Selain protein, karbohidrat, vitamin, lemak dan air, tubuh kita juga membutuhkan unsur-unsur mineral. Sebagian dari mineral itu tergolong dalam trace element, yaitu zat yang dibutuhkan dalam jumlah sedlklt. Trace element itu umumnya kita peroleh dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Menurut beberapa penelitian, ternyata intake air dalam jumlah normal telah ikut meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan zat-zat mineral tersebut.
Chromium, merupakan unsur penting sebagai kofaktor pada insulin untuk mempertahankan toleransi glukosa normal. Selain itu Chromium juga merupakan pelindung terhadap arterosclerosis (pengerasan pembuluh darah).
Jodium, sangat panting bagi metabolisme tubuh. Kekurangan jodium dalam makanan akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok dan penyakit gondok endemik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lithium, merupakan mood stabilizer yang sering digunakan dalam pengobatan kelainan tingkah laku. Penelitian juga menunjukkan bahwa rendahnya kejadian penyakit jantung koroner dan tukak lambung pada suku Indian Pima di Arizona boleh jadi disebabkan oleh tingginya kadar Lithium dalam air.
Calsium, merupakan unsur utama dalam tulang, diduga ada hubungannya dengan penyakit jantung. Selain itu air dengan kesadahan kalsium tinggi kurang korosif terhadap logam.
Flour, berkaitan dengan caries dentis. Unsur ini bermanfaat terhadap pencegahan pengapuran aorta dan penyakit jantung, bersama-sama dengan unsur Magnesium.
Magnesium, bersama-sama dengan Calsium, Kalium dan Natrium memainkan peranan penting dalam menghantar impuls elektrik jantung dan dalam kontraksi otot jantung. Sedangkan Silicon, diduga ada hubungannya dengan penyakit jantung koroner.
Oleh karena unsur-unsur dari trace element tersebut berhubungan dengan timbulnya penyakit-penyakit tertentu, maka kita perlu bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan. Di samping itu, kegunaan lain dari trace element itu cukup banyak.
Jadi mengingat pentingnya trace element bagi tubuh kita, maka kebutuhan akan zat-zat tersebut setiap hari haruslah terpenuhi.
Air hujan adalah air murni yang tidak mengandung zat-zat lain. Dua hal yang merugikan dari air murni adalah mudah menimbulkan karat (korosif) dan mudah melarutkan zat-zat kimia dari bahan yang dicuci atau dimasak dengannya. Makin lunak air (makin rendah tingkat kesadahannya), makin mudah ia melarutkan zat-zat kimia tersebut.
Salah satu kebiasaan orang di pedesaan adalah memasak makanan, terutama sayuran sampai terlalu matang dan membuang airnya. Dengan demikian maka kandungan trace element dalam makanan menjadi sangat berkurang. Lebih-lebih bila memasak dan mencuci dengan air murni seperti air hujan. Kehilangan zat-zat tersebut dalam makanan, tidak mungkin diganti dengan makanan atau ”tablet” tambahan. Satu-satunya yang masih bisa ditambah melalui garam hanyalah Jodium.
Karena itu penggungan air hujan, juga air yang disuling dari air laut yang berlangsung sepanjang tahun mempunyai risiko, maskipun saat ini mungkin belum akan terlihat. Salah satu usaha untuk mengatasi risiko itu adalah mempersiapkan masyarakat agar menyadari hal-hal tersebut di atas. Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan harus diubah, seperti memasak makanan terlalu matang, mencuci bahan makanan terlalu lama, dan menggunakan air terlalu banyak untuk merebus makanan serta membuang airnya.
Persiapan-persiapan ke arah pencegahan defisiensi trace element harus dilakukan sedini mungkin, guna mengurangi risiko di kemudian hari. Penyebarluasan penggunaan air hujan untuk keperluan rumah tangga pun harus disertai usaha-usaha pendidikan kesehatan, sebab resiko terjangkit penyakit saluran pencernaan akan tetap ada bila masih expose terhadap sumber penularan penyakit. Untuk itu perlu dilakukan penerangan akan bahaya-bahaya yang bisa timbul dan cara-cara awal pencegahannya, seperti mengubah kebiasaan yang merugikan pada cara mencuci dan mengolah bahan makanan.
Sukirno, bekerja di Pusat Dokumentasi dan Informasi llmiah (PDII-LIPI)
Sumber: Kompas, 31 Desember 1987