Persepsi apa yang timbul di benak Anda ketika mendengar produk buatan Tiongkok? Pertanyaan ini kini seolah sudah tak membutuhkan jawaban, hampir semua orang telah memiliki persepsi yang kurang lebih sama. Dua sisi mata uang yang saling bersesuaian: harga murah dan kualitas rendah.
Namun, akhir-akhir ini, kita melihat upaya Tiongkok untuk terus memperbaiki kualitas di berbagai sektor. Jika pengguna internet, Anda pasti paham produk-produk terkait teknologi informasi Tiongkok yang mampu bersaing secara global.
Huawei adalah salah satu merek global yang dimulai dari Tiongkok. Sejak beberapa tahun lalu, Huawei gencar mengajak mahasiswa terbaik di Indonesia untuk mengikuti sebuah program yang mengajak mereka belajar dan mengunjungi Tiongkok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tahun 2015, sebanyak 12 mahasiswa terbaik dari 10 universitas di Indonesia mengikuti kegiatan bertajuk “Seeds for the Future” atau “Benih untuk Masa Depan” di Tiongkok. Mereka dikirim oleh PT Huawei Tech Investment.
Kegiatan yang mirip pelatihan dan kursus singkat di pusat Huawei atau disebut Huawei Undergraduate Work Program ini digelar selama dua pekan di dua kota Tiongkok, yaitu di Beijing dan Shenzhen.
KOMPAS/AMIR SODIKIN–Seorang juru bicara ruang pamer di Kantor Pusat Huawei, Shenzhen, Tiongkok, mempresentasikan lini bisnis Huawei di sektor enterprise, Desember 2015 lalu.
Jumat (4/12/2015), ke-12 mahasiswa tersebut berhasil menamatkan kursus singkat dan berhak mengikuti upacara kelulusan. Upacara kelulusan ini digelar di Kampus Huawei di Shenzhen, Tiongkok.
Vice President Global Public Affairs Huawei Technologies Co Ltd David Harmon mengatakan, pelatihan ini telah diikuti oleh tiga negara yang begitu berwarna, baik dari sisi pengetahuan maupun budaya.
“Semoga pelatihan ini menjadi awal untuk menjalin hubungan kalian dengan Tiongkok sebagai negara dan juga dengan Huawei sebagai perusahaan,” kata Harmon.
Sheng Kai, CEO Huawei Indonesia, mengatakan, pihaknya berusaha mewujudkan komitmen untuk mengembangkan kualitas anak-anak muda Indonesia di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK).
Suasana di Kantor Pusat Huawei di Shenzhen, Tiongkok, Desember 2015 lalu. Huawei kini hanya akan mengeluarkan produk-produk untuk membidik kelas menengah hingga atas guna memproteksi merek Huawei sebagai penghasil produk bermutu.–KOMPAS/AMIR SODIKIN
“Sumber daya manusia yang berkualitas adalah pilar pembangunan dan kemajuan teknologi suatu negara. Kami mewujudkan komitmen untuk mengembangkan kualitas talenta muda lokal agar maju di bidang TIK,” kata Sheng Kai.
Misi mengenal Tiongkok
Program “Seeds for the Future” sudah berlangsung sejak 2011. Huawei Indonesia telah berpartisipasi dalam program ini selama tiga tahun berturut-turut.
Profil Huawei tampak dipresentasikan melalui tayangan layar lebar di ruang pamer Kantor Pusat Huawei, Tiongkok, Desember 2015 lalu.–KOMPAS/AMIR SODIKIN
Sebanyak 12 mahasiswa terbaik dari Indonesia diseleksi dari pelatihan Huawei Certified Network Associate (HCNA). Pelatihan HCNA ini merupakan bagian dari CSR Student Training Certification dari Huawei yang diikuti oleh 250 mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Telkom University (Tel U), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Brawijaya (UB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Institut Teknologi DEL (IT DEL).
Mewawancarai para peserta program tersebut, tampak jelas bahwa peserta memiliki persepsi yang berbeda setelah berkunjung ke Tiongkok dan melihat dari dekat kantor pusat Huawei. Pendekatan budaya semakin membuat proses transfer pengetahuan itu menjadi mudah dan menyenangkan untuk diterima.
Peserta pelatihan dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Muhammad Yasir Amri, mengatakan, setelah mengikuti pelatihan ini, dia baru menyadari ternyata TIK di Tiongkok telah berkembang pesat. Kesan ini berbeda dengan sebelum ia datang ke Tiongkok.
“Kita ternyata jauh tertinggal. Saya jadi banyak inspirasi untuk bagaimana bisa mendorong sesama teman di Indonesia agar bisa mengatasi ketertinggalan,” kata Amri.
Muhammad Haekal, peserta pelatihan dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia, juga mengatakan hal yang senada. Menurut dia, kultur di Tiongkok ternyata lebih disiplin daripada di Indonesia. Ini berbeda dengan kesemrawutan di Tiongkok yang sering dikabarkan media massa.
“Kultur disiplin inilah yang harus kita adopsi, selain dari sisi teknologi produk-produk Tiongkok ternyata tak kalah bagus,” katanya.
Steven Jhonson Haposan Siahaan, peserta pelatihan dari Fakultas Elektro dan Informatika Institut Teknologi DEL Sumatera Utara, mengatakan, selain makin memahami Tiongkok, pelatihan ini juga telah menginspirasi dirinya untuk lebih baik lagi menekuni bidang TIK.
“Setelah dari sini, saya bercita-cita untuk bisa bekerja di perusahaan bidang TIK,” katanya.
Gabungan kekuatan budaya, disiplin tinggi, dan fokus pada teknologi informasi menjadi tema paling menarik yang mereka dapatkan. Fattah Azzuhryrahadian dari Jurusan Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada mengatakan, banyak hal yang bisa dipelajari dari Tiongkok. “Mulai dari perkembangan teknologinya, inovasi produknya, hingga kultur budayanya yang masih mereka pegang teguh,” katanya.
Kunjungan ke pabrik pembuatan ponsel Huawei di Shenzhen diakui menjadi salah satu kunci yang mampu mengubah persepsi siapa pun. Sebuah kompleks bisnis terpadu dan megah yang menjadi pusat kendali Huawai sepertinya menjadi salah satu kunci untuk mengubah persepsi, selain soal kultur kerja.
Di sebuah kompleks pembuatan dan perakitan ponsel Huawei, mereka sudah mengadopsi teknologi tinggi yang sebagian dikerjakan oleh robot. Gambaran para pekerja Tiongkok yang berderet-deret sambil mengerjakan satu pekerjaan berulang-ulang seperti robot sudah tak terlihat lagi.
Tudingan bahwa produsen Tiongkok hanya merakit dan tak memproduksi juga langsung terbantahkan. Lini produksi ponsel Huawei membuat sendiri mulai motherboard, prosesor, hingga perakitan.
Melihat Huawei, tampak jelas bahwa Tiongkok telah siap dengan segala hal untuk menguasai solusi teknologi global. Mereka telah matang dalam membuat desain produk untuk semua lini konsumen. Kini, sama seperti yang dilakukan Korea Selatan, merek-merek Tiongkok mulai merangsek masuk ke kancah global melalui penyadartahuan generasi muda di negara-negara luar.
Jika produk-produk Korea Selatan terdongkrak dengan melambungnya Korean Wave, sebuah gelombang budaya Korea yang digandrungi banyak orang di penjuru dunia, sekarang produk-produk Tiongkok tampaknya juga makin ekspansif. Ke depan, kita akan sering merasakan bagaimana pertarungan produk-produk Korea Selatan dengan produk-produk Huawei di kancah global.
AMIR SODIKIN
Sumber: Kompas Siang | 2 Januari 2016