Microsoft menyepakati pembelian jejaring sosial LinkedIn dengan mahar USD 26,2 miliar atau di kisaran Rp 349 triliun. Dikutip detikINET dari Reuters, ini adalah aksi akuisisi terbesar sepanjang sejarah Microsoft.
LinkedIn sendiri adalah jejaring sosial untuk kaum profesional yang sedang naik daun dan saat ini diperkirakan memiliki anggota sekitar 433 juta di seluruh dunia. Kabar pembelian oleh Microsoft ini membuat harga saham LinkedIn meningkat drastis sebesar 48%.
“Saya selalu memiliki kekaguman besar untuk LinkedIn,” kata CEO Microsoft, Satya Nadella, mengomentari akuisisi ini. Ia mengaku sudah cukup lama berdiskusi mengenai niatnya membeli LinkedIn dengan sang chairman Reid Hoffman dan CEO Jeff Weiner.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Reid sendiri menyatakan sangat mendukung deal dengan Microsoft tersebut. Sedangkan Jeff Weiner akan tetap menjabat sebagai CEO LinkedIn dan nantinya ia melapor langsung pada Nadella.
“Tim LinkedIn telah menumbuhkan bisnis fantastis yang berpusat pada menghubungkan profesional di seluruh dunia. Bersama kita bisa mengakselerasi pertumbuhan LinkedIn, dan juga Microsoft Office 365 dan Dynamic sembari memberdayakan tiap orang dan organisasi di planet ini,” lanjut Nadella.
Microsoft berencana menggeber monetisasi LinkedIn begitu proses akuisisi ini selesai, dengan strategi menumbuhkan pelanggan individual maupun organisasi serta melalui iklan. Proses akuisisi tersebut masih membutuhkan persetujuan dari regulator di Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada serta Brasil.
Uang sejumlah Rp 349 triliun itu akan dibayarkan Microsoft secara tunai. Proses akuisisi diperkirakan akan selesai menjelang akhir tahun 2016 ini. (fyk/fyk)
Fino Yurio Kristo
Sumber: detikinet, Senin, 13/06/2016
—————-
Dibeli Microsoft, Akankah Nasib LinkedIn Seperti Nokia?
Dalam berbagai aksi akuisisinya beberapa tahun terakhir, Microsoft kurang berhasil. Yang paling menonjol tentu adalah pembelian divisi ponsel Nokia.
Tahun 2014, kala itu Microsoft masih dipimpin CEO Steve Ballmer, Nokia dibeli senilai USD 7,2 miliar. Di tangan Microsoft, Nokia malah semakin tenggelam dan akhirnya tak dipakai lagi mereknya.
Bukan hanya itu saja. Akuisisi Microsoft pada aplikasi messaging enterprise Yammer senilai USD 1 miliar dan perusahaan teknologi iklan aQuantive senilai USD 6 miliar juga bisa dikatakan gagal.
Jadi akankah LinkedIn bernasib sama dengan Nokia atau nama yang disebut di atas? Mungkin tidak akan demikian karena komando Microsoft kini berada di tangan yang berbeda, Satya Nadella.
“Semua deal yang dulu gagal dieksekusi oleh Steve Ballmer, mantan CEO Microsoft yang memiliki pandangan berbeda. Ballmer lebih top down, sedangkan Nadella suka bermitra dan melakukan pendekatan lebih terbuka terhadap bisnis Microsoft,” tulis CNBC.
Dari pihak LinkedIn sendiri juga sepertinya sangat yakin deal dengan Microsoft adalah langkah terbaik. CEO LinkedIn, Jeff Weiner, menegaskan bahwa LinkedIn tetap akan beroperasi secara independen sehingga berpotensi semakin sukses.
“Visi Nadella adalah mengoperasikan LinkedIn sebagai entitas yang benar benar independen di dalam Microsoft, sebuah model yang digunakan dengan sukses besar oleh perusahaan semacam YouTube, Instagram dan WhatsApp,” kata Weiner.
Microsoft memang berjanji tidak akan banyak mengutak atik LinkedIn. Brand mereka akan tetap dipertahankan dan Jeff Weiner tetap memegang jabatannya sebagai CEO. (fyk/rns)
Fino Yurio Kristo
Sumber: detikinet, Selasa, 14/06/2016
—————
Mengapa Microsoft Rela Akuisisi LinkedIn Rp 349 Triliun?
Microsoft rela membeli LinkedIn senilai USD 26,2 miliar atau Rp 349 triliun secara tunai, sebuah aksi akuisisi termahal sepanjang sejarah perusahaan yang didirikan Bill Gates dan Paul Allen itu. Mengapa Microsoft begitu niat mencaplok LinkedIn?
“LinkedIn adalah tool kunci untuk profesional, dengan 433 juta anggota dan lebih dari 2 juta di antaranya berbayar. Microsoft sendiri punya lebih dari 1,2 miliar user Office, namun tak memiliki jangkauan sosial dan harus bergantung pada Facebook, LinkedIn dan lainnya untuk menyediakan koneksi itu,” tulis Tom Warren, kolumnis teknologi di The Verge.
“LinkedIn menyediakan Microsoft akses cepat ke lebih dari 433 juta anggota dan jangkauan sosial solid yang karena sifatnya yang profesional, cocok dengan software dan layanan Microsoft,” tambah dia.
Nantinya, profil LinkedIn mungkin ditampilkan di layanan Microsoft semacam Outlook, Skype, Office dan bahkan Windows. Dalam memo internalnya, CEO Microsoft Satya Nadella sudah memiliki beberapa visi soal masa depan LinkedIn bersama Microsoft.
“Kombinasi ini akan memungkinkan pengalaman baru misalnya newsfeed LinkedIn menampilkan artikel berdasarkan proyek yang Anda kerjakan dan Office bisa menyarankan seorang pakar di LinkedIn untuk membantu tugas yang ingin Anda selesaikan,” sebut Nadella.
Nama LinkedIn mungkin belum setenar jejaring sosial semacam Facebook, Instagram atau Twitter, namun ia memiliki keunggulan karena khusus menyasar kalangan profesional. Dan kabar baiknya menurut penelitian SimilarWeb, di kuartal I 2016, user menghabiskan lebuh banyak waktu di aplikasi LinkedIn ketimbang tahun sebelumnya yang berarti jejaring sosial ini makin diminati.
SimilarWeb juga mengatakan LinkedIn adalah website paling banyak dikunjungi nomor 28 di dunia dan ranking 14 di Amerika Serikat. Sekitar sepertiga trafik LinkedIn datang dari AS di mana user rata rata menghabiskan waktu 5 menit 16 detik tiap hari di aplikasinya.
Microsoft berencana menggeber monetisasi LinkedIn begitu proses akuisisi ini selesai, dengan strategi menumbuhkan pelanggan individual maupun organisasi serta melalui iklan. Proses akuisisi tersebut masih membutuhkan persetujuan dari regulator di Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada serta Brasil.
Uang sejumlah Rp 349 triliun itu akan dibayarkan Microsoft secara tunai. Proses akuisisi diperkirakan akan selesai menjelang akhir tahun 2016 ini. (fyk/fyk)
Fino Yurio Kristo
Sumber: detikinet, Selasa, 14/06/2016
—————-
Pendiri LinkedIn Tambah Kaya Rp 37 Triliun
Reid Hoffman, pendiri LinkedIn, boleh tertawa lebar. Ia bertambah kaya raya berkat akusisi Microsoft pada LinkedIn yang nilainya USD 26,2 miliar atau sekitar Rp 349 triliun.
Dikutip detikINET dari Venture Beat, sebagai salah satu pendiri LinkedIn, Hoffman saat ini tercatat masih memiliki 14,7 juta saham di sana. Nah hitungan kasarnya, Microsoft membeli LinkedIn USD 26 miliar yang berarti USD 196 per saham.
Artinya berkat kepemilikan jutaan saham di LinkedIn, Hoffman akan meraup sekitar USD 2,8 miliar atau Rp 37 triliun dari transaksi dengan Microsoft. Saat ini, Hoffman sudah memiliki kekayaan USD 4,6 miliar sehingga koceknya bertambah tebal saja.
Adapun CEO LinkedIn, Jeff Weiner mempunyai sekitar 400 ribu saham dengan nilai USD 78 juta. Dalam deal dengan Microsoft, Weiner dipastikan akan tetap dipertahankan di posisinya itu.
LinkedIn sendiri diluncurkan pada tahun 2003 dan terus berkembang sejak itu. Jejaring sosial untuk profesional ini berkantor pusat di Mountain View, California dan memiliki kantor cabang di banyak negara. Jumlah karyawannya sekitar 9.200 orang. (fyk/rns)
Fino Yurio Kristo
Sumber: detikinet, Selasa, 14/06/2016
———–
Selain LinkedIn, Ini Daftar Akuisisi Terbesar Microsoft
Microsoft melakukan langkah berani untuk mengakuisisi jaringan profesional online LinkedIn senilai US$26,2 miliar atau setara Rp349 triliun.
Keputusan tersebut diakui raksasa peranti lunak berbasis di Redmond, Washington, Amerika Serikat sebagai akuisisi terbesarnya sepanjang sejarah perusahaan.
Microsoft mengambil alih sebagian besar saham LinkedIn dengan harga US$ 196 per lembar–50 persen lebih tinggi dari harga penutupan. Kedua perusahaan sudah menandatangani perjanjian definitif dengan nilai mencapai US$2,2 miliar.
Sebelum akuisisi LinkedIn yang mengejutkan ini, Microsoft juga pernah mengambil langkah akuisisi lain yang tak kalah besar nilainya. Apa saja?
Hotmail
Microsoft mengumumkan akuisisinya terhadap layanan email Hotmail pada 31 Desember 1997 lalu sekitar US$500 juta atau setara Rp6,6 triliun.
Hotmail diyakini bisa menjadi komponen penting di Microsoft Network bagian layanan online communication and information. Layanan Hotmail sendiri memang tidak memungut biaya alias gratis bagi pengguna yang ingin mendaftarkan diri.
Microsoft kala itu percaya Hotmail bisa menjadi bisnis yang bakal mendulang trafik layanan, serta produk strategis seperti Office 365.
aQuantive
Mengakuisisi perusahaan penyedia layanan dan peranti lunak iklan aQuantive pada 2007 silam diyakini Microsoft bisa menyaingi Google.
Di masa itu, Google telah mengakuisisi DoubleClick yang mengembangkan layanan iklan Internet.
Microsoft merogoh kocek sebesar US$6 miliar atau sekitar Rp79 triliun untuk aQuantive. Perusahaan asal Seattle itu memiliki berbagai produk untuk para pengiklan dan publisher yang kemudian sejumlah teknologinya dimanfaatkan oleh Microsoft.
Mengutip Business Insider, kedua perusahaan tidak terintegrasi dengan baik sampai-sampai Microsoft harus mengubah fokus strategi iklannya. Pimpinan aQuantive pun telah hengkang dari perusahaan.
Skype
Microsoft mencomot layanan komunikasi online Skype sebesar US$8,56 miliar atau setara Rp113 triliun pada Mei 2011 dari grup investor Silver Lake.
Sebetulnya itu bukan akuisisi perdana dari Skype. Sebelum sebagian diambil alih Silver Lake, eBay sudah lebih dulu membelinya pada September 2005 seharga US$3,1 miliar.
Situs Wired mewartakan, keputusan Microsoft mengakuisisi Skype diumumkan tak lama setelah Google dan Facebook menyatakan tertarik untuk bekerjasama dengan Skype.
Setelah diakuisisi, Skype mendukung perangkat Microsoft seperti Xbox, Kinect, hingga Windows Phone.
Akuisisi Skype pada saat itu menjadi yang terbesar melampaui nilai beli aQuantive.
Nokia
Proses akuisisi Microsoft terhadap unit bisnis ponsel dan layanan Nokia rampung pada 25 April 2014 lalu. Nilai akuisisi tersebut mencapai US$7,2 miliar atau sekitar Rp95 triliun.
Dari jumlah itu, sebanyak US$ 5 miliar digelontorkan untuk membeli unit bisnis perangkat dan layanan Nokia, sementara US$ 2,2 miliar dipakai untuk lisensi paten teknologi dan mereka dagang ponsel Nokia selama 10 tahun.
Nama unit bisnis Nokia pun berubah menjadi Microsoft Mobile. Tak hanya itu, Microsoft juga membunuh merek dagang Nokia dan mengubahnya menjadi “Microsoft Lumia”.
Dengan dibelinya unit bisnis ponsel dan layanan ini, membuat kelompok bisnis Nokia Group yang berbasis di Espoo, Finlandia, mengandalkan tiga unit bisnis yang tersisa, yaitu infrastruktur telekomunikasi (Nokia Solutions and Networks), layanan peta digital (Nokia Here), serta unit pengembangan teknologi dan lisensi paten (Advanced Technologies)
Mojang
Tidak mungkin ada game Minecraft tanpa kehadiran perusahaan Mojang asal Stockholm, Swedia ini. Pada September 2014, Mojang dibeli Microsoft senilai US$2,5 miliar atau setara Rp33 triliun.
CEO Microsoft Satya Nadella menganggap Minecraft merupakan waralaba game besar dan platform dunia. Perusahaan melihat industri game sangat menarik karena dapat dimainkan dalam berbagai perangkat.
Sayangnya akuisisi ini membuat para pendiri Mojang mengundurkan diri dan memutuskan membangun proyek baru.
“Saya menciptakan game karena hal itu menyenangkan. Saya tidak pernah berniat untuk membuat game-game tersebut menjadi sangat populer. Terima kasih sudah menjadikan Minecraft seperti sekarang,” tulis salah satu pendiri Markus Persson.
Microsoft mengelola kantor Mojang di Stockholm bersama sekitar 40 karyawan. Akuisisi ini dinilai tidak sia-sia, pendapatan game ini tumbuh 79 persen menjadi US$171 juta pada kuartal terakhir 2014.(tyo)
Hani Nur Fajrina
Sumber: CNN Indonesia Selasa, 14/06/2016