LG G5 adalah satu nama yang mencuri perhatian di tengah perhelatan Mobile World Congress 2016 di Barcelona sebagai ponsel modular pertama yang dipasarkan secara komersial. Fitur modular memungkinkan bagian dari ponsel dilepas dan diganti dengan modul lain dan mendatangkan fungsi atau fitur baru.
Dua modul yang diperkenalkan adalah modul kamera yang membuat ponsel tersebut bisa dipergunakan layaknya memegang kamera, serta modul audio untuk membuat G5 bisa menjalankan audio dengan kualitas lebih baik.
Fitur baru ini membuat G5 menjadi perbincangan karena menghadirkan cara baru untuk mempergunakan ponsel pintar. Belum lagi spesifikasinya yang membuatnya bersanding bersama ponsel premium lain yang juga dipamerkan di ajang serupa seperti Galaxy S7 dari Samsung. Prosesor Snapdragon 820 dari Qualcomm yang laris dipakai ponsel unggulan juga tidak ketinggalan dipakai seri ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hampir tiga bulan setelah acara berlalu, tidak ada kabar mengenai kepastian soal peluncuran seri ini di Indonesia sementara Samsung sudah bergerak cepat dengan memperkenalkan Galaxy S7 beberapa hari setelah MWC 2016. Muncul kekhawatiran bahwa G5 kandas tidak bisa masuk ke pasar Indonesia karena terjegal regulasi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang mengharuskan ponsel yang beroperasi di jaringan selular 4G harus memiliki kandungan lokal setidaknya 20 persen.
Kekhawatiran tersebut beralasan karena LG sejak awal tahun seolah mandek memperkenalkan tipe baru, termasuk ponsel premium, misalnya V10 atau Nexus 5X. Saat itu diketahui bahwa mereka belum memiliki pabrik di Indonesia.
Dan akhirnya semua bisa menarik napas lega saat diumumkan bahwa seri premium itu akan dijual di Indonesia. LG memastikan bahwa mereka sudah memenuhi ketentuan TKDN dengan menggandeng layanan manufaktur elektronik yakni PT Adi Reka Mandiri untuk membuat G5 yang akan dipasarkan untuk pasar Indonesia pada bulan Juni sementara pemesanan dimulai pada akhir bulan Mei.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–LG G5 merupakan ponsel pintar modular pertama yang dijual untuk pasar Indonesia yang direalisasikan pada bulan Juni mendatang, Selasa (10/5). Dengan fitur ini, bagian ponsel bisa dilepas dan diganti dengan modul lain untuk menambah fungsi seperti audio atau kamera.
Tidak berhenti di sana, LG juga membeberkan rencana untuk meluncurkan tujuh ponsel 4G mereka dengan rentang harga Rp 1 juta hingga Rp 8 juta untuk tahun 2016. Hawa optimisme sungguh merekah di ruang yang dipakai untuk menyampaikan keputusan tersebut. “LG sudah kembali,” seru Head of Mobile Communication Division LG Indonesia, Hee Gyun Jang sambil tersenyum.
Harga
Namun ada satu detail kecil yang cukup mengganggu dalam perkenalan tersebut. G5 yang dijual ke pasar Indonesia bukan varian yang seperti diperkenalkan dalam MWC, tetapi seri SE yang memiliki spesifikasi lebih rendah. Hal itulah yang membuat LG Indonesia dihujani protes dari para calon pembeli.
Halaman Facebook LG Mobile Indonesia menjadi tempat mereka untuk melancarkan kekesalan atas keputusan LG. Salah satu argumen yang diajukan, G5 adalah seri premium dan seharusnya menggunakan tipe prosesor terbaru, bukan varian yang menggunakan prosesor lebih rendah.
Perbedaan G5 dengan G5 SE hanya terletak pada dua hal, yakni prosesor yang dipakai dan kapasitas RAM. G5 saat diumumkan menggunakan Snapdragon 820 dan RAM 4 gigabita sedangkan G5 SE memakai Snapdragon 652 dan RAM 3 gigabita. Selebihnya tidak ada perbedaan dari segi ukuran layar dan resolusinya maupun fitur modularnya.
Jang mengungkapkan harga sebagai alasan untuk mendatangkan varian G5 SE. Dengan spesifikasi yang lebih rendah, ponsel ini akan lebih mudah dijangkau tanpa harus meninggalkan fitur-fitur utamanya. Selisih harga tersebut bisa mencapai Rp 1 juta.
Kompensasi pada performa tanpa mengorbankan teknologi meski dia bersikeras tidak akan berpengaruh pada pengalaman pengguna saat memakai ponsel. Snapdragon 652 sendiri sebetulnya pilihan kedua untuk menjadi otak dari prosesor premium saat ini.
“Ada beberapa fitur yang belum bisa digunakan karena teknologinya belum banyak dipakai di Indonesia seperti 3 carrier aggregation sementara teknologi ini belum dipakai oleh operator telekomunikasi yang ada,” ujar Jang.
Keputusan LG untuk menjual varian G5 SE di Indonesia, Brasil, dan India, memang membuat ponsel lebih terjangkau sehingga lebih banyak orang yang bisa memanfaatkan fitur modular dan pada akhirnya bisa mendongkrak minat dari pihak ketiga untuk ikut mengembangkannya. Hanya saja, spesifikasi G5 tidak terpaut jauh dengan seri sebelumnya, yakni G4 menggunakan Snapdragon 808 dan kapasitas RAM yang sama yakni 3 gigabita.
Dan Jang tetap meyakini bahwa spesifikasi bukanlah alasan pemilik G4 untuk ragu mengganti ponsel mereka dengan tipe yang baru karena G5 akan mengubah cara penggunaan ponsel mereka selama ini.
Peluang
Kompas berkesempatan memegang dan mengoperasikan G5 untuk mencoba fitur-fitur yang dimilikinya. Terlepas dari keputusan LG terkait varian SE, ponsel ini memang cukup menjanjikan fiturnya.
Dengan badan berbalut bahan metal, G5 meninggalkan ciri khas yakni pengatur kelantangan suara yang sebelumnya ada di punggung bersama tombol daya kini dipindahkan ke sisi ponsel. Tombol yang tersisa di belakang kini juga berfungsi sebagai sensor sidik jari untuk mengamankan isi ponsel.
Bagian bawah layar merupakan modul yang bisa dilepas dan diganti dengan modul lain. Dengan menekan tombol pelepas kaitan di sisi ponsel, bagian tersebut bisa dicopot berikut baterai yang terhubung ke sana. Setelah baterai dilepas dengan cara ditarik, kita bisa menggunakan modul lain untuk menggantikannya dan kembali dipasang seperti cara yang sama.
Dengan cara yang sederhana tersebut, fungsi baru langsung bisa dipergunakan. Modul kamera misalnya, membuat bagian bawah menjadi tebal tapi membuat ponsel bisa digenggam nyaman sewaktu dipakai untuk mengambil gambar. Terdapat tombol tambahan seperti pintasan ke aplikasi kamera serta tombol pelepas rana yang bisa ditahan separuh jalan untuk mencari fokus layaknya kamera digital, serta roda untuk mengatur pembesaran gambar.
Begitu pula modul audio yang memungkinkan ponsel tersebut menghasilkan audio dengan kualitas 32 bit. Bekerja sama dengan Bang and Olufsen, merek audio ternama, modul tersebut menjadikan G5 sebagai pemutar musik definisi tinggi.
Hingga hari ini, memang masih ada dua modul yang tersedia, tetapi Jang memastikan bahwa pusat penelitian dan pengembangan LG di Korea Selatan sudah mempersiapkan rancangan modul-modul lain yang akan keluar di masa mendatang.
Satu lagi pesona dari G5 adalah kamera utama menggunakan dua lensa yang memiliki fungsi berbeda. Satu lensa memiliki sudut pengambilan gambar 73 derajat, sementara lensa yang lain lebih lebar lagi yakni 135 derajat. Pengguna bisa menggunakannya secara seketika sewaktu memakai aplikasi kamera untuk mengambil gambar yang mereka butuhkan, misalnya seperti swafoto.
Bagi penggemar fotografi dengan ponsel, ini adalah kesempatan berharga untuk berburu gambar dengan hasil yang unik. Belum lagi penggemar swafoto yang kini tidak perlu lagi membawa monopod untuk membuat ponsel mengambil gambar banyak orang dalam jarak dekat.
Kepastian bahwa G5 bakal dijual di Indonesia sendiri adalah kabar baik yang patut diapresiasi, meski harus memaklumi bahwa perangkat yang akan hadir nantinya tidak akan seperti gawai yang mereka nantikan sejak awal. Kita hanya bisa separuh berbahagia.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas, 15 Mei 2016