Sistem peminatan di SMA sesuai Kurikulum 2013 memberi pilihan lebih cair kepada siswa, yaitu siswa bisa mengambil mata pelajaran lintas jurusan. Tujuannya agar siswa bisa berkembang sesuai potensi yang mereka miliki sekaligus tetap bisa menekuni bidang yang mereka minati meskipun di luar jurusannya.
“Dulu, sistem penjurusan mewajibkan siswa hanya berjalan pada satu koridor,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno di Jakarta, Jumat (26/5). Dengan sistem peminatan, siswa dibagi tiga jurusan di kelas XI. Namun, mereka memiliki kesempatan sebanyak 4-8 jam setiap pekan untuk mengambil mata pelajaran lintas jurusan.
Totok mencontohkan, siswa jurusan IPS wajib belajar Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Mereka juga berkesempatan mengambil 2-4 mata pelajaran lintas jurusan seperti Biologi dari jurusan IPA ataupun Antropologi dari jurusan Bahasa. Ketika belajar Biologi, misalnya, siswa IPS bergabung di kelas jurusan IPA. “Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan siswa bersosialisasi di luar teman-teman sekelas,” ujar Totok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarya bidang Bimbingan dan Konseling Suwarjo mengatakan, semangat peminatan siswa adalah untuk mengembangkan mereka sesuai bakat dan potensi mereka. Pasalnya jika tidak ada spesifikasi, siswa tidak akan berkembang secara optimal karena tidak terarah.
“Sistem penjurusan berdasarkan rumpun mata pelajaran tidak bisa berdiri sendiri, harus dipadu dengan pengembangan karakter dan kegiatan ekstrakurikuler,” ujarnya.
Dalam pelajaran mata pelajaran pun tidak hanya berkutat pada unsur kognitif, tetapi mencakup kemampuan berpikir kritis, menganalisis, berorganisasi, dan empati sosial. Tujuannya, kata Suwarjo, untuk menyiapkan siswa terjun ke dunia nyata yang bersifat sangat cair. Tidak ada lagi pekerjaan-pekerjaan yang spesifik menggunakan satu jurusan. Semua beririsan antarkemampuan eksakta, sosial, dan bahasa.
Secara terpisah, pakar kurikulum Universitas Negeri Jakarta Yuli Rahmawati mengingatkan sekolah bahwa penentuan jurusan harus berdasar keinginan dan kemampuan siswa. Setelah dijuruskan, sekolah tetap harus membuka ruang kerja sama agar siswa bisa saling belajar.
Sejumlah sekolah juga tidak kaku dalam menerapkan penjurusan bagi siswa. Kepala SMA Cita Hati, Surabaya, Juwati Ureyang mengatakan, pihaknya menghapus pemisahan jurusan IPA dan IPS. Dia mengatakan, kebutuhan anak sekarang berbeda. Ketika lulus kuliah kelak, mereka harus bersaing bukan hanya dengan tenaga kerja asing, melainkan juga melawan mesin (kecerdasan buatan).
Wakil Kepala SMA Highscope Indonesia di Jakarta Nurida mengatakan, siswanya dapat memilih minat untuk sains dan matematika, bisnis dan teknologi informasi, ataupun seni pertunjukan. Para siswa tidak hanya mengambil mata pelajaran inti, tetapi juga lintas disiplin untuk memperkaya siswa. (DNE/ELN)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Mei 2017, di halaman 11 dengan judul “Siswa Bisa Ambil Mata Pelajaran Lintas Jurusan”.