Tian Belawati (51) tidak hanya menjadi perempuan rektor pertama di Universitas Terbuka selama dua periode sejak 2009-2017. Dia juga menjadi perempuan Asia pertama yang menjadi President Executive Committee International Council for Open and Distance Education periode 2012-2015 yang berkantor pusat di Oslo, Norwegia.
Posisi puncak yang diraih Tian, baik di Universitas Terbuka (UT) maupun organisasi penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh internasional, merupakan buah dari ketekunannya mengembangkan pendidikan jarak jauh.
Kepemimpinan sebagai perempuan rektor di salah satu perguruan tinggi milik pemerintah yang dicapai Tian terbilang langka. Saat ini, tercatat hanya ada empat perempuan rektor/ketua dari 97 perguruan tinggi negeri. Di Asia Tenggara, kepemimpinan perempuan rektor di UT seperti Tian pun masih jarang. Ada dua perempuan rektor dari sembilan rektor Universitas Terbuka yang ada di kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Ini kebanggaan dan penghargaan bagi Indonesia. Jika dunia internasional percaya dengan UT, kami berharap masyarakat Indonesia bisa mendukung peningkatan kualitas layanan UT dalam pendidikan tinggi jarak jauh yang dapat melayani semua anak bangsa di dalam dan luar negeri,” kata Tian.
Saat ini, International Council for Open and Distance Education (ICDE) memiliki anggota lebih dari 60 negara. Indonesia yang diwakili UT masuk dalam jajaran sekitar 10 negara yang mempunyai mahasiswa lebih dari 500.000 orang. Mahasiswa yang terdaftar di UT per 30 April 2013 tercatat 533.327 orang. Lebih dari 77 persen berprofesi sebagai guru.
Awalnya, usulan pencalonan Rektor UT Indonesia dilontarkan Argentina, China, dan Afrika Selatan. Kemudian, datang dukungan dari Kanada dan Inggris. Dengan demikian, pemilihan berlangsung secara aklamasi, tanpa melalui voting.
Saat itu pula, Tian sebagai Presiden ICDE langsung bertugas memimpin sidang-sidang. Salah satu pertimbangan untuk memilih Tian, selain kapabilitasnya yang sudah teruji, ia juga sukses memimpin Asian Association of Open Universities sebagai presiden.
Sebelum menjadi Presiden ICDE, Tian menjadi anggota executive committee ICDE mewakili wilayah Asia Pasifik yang pertumbuhan lembaga pendidikan jarak jauhnya sangat pesat. ”Bagi saya, dipercaya menjadi pemimpin itu amanah. Saya berupaya untuk bekerja dalam wewenang dan tanggung jawab saya,” ujar Tian.
Jika ditanya soal kiprahnya sebagai perempuan yang mampu menduduki jabatan bergengsi, Tian mengaku bingung untuk menjawabnya. ”Saya enggak tahu jawabnya. Sebab, di UT budayanya sudah kondusif. Memilih pejabat dari dahulu tidak melihat jender, tetapi siapa yang dinilai mampu,” ujar Tian.
Teknologi dan anak muda
Kiprah UT sebagai perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh milik pemerintah di Indonesia berjalan sejak tahun 1984. Perkuliahan di UT terbuka untuk siapa saja asal punya ijazah SMA sederajat dan tidak memandang usia. Tak heran, UT sering dianggap hanya cocok untuk orang yang bekerja, yang tua, atau sekadar mengejar ijazah.
Anggapan kuliah di UT hanya cocok untuk orang tua atau pekerja menjadi tantangan tersendiri bagi Tian. Dia bersama timnya gencar mempromosikan dan menyosialisasikan bahwa kuliah di UT juga bisa menjadi pilihan bagi lulusan SMA/SMK sederajat.
”Bersyukur pada perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pendidikan jarak jauh di UT juga bisa dikembangkan secara online. Meskipun masih terkendala infrastruktur jaringan di banyak tempat, terutama di daerah, pemanfaatan UT online terus meningkat,” kata Tian. Bahkan, UT mengembangkan sumber belajar online yang dapat diakses masyarakat secara gratis.
Menurut Tian, peminat dari kalangan anak muda untuk kuliah di UT terus meningkat. Saat ini, jumlah mahasiswa berusia di bawah 25 tahun mencapai lebih dari 80.000 orang atau lebih dari 15 persen. Pengembangan juga adaptif dengan TIK yang mobile dan android.
”Dengan pesatnya tren TIK, kuliah jarak jauh mulai dilirik. Ditambah semakin dikenalnya tren e-learning, saya yakin pendidikan di UT makin diminati,” kata Tian. Tidak hanya itu, Tian pun berupaya menyediakan beasiswa seperti halnya kampus lain. Banyak anak muda di daerah layanan UT terkendala kuliah karena biaya dan kampus yang jauh. Tian meminta beasiswa Bidikmisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta menggalang beasiswa dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Mengisi waktu
Mencapai puncak pimpinan di UT awalnya tidak terpikirkan oleh Tian. Insinyur ekonomi pertanian IPB itu awalnya hanya mengisi waktu untuk membantu pihak UT yang membutuhkan kepanitiaan saat membuat materi bahan ajar pada tahun 1985.
”Setiap ada panggilan untuk wawancara kerja di tempat lain, saya selalu tidak bisa karena sibuk dengan UT,” kata Tian.
Kemudian, tawaran untuk kuliah di Kanada disampaikan UT kepadanya. Tian pun akhirnya mendalami manajemen pendidikan terbuka.
Kembali ke Tanah Air, Tian ditawari jabatan mulai dari kepala pusat penelitian, pembuatan bahan ajar, hingga pembantu rektor bidang akademik. Kesetiaannya di jalur pendidikan terbuka membuatnya dipercaya menjadi rektor selama dua periode.
Tian pun berkiprah sebagai peneliti soal pendidikan terbuka dan jarak jauh. Dia menjadi pembicara di dalam dan luar negeri. Dia juga aktif bergabung dalam organisasi pendidikan jarak jauh dan terbuka baik di tingkat Asia maupun internasional.
Menurut Tian, kini tidak perlu dipertentangkan antara pendidikan jarak jauh dan konvensional. Keduanya mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.
”Jangan bangga dengan gelar. Orang tahu Anda sarjana kalau sudah selesai bicara,” kata Tian, yang tidak mau ada embel-embel gelar profesor atau gelar lain di kartu namanya.
Pendidikan:
– S-1 Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor- S-2 Manajemen Pendidikan Jarak Jauh, Universitas Simon Fraser, Kanada- S-3 Pendidikan Orang Dewasa, Universitas British Columbia, Vancouver, Kanadau
Pekerjaan:
– Rektor Universitas Terbuka (UT), 2013-kini- Rektor UT, 2009–2012- Pembantu Rektor Bidang Akademik UT, 2001–2009 – Pembantu Rektor Bidang Akademik UT, 1996–2001
Organisasi:
– President Executive Committee International Council for Open and Distance Education, 2012-kini – Anggota Executive Committee International Council for Open and Distance Education, 2009–2011 – President Asian Association of Open Universities, 2009–2010 u Penghargaan: – GTP-Bappenas Awards sebagai peneliti independen, 1993 – World Bank Awards lewat the Young Academic Program of Indonesian the Directorate General for Higher Education (YAP-DGHE) sebagai peneliti independen, 1997 – YAP-DGHE Awards untuk publikasi internasional, 1998 – IDRC-Pan-Asia Organization Award untuk peneliti independen, 1999 – Fulbright Award untuk peneliti senior independen, 2001
Oleh: Ester Lince Napitupulu
Sumber: Kompas, 22 Juli 2013