokus atau PVC untuk mencegah pneumonia dan meningitis, vaksin rotavirus dan rubela,” ucap Rajesh. Vaksin rubela kini masuk program imunisasi di India, Indonesia, Myanmar, Nepal, dan Timor Leste.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (PPP) Kementerian Kesehatan M Subuh dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Ditjen PPP Kemenkes Asjikin Iman Hidayat menyatakan, penanggulangan penyakit tropis terkendala kondisi geografis, sosial dan ekonomi masyarakat, dan sumber daya bidang kesehatan terbatas.
“Imunisasi adalah intervensi kesehatan masyarakat dengan biaya paling efektif untuk mengatasi penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi,” kata Asjikin. Ada beberapa jenis vaksin yang masuk program imunisasi rutin, antara lain BCG, polio, HiB, hepatitis B, dan antigen campak. Kini beberapa vaksin baru dikenalkan, yakni vaksin human papilloma virus (HPV), dan measles dan rubela (MR).
Asjikin menambahkan, pemerintah berencana mengenalkan beberapa jenis imunisasi baru dalam waktu dekat. Selain vaksinasi japanese encephalitis, pemerintah juga akan mengenalkan vaksin rotavirus dan dengue. (EVY)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Agustus 2017, di halaman 5 dengan judul “Beban Penyakit Tropis Masih Tinggi”.