Perpustakaan digital yang dapat diakses siapa saja dan kapan saja dapat mendorong peningkatan minat baca masyarakat. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, keberadaan perpustakaan digital tidak lagi sulit.
Perpustakaan digital untuk individu, sekolah, perusahaan, dan komunitas dapat disediakan dengan biaya yang terjangkau. Layanan perpustakaan digital ini salah satunya dihadirkan oleh PT Buqu Global lewat BuquLib.
Peluncurannya dilaksanakan dalam acara Indonesia International Book Fair (IIBF) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (2/9). IIBF yang diselenggarakan sampai 6 September itu disertai tamu kehormatan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Erlan Primansyah, CEO Buqu, mengatakan, dengan adanya perpustakaan digital, sekolah dapat mendorong tumbuhnya minat baca pada siswa. Kendala keterbatasan jumlah buku bisa diatasi karena perpustakaan digital memiliki banyak judul buku dari beragam penerbit.
BuquLib bekerja sama dengan puluhan toko buku digital dari penerbit dan toko buku universitas. Selain dengan Universitas Terbuka, BuquLib juga bekerja sama dengan penerbit dari Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Negeri Medan.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG–Pengunjung mengakses situs www.buquLib.com yang menawarkan perpustakaan digital di acara International Book Fair di Jakarta Convention Center, Rabu (2/9). Sistem perpustakaan digital membuat para pembaca dengan mudah membaca buku yang sebagian sudah sulit didapat di pasaran.
Menurut Erlan, pihaknya meluncurkan perpustakaan digital lewat laman www.BuquLib.com, untuk mendukung gerakan literasi di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. “Tidak diperlukan investasi saat perpustakaan digital dibangun. BuquLib akan menyediakan platform dan content bukunya. Selain buku berbayar yang dapat disewa saat ingin dibaca, banyak juga konten gratis yang disediakan,” ujarnya.
Untuk dapat meminjam buku di perpustakaan digital dikenai biaya Rp 3.000 per buku per minggu. “Harga ini sangat murah dibandingkan dengan membeli buku yang minimal belasan hingga puluhan ribu rupiah per judul. Kami mengembangkan perpustakaan digital yang sesuai dengan kondisi negara berkembang yang kecepatan akses internetnya masih terbatas,” kata Erlan.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Lucya Andam Dewi mengatakan, penerbitan digital mulai berkembang di Indonesia. Meski perkembangannya secara bisnis belum terasa, penerbit Indonesia harus mempersiapkan diri.
“Penerbit buku sebagai penyedia content, tidak masalah apa pun bentuknya, baik mau cetak atau digital. Sekarang ini yang jadi masalah, minat baca belum menjanjikan. Ini yang harus didorong pemerintah dan semua pihak, termasuk Ikapi, supaya meningkat,” kata Lucya.
ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas Siang | 2 September 2015