Pendidikan sekolah menengah kejuruan dengan masa belajar empat tahun sedang disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penambahan lama masa belajar ini merupakan salah satu bagian dari upaya penyelarasan pendidikan menengah kejuruan dengan perkembangan teknologi, pelayanan, dan standar yang juga berkembang dalam dunia kerja.
Mustaghfirin Amin, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, Senin (19/10), mengatakan Kemendikbud sedang menyiapkan model pembelajaran empat tahun di sejumlah program keahlian di SMK. Pendidikan selama empat tahun ini antara lain dikembangkan di program keahlian teknologi, pertanian, kelautan, dan kesehatan.
“Model pembelajarannya nanti tergantung jurusan dan program keahlian. Nanti siswa lulus dengan mendapat ijazah serta kompetensi keahlian yang bisa dipakai untuk nilai tambah dalam mendapatkan pekerjaan,” ujar Mustaghfirin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, bagi siswa yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi, Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud juga berkoordinasi dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk memberikan pengakuan pada hasil belajar di SMK. Dengan demikian, ada sejumlah mata pelajaran di SMK yang akan diperhitungkan sebagai kredit di perguruan tinggi.
“Salah satu contohnya sudah dilakukan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung yang sudah mengakui hasil belajar di SMK. Ternyata hasilnya bagus sehingga bisa diterapkan untuk kesinambungan pendidikan vokasi di tingkat menengah dan perguruan tinggi,” ujar Mustaghfirin.
Lebih lanjut Mustaghfirin menjelaskan, dengan tidak lagi diterapkannya hasil ujian nasional (UN) sebagai penentu kelulusan siswa, ada peluang untuk memperkuat praktik siswa di SMK. Praktik di industri selama 3-6 bulan yang selama ini berlaku di SMK dirasakan belum memadai.
“Jadi nanti bisa saja industri memanfaatkan siswa SMK empat tahun ini sebagai peluang untuk merekrut calon pekerja. Di tahun keempat, misalnya, siswa bisa praktik atau magang di industri hingga 10 bulan. Saat ini kami sedang siapkan untuk pelaksanaannya,” ujar Mustaghfirin.
Marlock, koordinator Lapangan Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia (FP3MKI), mengatakan, program SMK empat tahun baik untuk dikembangkan. Sebenarnya penambahan satu tahun masa belajar ini juga untuk proses pendewasaan hingga menunggu siswa usia 18 tahun.
“Usia bekerja di Indonesia kan di atas 18 tahun. Kenyataannya banyak anak SMK yang lulus sebelum usia 18 tahun. Jadi, mereka bisa semakin matang untuk masuk dunia kerja,” kata Marlock.
Pembelajaran SMK selama empat tahun, ujar Marlock, sebenarnya sudah diimplementasikan di sejumlah STM Pembangunan yang dirintis di masa Orde Baru. Sejak awal pendidikan ditetapkan empat tahun, dengan fokus tahun keempat magang di industri.
“Untuk pengembangan SMK empat tahun program keahlian yang lain, bisa satu semester magang di industri dan satu semester untuk pembentukan karakter dan bela negara,” ujar Marlock.
Menurut Marlock, seandainya ada nota kesepahaman antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Tenaga Kerja, serta Menteri Perindustrian, berbagai kendala dalam pendidikan di SMK, dari soal penyelarasan pembelajaran yang sesuai industri hingga penyerapan tenaga kerja lulusan SMK, mudah diatasi.
“Seharusnya ada terobosan dari Kabinet Kerja sehingga lulusan SMK bisa berstatus trainee. Ada kesadaran dari dunia industri untuk bisa bersama-sama sekolah menyiapkan lulusan SMK yang andal untuk masuk dunia kerja,” kata Marlock.
ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas Siang | 19 Oktober 2015