Sebanyak 15 perguruan tinggi negeri di wilayah barat, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Banten membuat seleksi masuk mandiri yang diluncurkan pada Kamis (21/3/2019), di Jakarta. Jalur mandiri ini bertujuan membuka akses selebar-lebarnya kepada para calon mahasiswa yang tidak mendapat kesempatan maupun yang tidak lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Dari 32 perguruan tinggi negeri (PTN) di wilayah barat, memang baru 15 yang membuka Seleksi Masuk Mandiri (SMM). Universitas-universitas tersebut adalah Universitas Syiah Kuala (Aceh), Universitas Malikusaleh (Aceh), Universitas Samudra (Aceh), Institut Seni Budaya Indonesia Aceh, Universitas Teuku Umar (Aceh), Universitas Bengkulu, Universitas Lampung, Institut Teknologi Sumatera (Lampung), Universitas Andalas (Sumatera Barat), Institut Seni Indonesia Padang Panjang (Sumbar), Universitas Bangka Belitung, Universitas Maritim Raja Ali Haji (Kepulauan Riau), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Banten), dan Universitas Palangkaraya (Kalimantan Tengah).
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ismunandar (duduk, berkemeja batik biru lengan pendek) bersama para pemimpin perguruan tinggi negeri wilayah barat yang mencakup Sumatera, Kalimantan, dan Banten meresmikan pembukaan pendaftaran seleksi masuk mandiri di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Ketua Badan Koordinasi PTN Wilayah Barat Johni Najwan mengatakan, ke depan akan diupayakan agar semakin banyak PTN yang mau membuka SMM karena hal ini sangat berpengaruh untuk menaikkan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi.
“Selama ini, SMM dianggap sebagai jalan terakhir bagi siswa SMA sederajat yang tidak lulus SNMPTN dan SBMPTN. Padahal, manfaatnya lebih luas dari itu,” kata Johni yang juga Rektor Universitas Jambi.
Johni menjelaskan, di wilayah terpencil tidak semua siswa SMA memiliki kesempatan mendaftar SNMPTN dan Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SBMPTN karena faktor geografis. Sekolah-sekolah di pelosok banyak yang belum memiliki jaringan internet kuat yang mampu mengunggah data sekian banyak siswa.
Adapun SMM juga menggunakan pendaftaran berbasis internet. Akan tetapi, ujiannya masih berupa ujian tertulis yang dilakukan di 15 PTN penyelenggara. Soal-soalnya dibuat oleh tim dari Majelis Rektor PTN sehingga berstandar tinggi, seperti soal-soal untuk UTBK.
Pendaftaran SMM PTN Wilayah Barat ini berakhir pada tanggal 16 Juli. Ujian tertulis dilaksanakan serentak di 15 PTN pada tanggal 18 Juli dan hasilnya diumumkan pada 27 Juli. Dari aspek biaya, setiap peserta wajib membayar Rp 350.000 untuk soal sains dan teknologi ataupun sosio-humaniora. Bagi mereka yang memilih soal ilmu pengetahuan campuran dikenakan biaya Rp 500.000.
Ijazah lama
Keistimewaan lain dari SMM ini adalah PTN penyelenggara menerima peserta yang memiliki ijazah berusia maksimal lima tahun. Hanya Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Banten), Universitas Syiah Kuala (Aceh), dan Universitas Andalas (Sumatera Barat) yang menerima peserta dengan ijazah berusia maksimal tiga tahun.
“Kami memahami ada orang-orang yang ketika lulus SMA sederajat terpaksa harus bekerja dan menabung terlebih dulu. PTN wajib memberi mereka kesempatan untuk mendapat pendidikan tinggi yang bermutu. Akan tetapi, jika diterima, mereka harus kuliah penuh waktu karena kami tidak menyediakan kelas karyawan di akhir pekan,” tutur Johni.
Ketua Pelaksana SMM PTN Wilayah Barat 2019 Samsul Rizal mengharapkan, jumlah peserta tahun ini lebih banyak daripada tahun 2018, yaitu 48.000 orang. Setiap PTN penyelenggara SMM umumnya memiliki kuota maksimal 30 persen untuk jalur ini. Universitas Andalas di Sumatera Barat masih menduduki peringkat nomor satu dari segi jumlah peminat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ismunandar mengimbau kepada bank-bank negara yang menjadi penyedia layanan pembayaran biaya ujian agar memastikan sistem lancar. “Jangan sampai ada gangguan seperti pendaftaran UTBK di awal bulan ini sehingga jadwalnya mundur,” ujarnya.
Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 22 Maret 2019