2,26 Juta Lahan Gambut Rusak akibat Kebakaran

- Editor

Kamis, 21 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lahan gambut seluas 2,26 juta hektar di enam provinsi dalam kondisi rusak akibat kebakaran lahan dalam lima tahun terakhir. Namun, di luar enam provinsi itu, pemerintah belum bisa mengalkulasi areal kerusakannya. Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead, seusai mendampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Selasa (19/4), di Kantor Wapres, Jakarta, mengatakan, moratorium izin pembukaan perkebunan sawit baru diharapkan mendukung upaya perbaikan dan menjaga lahan gambut yang masih bagus.

“Lahan gambut yang rusak seluas 2,26 juta hektar itu hanya dari lahan yang terbakar dalam lima tahun terakhir di enam dari tujuh provinsi wilayah kerja BRG. Di luar yang rusak karena terbakar dalam lima tahun terakhir itu sedang kami hitung,” kata Foead. Sebagian besar lahan gambut yang rusak karena kebakaran berada di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Tengah. Foead mengakui, ada beda data antara pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Versi pemerintah, total luas lahan gambut 16 juta hektar, sementara versi LSM ada 20 juta hektar. “Kalau versi lembaga swadaya masyarakat, 11 juta hektar gambut masih bagus. Pemerintah masih menghitung,” katanya. Siti Nurbaya mengatakan, pesan yang selalu disampaikan Presiden Joko Widodo adalah agar dalam pengelolaan lahan gambut hendaknya berorientasi mencegah kebakaran.

(AHA/SON)
——————
Kawasan Konservasi Orangutan Bertambah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah dan Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) kembali membuka area konservasi orangutan di Bukit Raya, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Dari luas lahan 100.000 ha di Bukit Raya, 30.000 ha di antaranya mendapat izin sebagai area konservasi. “Pemerintah seharusnya hentikan pembukaan lahan untuk perkebunan dan menjaga kawasan orangutan,” ucap CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite, Rabu (20/4), di Palangkaraya. Kemarin, tim BKSDA Kalteng dan Yayasan BOS melepasliarkan empat orangutan dewasa ke hutan lindung Bukit Batikap, Kalteng. Sebelumnya, delapan orangutan dilepasliarkan di lokasi sama. Bukit Batikap adalah hutan lindung dan area konservasi orangutan. Satu kawasan dihuni 250 orangutan. Data BOS, ada 207 orangutan di daerah itu. “Di Nyaru Menteng, kami kelebihan kapasitas, sementara kawasan tak banyak. Jadi, perlu kawasan konservasi baru,” kata Sihite. Kini, lahan di Bukit Raya, Katingan, disiapkan jadi habitat orangutan serta cagar alam dan taman nasional dihubungkan dengan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Kalimantan Barat. (IDO)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB