Setelah sekitar satu bulan berada di Desa Jeblogan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, program kuliah kerja nyata mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta kelompok Desa Jeblogan menyasar anak-anak. Pada Jumat (7/8), kelompok kuliah kerja nyata kami memberikan pengenalan tentang etika dan pemanfaatan media internet di SD Negeri 02 Jeblogan. Program ini bertujuan agar anak-anak di desa itu memperoleh manfaat positif dari internet.
Internet memang memberi banyak manfaat, tetapi di sisi lain bisa menimbulkan efek atau akibat buruk bagi penggunanya jika ia tak bersikap bijak. Karena kedua sisi itulah, mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) UNS kelompok Desa Jeblogan melakukan upaya preventif dengan sasaran anak-anak.
Pengenalan etika dan pemanfaatan internet ini penting dilakukan karena internet telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat termasuk warga desa itu. Kepala Desa Jeblogan Suyoto, menyediakan jaringan Wi-Fi 24 jam di balai desa mereka. Ia berharap, adanya Wi-Fi membuat warganya tidak ketinggalan informasi dan berwawasan luas. Apalagi ia ingin mengembangkan hasil tanaman jahe gajah (jahe besar) yang ditanam warganya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Program ini hasil kerja sama mahasiswa UNS dari 10 fakultas dengan Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (ASA Indonesia). ASA Indonesia mengirim pengurusnya, Kuncoro Probojati, untuk berbicara dalam forum itu. Sekitar dua jam, ASA Indonesia belajar bersama anak-anak. Metode yang mereka gunakan, seperti presentasi dan diskusi di kelas selama 30 menit.
Materi presentasi seputar kegunaan internet dan etika menggunakan internet. Kuncoro, misalnya, memberi tahu para siswa tentang lama waktu berinternet, yaitu maksimal empat jam agar tak mengganggu kegiatan lain. Acara kemudian dilanjutkan kegiatan bermain ular tangga di halaman sekolah.
ARSIP PRAYOGO KURNIA–Permainan ular tangga yang dipadukan dengan pengetahuan penggunaan internet yang dilakukan oleh tim program kuliah kerja nyata mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta di Desa Jeblogan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Permainan ular tangga ini tidak seperti biasanya, tetapi menggunakan media ukuran 3 x 3 meter dan dapat diinjak oleh peserta. Media pendukungnya berupa dadu besar ukuran 1 meter kubik dan kartu bermotif dari kardus. Peraturannya, bila peserta ada di tanda tangga, akan ada pertanyaan yang dipilih dari kartu bermotif. Jika peserta dapat menjawab, ia boleh naik dan mendapat hadiah. Jika tidak, ia tetap di kotak awal dan pemain diganti.
Sebaliknya, apabila anak yang menjadi peserta permainan berada di tanda ular, ia harus menjawab pertanyaan. Apabila tidak bisa menjawab, peserta akan turun ke arah ular berada dan pemain diganti. Pertanyaan–pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan penggunaan internet, misalnya, apa yang harus dilakukan jika ada akun yang menambah teman, tetapi ia tidak dikenal? Apa nama situs pemutar video? Apa nama fitur-fitur surat elektronik (e-mail)?
Guru dan pengajar SDN 02 Jeblogan mendukung kegiatan tersebut. Di akhir kegiatan, Mu’adzin, Kepala SDN 02 Jeblogan, berpesan agar mahasiswa tidak bosan berkegiatan dan membagi idenya di sekolah yang ia pimpin agar kegiatan pembelajaran bervariasi.
PRAYOGO KURNIA, JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA, JAWA TENGAH
—-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Agustus 2015, di halaman 35 dengan judul “Internet bagi Murid Sekolah Dasar”.