Jadikan Hasil Riset Basis Kebijakan

- Editor

Senin, 13 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemanfaatan sumber daya alam bisa berjalan berkelanjutan dan tidak bertentangan dengan konservasi jika memanfaatkan hasil-hasil riset dalam pengambilan kebijakan. Sayangnya, selama ini ada kesenjangan antara akademisi dan pemerintah.

Demikian disampaikan Jatna Supriatna seusai pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Biologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Sabtu (11/3), di Depok, Jawa Barat. Dalam upacara pengukuhan yang dipimpin Rektor UI Muhammad Anis itu, dikukuhkan juga Dewi Fatma Suniarti sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Biologi Oral dari Fakultas Kedokteran Gigi UI.

Jatna mengatakan, ilmu tentang konservasi berkembang pesat. Dengan ilmu tersebut, akademisi telah bisa mencari solusi agar pemanfaatan sumber daya alam bisa berkelanjutan dan berjalan bersama konservasi. Hanya saja, hasil-hasil riset tentang itu umumnya tidak menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan karena adanya kesenjangan akademisi-pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Akademisi selama ini dinilai ada di menara gading. Mereka memikirkan konservasi hanya untuk konservasi. Sementara pemerintah sendiri merasa diri sebagai pengambil keputusan,” katanya.

Padahal, sebenarnya akademisi dengan ilmunya bisa mencari solusi pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu metode yang bisa dipakai ialah multikriteria analisis dalam lanskap yang sudah dipraktikkan Jatna dan koleganya dari Amerika.

Jatna mencontohkan, kelapa sawit di tempat paling tandus pun masih bisa hidup. Namun, terkadang kebun kelapa sawit ditempatkan di lokasi yang bagus. Dengan kriteria ilmiah, akademisi bisa menentukan mana kawasan yang tepat untuk pembangunan dan konservasi. Apabila kawasan konservasi dipakai budidaya, sering menimbulkan kerugian, bukan untung, misalnya banjir.

Karena itu, harus ada jembatan antara pemerintah dan akademisi sehingga pengambilan kebijakan dilakukan berbasis riset. “Kami sering dihargai di dunia karena mereka menghargai apa yang kami lakukan, yakni mencari solusi atas persoalan. Tapi di dalam negeri, penghargaan terhadap ilmuwan kurang,” kata Jatna.

Farmakologi
Adapun Dewi dalam pidato pengukuhannya menyampaikan, dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam farmakologi. Ketika menghadapi pasien, dokter gigi tidak hanya memikirkan obat apa yang akan diberikan, tapi juga mempertimbangkan apakah memang obat itu perlu diberikan, apakah pasien sedang mengonsumsi obat lain, kondisi pasien, dan riwayat konsumsi obat pasien.

Tidak semua kasus perlu diberi obat, baik obat lokal maupun sistemik. Tidak ada kewajiban dokter gigi harus memberikan tiga serangkai obat, yakni analgesik-antiinflamasi, antibiotik, dan obat kumur kepada pasien. Beberapa contoh penggunaan obat irasional ialah pemberian vitamin untuk membantu penyembuhan luka cabut, pemberian obat kumur tanpa didahului terapi lokal, pemberian profilaksis antibiotik prabedah gigi, dan pemberian antibiotik pada pasien gingivitis sederhana. (ADH)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “Jadikan Hasil Riset Basis Kebijakan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB