Pelantang Telinga; Instruktur Virtual ala Smart B-Trainer

- Editor

Kamis, 15 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tumbuhnya minat berolahraga yang berpadu dengan fenomena internet segalanya (internet of things) memang menghasilkan kombinasi yang unik. Masyarakat kini melibatkan teknologi dalam bentuk pencatatan atau peranti untuk memajang aktivitas mereka di media sosial.

Tidaklah mengherankan jika bermunculan aplikasi-aplikasi kebugaran yang menawarkan fitur pencatatan sekaligus dibagi ke media sosial dalam bentuk angka, seperti jarak yang ditempuh ataupun peta dari olahraga kita. Muncul fenomena individu yang terkuantifikasi atau quantified self berupa kesadaran untuk mencatat apa saja yang dilakukan dan juga disadari oleh Google sampai menghadirkan layanan Google Fit serta mengimplementasikannya dalam fitur sistem operasi Android.

Para produsen juga tidak mau ketinggalan dengan meluncurkan berbagai perangkat yang bisa dikenakan sambil beraktivitas. Sebut saja Galaxy Gear Fit dari Samsung hingga perangkat paling terjangkau Mi Band dari Xiaomi. Semuanya menawarkan fitur untuk mencatat sehingga pengguna bisa memantau ataupun mengevaluasi pencapaian olahraga mereka secara berkala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan pasar perangkat ataupun aplikasi yang cukup padat itu, Sony masih berasumsi bahwa masih ada cukup ruang bagi mereka untuk masuk. Mereka, yang juga memiliki perangkat yang dikenakan seperti gelang Sony SmartBand, kali ini meluncurkan produk yang diniatkan bagi pengguna yang ingin berolahraga, yakni Smart B-Trainer.

Perangkat berupa pelantang telinga ini dikenakan seperti produk sejenis. Smart B-Trainer pada dasarnya perangkat untuk mendengarkan musik, tetapi memiliki fitur tambahan berorientasi pada olahraga.

Tempo
Secara sederhana, perangkat memungkinkan penggunanya berolahraga sembari mendengarkan musik sambil mendapatkan masukan tentang aktivitas fisik mereka. Dan, semua bisa dilakukan tanpa harus membawa serta perangkat lain seperti ponsel saat berlari.

Perangkat ini memiliki penyimpanan internal berkapasitas 16 gigabit yang bisa dipergunakan untuk menyimpan file audio. Begitu ditransfer, Smart B-Trainer segera memindai lagu berdasarkan tempo dan diklasifikasikan untuk diputar sesuai irama aktivitas fisik pengguna. Artinya, semakin cepat denyut jantung, maka tempo lagu yang diputar juga mengikuti.

9b440a4223044e27bafb53a714e616faKOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Sony Smart B-Trainer memungkinkan penggunanya untuk mendengarkan musik selagi berolahraga tanpa khawatir pelantang telinganya terselip atau rusak karena terkena keringat. Perangkat anti air ini juga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan masukan berupa jarak tempuh, denyut jantung, hingga catatan waktu yang disuarakan langsung ke telinga.

Tujuannya, pengguna bisa beraktivitas dan ditemani irama musik yang sesuai dengan kondisi saat itu. Apabila detak jantung berdebar lebih cepat dari kecepatan yang ditargetkan, Smart B-Trainer juga memutar lagu dengan tempo lebih lambat untuk menurunkan ritma aktivitas fisik.

Sensor denyut jantung yang tersedia di perangkat ini secara rutin memindai kondisi pengguna dan melaporkannya serta sebagai pertimbangan untuk pemilihan jenis musik yang diputar. Sensor global positioning system juga memastikan lokasi pengguna tetap tercatat.

Dengan fitur tersebut, pengguna bisa meninggalkan ponsel mereka di rumah saat berolahraga karena kebutuhan seperti mendengarkan musik atau mencatat jarak dan kondisi saat lari sudah bisa dilakukan secara mandiri. Laporan dari aktivitas fisik tersebut bisa disinkronisasi ke aplikasi sesudahnya.

Sony mematok harga Rp 3,5 juta untuk perangkat ini, angka yang bersaing dengan perangkat kebugaran lainnya dari merek Garmin, Fitbit, atau Jawbone.

Membantu
Harian Kompas berkesempatan untuk mencoba perangkat ini dengan olahraga joging sejauh 5 kilometer. Pada 1 kilometer pertama, Smart B-Trainer memutar lagu dengan tempo yang pelan dan terus meningkat begitu kecepatan lari ditambah.

Setiap 1 kilometer dilalui, pemberitahuan langsung masuk ke telinga tentang jarak yang sudah ditempuh, catatan waktu, kalori yang terbakar, serta catatan denyut jantung. Hal tersebut bermanfaat untuk mengetahui apakah performa lari sedang meningkat atau malah sebaliknya.

Berlari dengan iringan musik yang iramanya sesuai cukup membantu untuk mencapai jarak yang lebih jauh atau catatan waktu lebih singkat. Begitu rampung, perangkat yang ikut bermandi keringat bisa dibersihkan dengan mudah dengan guyuran air tanpa khawatir rusak.

Begitu data aktivitas disinkronkan dengan aplikasi yang bisa diunduh di Play Store atau App Store, hasil latihan secara ringkas bisa didapatkan berupa jarak tempuh, rata-rata waktu yang dibutuhkan per kilometer, kalori yang terbakar, termasuk peta rute lari.

Salah satu catatan dari perangkat ini adalah keharusan untuk terkoneksi dengan komputer untuk memperbarui perangkat lunak atau mengunggah berkas atau file audio untuk didengarkan selama berolahraga. Untuk itu, ada perangkat khusus yang harus dipasang ke pelantang telinga dan ujung USB dimasukkan ke komputer untuk sinkronisasi berkas atau ke pengisi daya.

Tanpa penghubung itu, tidak ada cara lain untuk terkoneksi dengan perangkat Smart B-Trainer sehingga pengguna harus selalu membawanya jika sewaktu-waktu ingin menambahkan koleksi musik atau mengisi daya perangkat.

Selebihnya, perangkat ini mampu memberikan pengalaman berolahraga yang lebih kepada penggunanya. Harganya mungkin menjadi halangan bagi sebagian, tetapi fiturnya memang cukup menjanjikan layaknya ditemani seorang instruktur sewaktu berolahraga.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Sumber: Kompas Siang | 13 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB