Indonesia tengah mengalami krisis penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saatnya memberikan perhatian besar terhadap hal itu agar beragam krisis yang melilit bangsa ini bisa teratasi.
Demikian benang merah Orasi Ilmiah Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) I Gede Wenten, Jumat (26/2), di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Bandung, Jawa Barat.
Pada kesempatan sama, Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Yasraf Amir Piliang menyampaikan orasi ilmiah berjudul Kondisi Manusia dan Kebudayaan di Abad Transformasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wenten, dalam orasi berjudul Teknologi Membran: Prospek dan Tantangannya di Indonesia, menilai, krisis iptek menjadi masalah terbesar yang harus dibenahi negeri ini. Jika tidak, krisis lain, seperti ekonomi, akan sulit diatasi. “Jika kapasitas keilmuan kuat, saya yakin kita bisa punya modal untuk bersaing di zaman informasi ini,” ujarnya.
Wenten mencontohkan kiprahnya dalam pengembangan teknologi membran untuk beragam kebutuhan manusia. Salah satunya pengembangan membran yang kini diterapkan Wenten dalam produk “fresh on”. Produk ini merupakan teknologi purifikasi udara berbasis membran ultrafiltrasi yang bisa diterapkan dalam penanganan kabut asap atau keperluan pada udara segar untuk kebutuhan sehari- hari. “Membran juga efektif mengembangkan beragam jenis produk lain, seperti pengolahan air, limbah industri, akuakultur, hingga masa depan industri agro Indonesia,” kata Wenten.
Yasraf menyoroti urgensi pemikiran, kajian, serta pengetahuan tentang manusia dan kemanusiaan saat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan karya ciptaan manusia lainnya. Hal itu sangat penting dimiliki karena semua karya ciptaan itu diciptakan untuk membangun peradaban. “Tanpa mempertimbangkan unsur manusia dalam membangun beragam jenis infrastruktur dan fasilitas, seperti jalan tol, alat transportasi, dan alat komunikasi, rentan merusak tatanan sosial dan nilai budaya luhur yang ada,” katanya. (CHE)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Februari 2016, di halaman 11 dengan judul “Dorong Penguasaan Iptek untuk Atasi Aneka Krisis”.