Satu DNA Tiga Sumber

- Editor

Rabu, 21 Desember 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kloning manusia adalah salah satu hal yang paling ditakuti dari sains, seiring dengan kontrol perilaku, rekayasa genetika, transplantasi kepala, puisi komputer, hingga tumbuhnya kembang plastik yang tak terkendali. Lewis Thomas (1913-1993) dokter dan fisikawan

Menjelang tutup tahun 2016, dunia dikejutkan dengan keluarnya persetujuan dari yang berwenang mengatur fertilitas di Inggris, yang membolehkan rekayasa DNA anak dari tiga sumber. Dalam proses kehamilan alami, anak yang dikandung berasal dari DNA kedua orangtuanya. Kali ini, melalui rekayasa genetika, DNA anak berasal dari tiga sumber: ayah, ibu, dan donor. DNA, singkatan dari deoxyribonucleic acid, adalah pembawa sifat pada makhluk hidup.

Mengutip BBC, adalah para dokter dari Newcastle yang mengembangkan program bayi tabung canggih ini. Bayi pertama dengan tiga sumber DNA diharapkan lahir akhir 2017. Program ditujukan pada keluarga yang kehilangan anak-anak mereka karena menderita gangguan mitokondria. Anak-anak dengan gangguan ini, pada kondisi yang paling parah tidak punya cukup energy. Bahkan, untuk membuat jantungnya terus berdetak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kasus gangguan mitokondiria terjadi pada satu dari 4.300 anak yang dilahirkan. Ketidakcukupan energi membuat otot-ototnya lemah, buta, tuli, kejang-kejang, diabetes, gagal hati, dan jantung. Umumnya memang berakibat fatal.

Gangguan berawal dari kerusakan pada mitokondria, yang hanya diturunkan dari ibu. Mitokondria merupakan tempat utama sintesis molekul Adenosin Trifosfat (ATP) yang menjadi sumber energi tubuh. Dengan demikian, teknik dikembangkan untuk memperoleh mitokondria sehat dari donor.

Hal itu memungkinkan karena mitokondria memiliki DNA tersendiri. Secara sederhana, teknik rekayasa ini bisa digambarkan dengan memindahkan nukleus dari embrio hasil pembuahan ayah dan ibu, ke embrio donor yang sudah dibuang nukleusnya. Embrio dengan nukleus ayah dan ibu kemudian ditanam ke dalam rahim.

Berhentikah pengetahuan sampai di sini? Justru di sinilah pokok persoalannya. Sejarah menunjukkan, manusia tak pernah berhenti pada satu titik. Meski diharapkan bisa menolong 25 pasangan setiap tahunnya, teknik ini juga membuka perkembangan kemungkinan baru yang tanpa batas.

Di satu sisi, pengetahuan tentang DNA dan pemetaannya, teknik rekayasa genetika dan kemajuannya, bisa menjadi kunci menuju babak baru pengobatan penyakit Di sisi lain, seluruh kemampuan itu bisa membuat manusia lupa dan memasuki wilayah ”penciptaan” milik Yang Maha Kuasa.

Aldous Huxley, menggambarkan bagaimana manusia memasuki ranah Sang Pencipta dalam novel fiksi ilmiahnya, Brave New World. Di negara masa depan dalam cerita itu, bayi-bayi dilahirkan secara buatan sesuai kebutuhan. Dari calon pemimpin, ilmuwan, sampai kelompok pekerja terendah, semua tersedia.

Tidak ada yang protes dan marah-marah, karena ada mesin propaganda negara dan obat pengubah perasaan yang membuat semua orang puas dengan posisinya. Dalam dunia nyata, ada Proyek Genom Manusia yang memetakan tiga miliar nukleotida, penyusun 100.000 gen dalam tubuh manusia.Varian-varian gen tersebut menentukan tinggi badan, golongan darah, warna kulit, rambut, dan mata, sekaligus kerentanan terhadap penyakit. Maka, agar ”ramalan” Aldous Huxley tidak menjadi kenyataan, berbagai kode etik dan tata cara prosedur yang ketat disiapkan sebagai pagarnya.

Namun demikian, manusia mungkin perlu belajar untuk tidak terlalu khawatir atau sebaliknya mendewakan-kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam film Gattaca yang dibintangi Uma Thurman dan Ethan Hawke, ditunjukkan bahwa masa depan tidak selalu bisa diramal, secanggih apa pun ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan. Masih ada kerja keras ketekunan,keberanian, dan juga keberuntungan, yang akan menentukan.

Oleh AGNES ARISTIARINI

Sumber: Kompas, 21 Desember 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB