PUSAT Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan ratusan isolat mikroba jenis baru di 13 daerah di Indonesia, seperti Jambi, Bogor, Purwodadi, Lombok, dan Kupang.
“Dari penelitian kami dan identifikasi awal terhadap 6.500 mikroba, 30 persen merupakan isolat mikroba yang kemungkinan merupakan jenis baru,” kata Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Dr Puspita Lisdiyanti dalam acara ’’Desiminasi dan Workshop Hasil Kerja Sama Penelitian LIPI dan Institusi Riset di Jepang’’ di Jakarta, Rabu (15/6).
’’Hasilnya telah dipublikasikan 10 jenis mikroba, di antaranya dari jenis actinomycetes, yang memiliki fungsi signifikan sebagai salah satu unsur bahan antibiotik yang berguna bagi manusia,’’ ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mikroba jenis actinomycetes ini, tambahnya, berkontribusi sebanyak dua pertiga bahan antibiotik di dunia, sedangkan sisanya sebanyak sepertiga bahan antibiotik berasal dari fungi (jamur), sintesa kimia serta beberapa dari bakteri. ’’Banyak kekayaan biodiversitas alam Indonesia yang belum terungkap, misalnya mikroba. Hanya sebagian kecil saja mikroba kita yang sudah terdeteksi, seperti actinomycetes ini, padahal nilai ekonominya tinggi,’’ katanya.
Isolasi mikroba yang telah dilakukan pihaknya kemudian menjadi pijakan bagi kolaborasi penelitian berikutnya dengan Pusat Penelitian Kimia LIPI untuk mencari enzim atau bahan aktif yang bisa bermanfaat mengatasi penyakit.
’’Misalnya enzim helikase untuk menghambat pertumbuhan virus hepatitis dan enzim manakase yang berguna untuk mendegradasi biomassa, seperti sampah,’’ katanya. (ant-24)
Sumber: Suara Merdeka, 20 Juni 2011
————-
SAN FRANCISCO — Jamur ini ditemukan di dalam hutan hujan, di bawah sebuah pohon, bukan di dasar laut seperti tempat tinggal Spongebob Squarepants–spons bercelana kotak–tokoh dalam film animasi televisi Amerika. Namun bentuknya yang berongga banyak seperti spons amat mirip binatang laut itu sehingga spesies baru jamur tersebut diberi nama Spongiforma squarepantsii.
“Jamur itu ditemukan di hutan Kalimantan,” kata Dennis Desjardin, peneliti San Francisco State University (SFSU). Dia memperkirakan masih banyak spesies lain yang memiliki karakter unik dalam dunia jamur yang belum ditemukan hingga saat ini.
Berbentuk seperti spons laut, S. Squarepantsii ditemukan pada 2010 di The Bukit Lambir di Sarawak, Malaysia. Spesies jamur itu memiliki warna jingga terang, meski warnanya dapat berubah menjadi ungu bila diperciki zat kimia kuat. Baunya sepintas seperti buah-buahan atau bau jamur yang sangat tengik,” kata Desjardin dan timnya dalam jurnal Mycologia.
Di bawah mikroskop pemindai elektron, area penghasil spora pada jamur itu tampak seperti tube sponge di dasar laut, sehingga para ilmuwan memperoleh gagasan untuk menamainya seperti Bob, si spons laut yang terkenal itu.
Spesies baru itu adalah satu dari dua spesies dalam genus Spongiforma. Spesies lainnya ditemukan di Thailand dan memiliki perbedaan warna maupun bau. Pemeriksaan terhadap jamur itu dan analisis genetikanya mengungkap bahwa keduanya berkerabat dekat tapi hidup terpisah ribuan kilometer.
“Kami menduga bahwa jamur itu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada dua daerah itu saja,” kata Desjardin, dosen ekologi dan evolusi di Fakultas Biologi, SFSU. “Mungkin kami belum melihatnya di tempat lain karena belum melakukan pengambilan sampel di beberapa bagian hutan yang belum dieksplorasi.”
Desjardin mengatakan Spongiforma masih berkerabat dengan kelompok jamur, termasuk jamur porcini, yang lezat. Tapi jamur ini memiliki penampilan aneh yang berbeda dengan gaya batang dan kepala kelompok jamur tersebut. “Jamur itu serupa spons dengan lubang-lubang kosong yang besar,” katanya. “Ketika basah, lembap, dan segar, Anda dapat memeras air keluar dari jamur itu dan dia akan kembali ke ukuran semula. Sebagian besar jamur tidak dapat melakukannya.” SCIENCEDAILY
SAN FRANCISCO — Jamur ini ditemukan di dalam hutan hujan, di bawah sebuah pohon, bukan di dasar laut seperti tempat tinggal Spongebob Squarepants–spons bercelana kotak–tokoh dalam film animasi televisi Amerika. Namun bentuknya yang berongga banyak seperti spons amat mirip binatang laut itu sehingga spesies baru jamur tersebut diberi nama Spongiforma squarepantsii.
“Jamur itu ditemukan di hutan Kalimantan,” kata Dennis Desjardin, peneliti San Francisco State University (SFSU). Dia memperkirakan masih banyak spesies lain yang memiliki karakter unik dalam dunia jamur yang belum ditemukan hingga saat ini.
Berbentuk seperti spons laut, S. Squarepantsii ditemukan pada 2010 di The Bukit Lambir di Sarawak, Malaysia. Spesies jamur itu memiliki warna jingga terang, meski warnanya dapat berubah menjadi ungu bila diperciki zat kimia kuat. Baunya sepintas seperti buah-buahan atau bau jamur yang sangat tengik,” kata Desjardin dan timnya dalam jurnal Mycologia.
Di bawah mikroskop pemindai elektron, area penghasil spora pada jamur itu tampak seperti tube sponge di dasar laut, sehingga para ilmuwan memperoleh gagasan untuk menamainya seperti Bob, si spons laut yang terkenal itu.
Spesies baru itu adalah satu dari dua spesies dalam genus Spongiforma. Spesies lainnya ditemukan di Thailand dan memiliki perbedaan warna maupun bau. Pemeriksaan terhadap jamur itu dan analisis genetikanya mengungkap bahwa keduanya berkerabat dekat tapi hidup terpisah ribuan kilometer.
“Kami menduga bahwa jamur itu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada dua daerah itu saja,” kata Desjardin, dosen ekologi dan evolusi di Fakultas Biologi, SFSU. “Mungkin kami belum melihatnya di tempat lain karena belum melakukan pengambilan sampel di beberapa bagian hutan yang belum dieksplorasi.”
Desjardin mengatakan Spongiforma masih berkerabat dengan kelompok jamur, termasuk jamur porcini, yang lezat. Tapi jamur ini memiliki penampilan aneh yang berbeda dengan gaya batang dan kepala kelompok jamur tersebut. “Jamur itu serupa spons dengan lubang-lubang kosong yang besar,” katanya. “Ketika basah, lembap, dan segar, Anda dapat memeras air keluar dari jamur itu dan dia akan kembali ke ukuran semula. Sebagian besar jamur tidak dapat melakukannya.” SCIENCEDAILY
———————–
Ditemukan Jamur ‘Spongebob’ di Hutan Kalimantan
Jamur ini ditemukan di dalam hutan hujan, di bawah sebuah pohon, bukan di dasar laut seperti tempat tinggal Spongebob Squarepants–spons bercelana kotak–tokoh dalam film animasi televisi Amerika. Namun bentuknya yang berongga banyak seperti spons amat mirip binatang laut itu sehingga spesies baru jamur tersebut diberi nama Spongiforma squarepantsii.
“Jamur itu ditemukan di hutan Kalimantan,” kata Dennis Desjardin, peneliti San Francisco State University (SFSU). Dia memperkirakan masih banyak spesies lain yang memiliki karakter unik dalam dunia jamur yang belum ditemukan hingga saat ini.
Berbentuk seperti spons laut, S. Squarepantsii ditemukan pada 2010 di The Bukit Lambir di Sarawak, Malaysia. Spesies jamur itu memiliki warna jingga terang, meski warnanya dapat berubah menjadi ungu bila diperciki zat kimia kuat. Baunya sepintas seperti buah-buahan atau bau jamur yang sangat tengik,” kata Desjardin dan timnya dalam jurnal Mycologia.
Di bawah mikroskop pemindai elektron, area penghasil spora pada jamur itu tampak seperti tube sponge di dasar laut, sehingga para ilmuwan memperoleh gagasan untuk menamainya seperti Bob, si spons laut yang terkenal itu.
Spesies baru itu adalah satu dari dua spesies dalam genus Spongiforma. Spesies lainnya ditemukan di Thailand dan memiliki perbedaan warna maupun bau. Pemeriksaan terhadap jamur itu dan analisis genetikanya mengungkap bahwa keduanya berkerabat dekat tapi hidup terpisah ribuan kilometer.
“Kami menduga bahwa jamur itu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada dua daerah itu saja,” kata Desjardin, dosen ekologi dan evolusi di Fakultas Biologi, SFSU. “Mungkin kami belum melihatnya di tempat lain karena belum melakukan pengambilan sampel di beberapa bagian hutan yang belum dieksplorasi.”
Desjardin mengatakan Spongiforma masih berkerabat dengan kelompok jamur, termasuk jamur porcini, yang lezat. Tapi jamur ini memiliki penampilan aneh yang berbeda dengan gaya batang dan kepala kelompok jamur tersebut. “Jamur itu serupa spons dengan lubang-lubang kosong yang besar,” katanya. “Ketika basah, lembap, dan segar, Anda dapat memeras air keluar dari jamur itu dan dia akan kembali ke ukuran semula. Sebagian besar jamur tidak dapat melakukannya.” SCIENCEDAILY
Sumber: Koran Tempo, 20 Juni 2011