Gerakan Membaca Dimaknai Deklarasi Literasi
Seiring pesatnya penggunaan gawai, guru terus menyiasati gejala kemerosotan minat baca di kalangan siswa. Berbagai cara ditempuh, mulai dari membiasakan siswa membaca setiap hari, membuat perpustakaan kelas, hingga mengembangkan perpustakaan digital.
Kelas XI-IPA 2 dan XI-IPA 3 di SMAN 29 Jakarta Selatan memanfaatkan lemari buku di ruang kelas sebagai perpustakaan kelas. Saat ini terdapat 36 koleksi buku yang didominasi biografi tokoh- tokoh dunia, seperti Abraham Lincoln, Bill Gates, dan Soekarno. Perpustakaan kelas mulai dibentuk pada 2015.
Perpustakaan kelas memiliki laporan data baca siswa dilengkapi keterangan jam baca dan tema buku. Data tersebut digunakan guru untuk memantau intensitas baca siswa. Selain itu, siswa juga bisa meminjam koleksi buku dengan mencatat data di lembar peminjaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penggagas ide perpustakaan kelas yang juga guru Bahasa Indonesia SMAN 29, Lina Dinawati, mengawali program itu dengan mendorong siswa membaca dan menyelesaikan buku biografi tokoh dalam sebulan. Buku yang telah dibaca disumbangkan untuk menambah koleksi perpustakaan.
“Minat baca siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan cerita inspiratif dari tokoh-tokoh dunia. Seusai membaca, siswa menulis laporan dan menceritakan isi buku kepada teman-temannya,” kata Lina, Selasa (2/2).
Lina menilai, konten bacaan bermutu memengaruhi pola perilaku siswa. Buku biografi dapat memberikan teladan yang lebih nyata ketimbang cerita fiktif. Misalnya, bagaimana kebiasaan Valentino Rossi mempersiapkan diri sebelum mengendarai sepeda motor.
“Pada dasarnya, siswa menyerap nilai-nilai yang mereka baca. Nasihat dari tokoh-tokoh cenderung mudah dicerna, apalagi jika memang diidolakan,” katanya.
Beriliant Noval, siswa kelas XI-IPA 2, menuturkan, kebiasaan baca siswa di kelasnya mulai meningkat walau masih “dipaksa” oleh guru. Perpustakaan kelas membuat referensi bacaan siswa beragam, tanpa berkutat materi pelajaran sekolah saja.
“Peningkatan minat baca terlihat saat siswa yang biasanya tidak membaca menjadi gemar membaca. Selain itu, isi buku yang diceritakan oleh teman kerap menggugah rasa penasaran sehingga mendorong minat baca,” tutur Beriliant. Baginya, keberagaman referensi bacaan juga memperkaya kosakata.
Diharapkan, literasi turut memperluas wawasan. Siswa harus dilatih mengutarakan pendapat disertai solusi. Ide solusi didapatkan dari membaca secara komprehensif, disertai pemahaman yang sistematis.
Perpustakaan digital
SMA Negeri 78 Jakarta Barat selangkah lebih maju. Sekolah ini sejak tiga tahun lalu telah mendigitalisasi perpustakaan mereka. Hal itu memungkinkan para siswa dan guru mengakses buku koleksi perpustakaan tanpa harus masuk perpustakaan.
Seluruh koleksi judul buku milik perpustakaan SMAN 78 bisa dibaca dalam format pdf oleh siswa atau guru yang memiliki akses jaringan intranet sekolah. Akses dapat dilakukan melalui komputer jinjing atau telepon pintar.
“Paling tidak, tampilan konten pembelajaran lebih menarik dan dinamis di mata siswa ketimbang buku cetak,” ujar Sumarna, wakil kepala sekolah tersebut.
Sementara Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta sedang berupaya agar perpustakaan digital mereka bisa segera beroperasi. Pustakawan MAN 4, Emroni, mengatakan, halaman muka dan ringkasan dari seluruh buku koleksi perpustakaan telah diunggah ke jaringan intranet perpustakaan digital mereka.
“Aktivasi perpustakaan digital sempat tertunda oleh mutasi staf teknologi informasi dan pergantian kepala sekolah. Ditargetkan, bulan depan sudah beroperasi,” katanya.
Koleksi lebih dari 2.000 judul buku milik perpustakaan MAN 4 Jakarta diharapkan dapat segera diakses para guru dan siswa.
Gerakan membaca
Masih terkait dengan minat/ budaya baca, sejumlah SMA di Jakarta mulai menjalankan program 15 menit membaca buku non-teks pelajaran sebelum pelajaran dimulai.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan budaya membaca siswa melalui Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu butirnya mewajibkan siswa membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
SMA Negeri 78 Jakarta Barat baru menerapkan program ini 25 Januari lalu. Siswa wajib membaca buku di luar pelajaran pukul 06.30-06.45. Kemudian, sisa 15 menit berikutnya digunakan untuk mengulas apa yang mereka baca.
Wakil Kepala SMAN 78 Sumarna mengatakan, karena masih uji coba, program tersebut baru dijalankan dua hari setiap minggu, yakni Selasa dan Kamis.
Sejak 18 Januari, semua wali kelas telah menyosialisasikan program deklarasi literasi itu kepada para siswa. Para siswa dipersilakan memilih sendiri buku yang diminati. Pihak sekolah pun menyediakan daftar buku yang bisa dipinjam oleh siswa untuk dibaca dan dibawa pulang. Diharapkan, dari 15 menit tersebut siswa akan terangsang melanjutkan membaca buku pilihan mereka di lain kesempatan.
Sementara MAN 4 Jakarta menjalankan program ini dengan cara berbeda. Siswa diminta menyelesaikan bacaan satu buku dalam waktu satu bulan, kemudian meresensi buku yang ia baca.
“Sebulan sekali sesama teman satu kelas saling bertukar buku. Kami bebas memilih buku apa yang akan dibaca,” kata Aula Fajri, siswa sekolah itu. (C05/C06)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Februari 2016, di halaman 12 dengan judul “Sekolah Kembangkan Perpustakaan Digital”.