Tutupan es di Arktik kini meleleh dengan kecepatan tertinggi sepanjang sejarah. Akibatnya, volume air tawar yang menggelontor Atlantik Utara jadi amat besar. Itu dikhawatirkan mengganggu proses pengaturan suhu global.
Ahli kelautan dari Belgia, Roger Francois yang memimpin ekspedisi Arktik menaiki kapal Amundsen, Selasa (10/11), mengatakan, kecepatan perubahan iklim mengancam “kolam laut dalam” dan arus laut. Ketidakseimbangan yang terjadi akan memperparah efek pemanasan global. Sepanjang 2 juta tahun, suhu Bumi naik-turun dalam siklus 100.000 tahunan, sejalan dengan pembentukan lapisan puncak es di Arktik dan pelelehan.
Pemanasan terakhir, 20.000- 15.000 tahun lalu, berdampak kenaikan permukaan laut 130 meter. Profesor dari University of British Columbia, Vancouver, itu menjelaskan, “Perbedaan terbesar dengan yang terjadi sekarang adalah skala waktu. Tak pernah terjadi secepat ini (pelelehannya).”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengatur utama iklim adalah massa “air laut dalam” di Atlantik Utara. Penguapan dan angin membuat salinitas massa air laut meningkat sehingga massa air lebih berat dan tenggelam. “Arus bawah ini mengalir bergerak ke ekuator. Ini mekanisme utama transportasi panas dari ekuator ke kutub,” kata Francois.
Mencairnya es dalam volume besar menyebabkan salinitas rendah sehingga massa air sulit tenggelam, dan arus balik terputus. Akibatnya, putaran massa air laut terputus. Daerah kutub jadi kian dingin.
Setiap siklus ditandai peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer. Catatan terakhir, konsentrasi gas karbon dioksida-gas rumah kaca terkuat- naik dari 280 bagian per satu juta (ppm) pada era Revolusi Industri meningkat menjadi lebih dari 400 ppm pada 2015.
Jika emisi gas rumah kaca tidak terhenti, kata Francois, “Level akan mencapai tingkat yang tak pernah terjadi setelah era dinosaurus, Zaman Mesozoic, yaitu 1.000 ppm.” Semua negara akan mencari kesepakatan mengurangi emisi gas rumah kaca pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris, Desember 2015. Pimpinan delegasi Swedia, Anna Lindstedt menegaskan, “Hasil konferensi ini akan lebih maju.”(AFP/ISW)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 November 2015, di halaman 14 dengan judul “Lelehnya Es Arktik UbahSuhu Global”.