Keberadaan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang akan memasuki usia 100 tahun pada 19 November 2019, menjadi bagian tak terpisahkan dari lintasan sejarah kesehatan bangsa di negeri ini. Berawal dari menangani 300 orang pada 1919, kini rumah sakit yang lebih sering disebut RSCM ini sudah menangani 4.000 pasien rawat jalan setiap hari.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)–Penelitian sel punca di laboratorium Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca RSCM-FKUI, Jakarta, Kamis (8/9). Di tempat ini menyediakan dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pengolahan, pendidikan, pengembangan, dan penelitian sel punca di rumah sakit.
Selain sebagai rumah sakit rujukan nasional, RSCM juga menjadi rumah sakit pendidikan sekaligus penelitian dalam pengembangan ilmu kesehatan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Banyak sejarah terkait kesehatan dimulai dari rumah sakit yang berada di Jalan Salemba, Jakarta Pusat, ini. Salah satunya kisah kembar dempet kepala Yuliana-Yuliani yang berhasil dipisahkan pada 1987. Kini, di era teknologi informasi yang berkembang pesat, terobosan baru terus dihasilkan, mulai dari sel punca, pemanfaatan robotik dalam kedokteran, bayi tabung, hingga transplantasi hati. Saat ini, RSCM jadi satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang mampu melakukan transplantasi hati.
Keberhasilan RSCM lainnya di antaranya transplantasi ginjal dan tindakan intervensi nonbedah untuk penyakit gastroenterologi dan hepatologi. ”Profil kemajuan bidang kesehatan di Indonesia dapat merujuk pada RSCM,” ujar Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti di Jakarta, Sabtu (16/11).
RSCM milik pemerintah dan ada di bawah Kementerian Kesehatan. Rumah sakit ini wajib menerima rujukan segala jenis penyakit dari mana pun, yang tidak dapat ditangani rumah sakit lain di Indonesia.
Profil kemajuan bidang kesehatan di Indonesia dapat merujuk pada RSCM.
Lies mencontohkan, banyak anak dengan penyakit langka ditangani di RSCM. Sumber pendanaan diupayakan bekerja sama dengan swasta ataupun filantropis yang bisa memberikan bantuan. ”Bukan hal mudah mengupayakan ini. Kami berupaya menolong dan memberi yang terbaik bagi pasien, sesuai slogan kami dalam pengabdian pada bangsa,” ucapnya.
Saat ini, RSCM telah mengantongi akreditasi internasional. Ini membuktikan RSCM tak sekadar punya alat canggih, tapi juga menitikberatkan pada pemenuhan standar internasional bagi semua pasien yang datang, tanpa memandang kelas atau kemampuan pasien.
Namun, sejumlah kendala masih dihadapi rumah sakit itu, antara lain antrean pasien untuk mendapat layanan di tengah keterbatasan fasilitas. Padmi (35), warga Bekasi, misalnya, seharian menunggu anaknya mendapatkan kamar untuk perawatan setelah beberapa hari kondisi autoimun anaknya memburuk. ”Ruangannya penuh terus. Ini baru bisa dipindahkan ke ruang perawatan biasa,” ujarnya.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Dekan FKUI Ari Fahrial Syam
Fungsi pendidikan
Selain memberikan layanan, RSCM menjalankan fungsi pendidikan dan riset bidang kesehatan. Sejak awal berdiri, kehadiran RSCM tak lepas dari keberadaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang bangunannya bersebelahan.
Dekan FKUI Ari Fahrial Syam mengatakan, RSCM terkait erat dengan FKUI. Sebagian besar dokter yang berpraktik di RSCM berawal dari FKUI. ”Sejumlah dokter yang diakui di dunia internasional berasal dari FKUI yang kemudian menjalankan profesi di RSCM. Berbagai hasil dan produk inovatif pun bisa dilahirkan,” ujarnya.
Guru Besar FKUI Bidang Urologi Akmal Taher, yang jadi direktur RSCM periode 2005-2013, memaparkan, kekuatan RSCM adalah pada semangat mengabdi dan menolong masyarakat di bidang apa pun, baik dari pelayanan, pendidikan, maupun penelitian.
”Dukungan semua pihak diperlukan agar kemajuan RSCM bisa mencapai 100 tahun lagi. Pemanfaatan dari sektor swasta menjadi amat penting untuk pengembangan penelitian dan inovasi yang diperlukan bangsa ini,” ujarnya.
Akmal menambahkan, peran RSCM belum tergantikan meski banyak bermunculan rumah sakit pusat lainnya, seperti rumah sakit pusat kanker, rumah sakit pusat otak, dan rumah sakit pusat jantung. Ini karena RSCM mampu memberi pelayanan terintegrasi dan menyeluruh. Itu penting karena layanan kesehatan dengan kasus kompleks tidak bisa hanya dilakukan satu divisi, tetapi juga harus bekerja sama.
Oleh DEONISIA ARLINTA GRACECA DEWI
Sumber: Kompas, 18 November 2019