Ayam pedaging yang diberi pakan bercampur dengan probiotik asli yang berasal dari ayam kampung Indonesia akan lebih sehat dikonsumsi masyarakat. Selain itu, daya tahan ayam terhadap penyakit menjadi lebih baik, makanan yang diserap usus lebih banyak sehingga ayam menjadi cepat besar.
“Tanpa pengendalian penggunaan antibiotik pada unggas kasus mikroba kebal terhadap antibiotik akan meningkat. Dampaknya akan mengancam kesehatan manusia dan keberlanjutan produksi pangan,” kata dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Sri Harimurti, di Yogyakarta, Selasa (4/7).
Sri Harimurti melakukan penelitian pakan ayam sehat sejak tahun 2003. Temuan probiotik sebenarnya berjumlah lebih dari 100 isolat yang merupakan isolasi usus pencernaan ayam kampung. “Dari seratus, saya seleksi menjadi tiga yang paling bagus, yaitu Lactobacillus murinus Ar3, Streptococcus thermophilus Kd2, dan Pediococcus acidilactici Kp6. Ayam yang diberi pakan bercampur tiga bakteri itu menjadi lebih sehat, ususnya menjadi lebih lebar sehingga daya serap nutrisi menjadi lebih banyak. Di samping itu, terbebas dari residu antibiotik sehingga lebih aman dikonsumsi,” tuturnya dalam orasi pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian UGM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada awal penelitian, pemberian probiotik dilakukan dengan meneteskan. Karena dianggap tidak efektif, kini probiotik dibuat berbentuk serbuk yang terproteksi bahan penyalut. Untuk mempertahankan sifat-sifatnya dan melindungi viabilitasnya terhadap lingkungan ekstrem, digunakan teknologi enkapsulasi.
Menurut Hari, panggilan akrab Sri Harimurti, temuan itu bermula dari banyaknya kejadian infeksi bakteri patogen yang menyebabkan diare di peternakan ayam di DIY. Diduga penyebabnya adalah serotype Salmonella enterica, Escherichia coli, dan Campylobacter jejuni.
Ditemukan beberapa pemicu, antara lain, buruknya drainase dan sanitasi kandang serta pengelolaan alas kandang ayam yang tidak layak. Jalan pintas yang umum dilakukan adalah memberikan antibiotik sebagai aditif.
“Akibat penggunaan antibiotik terus-menerus di DIY pada saat itu, usaha mengisolasi bakteri asam laktat, baik yang berasal dari ekskreta (buangan tubuh) maupun dari saluran pencernaan ayam petelur dan ayam pedaging (broiler), tidak berhasil. Fapet UGM berhasil menemukan probiotik sebagai solusi,” kata Hari.
Penggunaan antibiotik pada ternak unggas dapat menimbulkan residu antibiotik pada tubuh ternak dan produknya dan viabilitas mikrobianya serta bias pada produktivitas yang dihasilkan karena kemasan dicampur dengan pakan tambahan, ekstrak herbal dan rempah, vitamin, dan asam amino,” ujar Hari. Probiotik asli dan murni untuk unggas belum diproduksi massal karena masih banyak dilakukan penelitian untuk mendalami. Hari mengatakan itu dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Peran Probiotik Bakteri Asam Laktat pada Industri Perunggasan Sekarang dan Masa Depan”.
Dekan Fakultas Peternakan Ali Agus menyatakan, “Keahlian di bidang probiotik banyak dibutuhkan industri ternak unggas karena dilarangnya antibiotik. Semoga hasil riset ini bisa diadopsi praktisi,” katanya. (SIG)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Juli 2017, di halaman 12 dengan judul “Ayam dengan Probiotik Lebih Sehat Dikonsumsi”.