Riset Perkuat Asal Orang Papua dari Afrika

- Editor

Jumat, 10 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Riset terbaru pada populasi Aborigin di Australia menguatkan teori keberadaan manusia modern berasal dari Afrika. Setelah keluar dari Afrika sejak 130.000 tahun lalu, mereka bergerak ke berbagai penjuru dunia dan rombongan pertamanya mencapai Australia melalui Asia Tenggara.

Selain itu, ada temuan bahwa Aborigin Australia dengan Papua memiliki kedekatan genetika. Mereka mendapat pembauran genetika dari manusia purba Denisovian. Papua dan Aborigin lalu terpisah sekitar 37.000 tahun lalu, jauh sebelum terbentuknya Selat Torres yang memisahkan Benua Australia dengan Pulau Papua sekitar 10.000 tahun lalu.

Penelitian tentang orang Aborigin dan kaitannya dengan Papua itu disampaikan Prof David Lambert, ahli evolusi dan genetika dari Australian Research Centre for Human Evolution Griffith University, Queensland, Australia, dalam seminar di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Rabu (8/3). “Nenek moyang Aborigin dan Papua terpisah dengan populasi di Eropa dan Asia sekitar 58.000 tahun lalu,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Riset Lambert yang dipublikasikan di jurnal PNAS pada 2016 dan dipilih jurnal Science sebagai satu dari 10 penemuan terpenting pada 2016 membantah teori multiregional yang dipublikasikan Alan Thorne dan koleganya dari Australian National University tahun 2001. Sebelumnya, teori multiregional Thorne menyebut, populasi manusia berasal dari beberapa lokasi berbeda, termasuk Aborigin.

Thorne membangun teorinya setelah melakukan pengurutan DNA (DNA sequencing) purba dari sejumlah individu Aborigin Australia, termasuk Mungo Man yang dikenal sebagai Aborigin tertua. Hasilnya, Mungo Man berbeda dengan Aborigin saat ini, tetapi merupakan keturunan manusia purba sejenis Homo erectus dari Indonesia yang punah.

Lambert mengurut ulang DNA manusia yang dikuburkan di sekitar Mungo Man dan menemukan indikasi bahwa hasil penelitian sebelumnya terkontaminasi. “Riset saya menunjukkan, Aborigin Australia tak diragukan sebagai manusia pertama Australia,” ucapnya.

Dengan mengurut DNA, Lambert memastikan jejak asal-usul Aborigin dari Afrika, menguatkan teori Out of Africa. Ia menguatkan kesimpulannya dengan meneliti genom modern sejumlah besar individu Aborigin dari berbagai wilayah di benua itu.

Belakangan, ia pun membandingkan DNA Aborigin dengan orang Papua. “Bisa disimpulkan, orang Aborigin dan Papua punya kedekatan. Mereka berasal dari satu gelombang migrasi sama dari Afrika sebelum berpisah 37.000 tahun lalu,” katanya.

Posisi Indonesia
Lambert memaparkan, kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, berperan penting untuk memahami evolusi manusia. Meski kini diakui Afrika merupakan asal semua spesies manusia modern, Indonesia jadi asal manusia purba Homo floresiensis yang baru-baru ini ditemukan.

Di Indonesia juga ditemukan manusia purba Homo erectus atau Java Man, yang menunjukkan kawasan itu dihuni manusia sebelum kedatangan manusia modern. Temuan terbaru berupa lukisan di goa Sulawesi berusia sekitar 40.000 tahun lalu kian menunjukkan pentingnya posisi Indonesia.

Menurut ahli genetika yang juga Deputi Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo Supolo, sampel DNA Papua yang banyak dipakai Lambert berasal dari Papua Niugini. Padahal, masyarakat Papua dan Papua Niugini amat beragam. Di Papua ada 209 kelompok bahasa.

“Data Papua terbatas. Eijkman lebih banyak meneliti di bagian barat Indonesia dan belakangan ini kembali ke Papua,” katanya. Tahun lalu, Eijkman mengambil sampel genetika warga di Koroway, Citak, Yaqai, dan Mapi di Papua bagian selatan. (AIK)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “Riset Perkuat Asal Orang Papua dari Afrika”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB