Diapora para ilmuwan Indonesia di luar negeri dipandang sebagai jembatan emas pemajuan mutu pendidikan dan teknologi bangsa. Mereka diharapkan menjadi mitra dalam menciptakan praktik perkuliahan dan penelitian bertaraf internasional.
”Pengalaman para ilmuwan dari luar negeri harus digabungkan dengan praktik di dalam negeri. Program ini dapat menggali masalah dasar secara keilmuan di setiap bidang,” ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (19/12), di Jakarta.
Wapres kemarin membuka program Visiting World Class Professor: Menyalakan Indonesia di Peta Ilmu Pengetahuan Dunia, Sumbangsih Ilmuwan Indonesia Bagi Ibu Pertiwi”. Sebanyak 42 akademisi dan ilmuwan Indonesia di luar negeri pulang kampung dalam acara yang berlangsung pada 18-24 Desember ini untuk berbagi-bagi ilmu serta penelitian terbaru kepada rekan-rekan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Para ahli tersebut bekerja dan berkarya di perguruan tinggi (PT) ataupun lembaga penelitian bertaraf global. Wapres mengharapkan mereka membantu menciptakan iklim akademik yang kondusif bagi sivitas akademika Indonesia sehingga kian banyak karya yang diakui dunia.
Kluster keilmuan
Mereka berasal dari enam kluster keilmuan, yaitu ketahanan pangan; energi terbarukan; kesehatan dan obat-obatan; teknologi informasi dan komunikasi; ilmu-ilmu sosial dan seni; serta kelautan. Mereka juga akan berkunjung ke sejumlah PT, seperti Universitas Diponegoro, Universitas Lampung, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, dan Universitas Pattimura.
Hal ini bagian dari proses menjadikan PT di dalam negeri bertaraf internasional. Salah satunya ialah memiliki dosen dan peneliti yang produktif menghasilkan tulisan dan penemuan yang bermanfaat bagi pembangunan atau terobosan-terobosan baru di bidang keilmuan.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir meminta diaspora juga member masukan kepada pemerintah terkait kebijakan yang menyokong kemajuan pendidikan tinggi, inovasi pembuatan purwarupa, dan penerapannya. (DNE)
Sumber: Kompas, 20 Desember 2016