Bekantan Terdesak dari Habitatnya

- Editor

Selasa, 4 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seekor bekantan (Nasalis larvatus) kembali harus dievakuasi dan direhabilitasi akibat terdesak dari habitatnya. Primata endemik Kalimantan yang dilindungi itu mengalami stres berat saat ditemukan di sebuah kompleks perumahan mewah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (2/7) malam.

“Tidak hanya stres berat, bekantan jantan itu juga mengalami luka lecet di wajahnya. Maka, harus direhabilitasi dulu sebelum dilepasliarkan,” kata Ketua Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki di pusat rehabilitasi bekantan yang dikelola SBI di Banjarmasin, Senin.

Menurut Amalia, bekantan itu terdesak dari habitatnya sehingga masuk permukiman warga. Hal itu biasa terjadi karena bekantan ingin berpindah dari habitat sebelumnya untuk mencari daya dukung pakan di habitat baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Alih fungsi lahan serta kebakaran hutan dan lahan sering kali membuat bekantan terdesak dari habitatnya. Ini adalah bekantan ke-30 yang kami evakuasi sejak 2014,” ungkapnya.

Dari 30 bekantan yang dievakuasi dan direhabilitasi selama ini, sebanyak 20 ekor sudah dilepasliarkan di kawasan konservasi Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala. Selebihnya masih dirawat di pusat rehabilitasi dan beberapa di antaranya mati akibat luka parah.

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS–Ketua Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki memberi makan seekor bekantan (Nasalis larvatus) di pusat rehabilitasi bekantan yang dikelola SBI di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (3/7). Primata endemik Kalimantan yang dilindungi itu dievakuasi dari kompleks perumahan mewah di Banjarmasin pada Minggu malam. Bekantan jantan itu mengalami stres berat akibat terdesak dari habitatnya sehingga harus menjalani perawatan intensif sebelum dilepasliarkan.

“Kami mengajak masyarakat untuk peduli pada pelestarian bekantan. Setiap warga yang menemukan bekantan terdesak dari habitatnya diharapkan menghubungi kami supaya bisa segera ditangani,” ujar Amalia.

Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel menunjukkan, populasi bekantan di Kalsel pada 2007 diperkirakan 5.010 ekor. Populasinya cenderung turun akibat deforestasi dan alih fungsi hutan, perburuan, perdagangan satwa, serta kebakaran hutan dan lahan.

Kepala BKSDA Kalsel Lukito Andi mengatakan, pihaknya berupaya meningkatkan populasi bekantan di kawasan konservasi sebesar 10 persen dalam 5 tahun, hingga 2020. Kawasan konservasi bekantan berada di Pulau Bakut, Pulau Kembang, Pulau Kaget, dan Kuala Lupak. Semua kawasan konservasi itu terletak di wilayah Barito Kuala. (JUM)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juli 2017, di halaman 14 dengan judul “Bekantan Terdesak dari Habitatnya”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB