Sayembara Arsitektur Menuju Proses Demokratisasi Kota

- Editor

Minggu, 1 April 2001

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sayembara – Monumen Nasional yang menjadi simbol Jakarta, dibangun melalui sayembara. ADA banyak hal menarik terjadi pada era Reformasi yang menunjukkan masyarakat semakin sadar akan haknya. Pembangunan kembali Kota Solo, misalnya, yang rencananya dipusatkan pada pembangunan kantor pemerintahan yang rusak oleh amuk massa beberapa tahun lalu.

Dalam perkembangannya, masyarakat menolak pembangunan kembali gedung-gedung yang menjadi simbol pemerintahan seperti Balai Kota Solo, bila mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Di Jakarta Gubernur DKI berencana membuat patung pahlawan di beberapa sudut kota. Rencana ini pun dikritik keras para seniman dan pemerhati kota yang berpendapat Jakarta saat ini tidak membutuhkan monumen semacam itu. Terakhir kasus Alun-alun Kota Bandung setelah Pemda merencanakan peremajaan dan pengembangan Masjid Bandung di mana alun-alun sebagai ruang publik termasuk di dalam perluasannya.

Semua itu tidak perlu terjadi bila pihak penggagas lebih banyak melibatkan masyarakat luas, apalagi bila rencana itu menyangkut hajat orang banyak. Sayembara arsitektur merupakan salah satu solusi demokratis dalam memecahkan semua masalah ini, dan bukan mustahil melalui sayembara arsitektur yang terbuka dan demokratis dihasilkan sebuah pemecahan yang cerdas dan dapat memuaskan semua pihak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Keuntungan
Keuntungan melakukan sayembara arsitektur adalah mencegah penafsiran tunggal dari pemberi tugas, atau arsitek, baik perorangan maupun sekelompok orang, apalagi bila menyangkut hajat orang banyak. Penafsiran tunggal sering menjerumuskan arsitek ke dalam pengambilan keputusan yang cenderung otoriter dan sepihak. Akan lebih parah lagi bila penafsiran tunggal ini bersinergi dengan kepentingan politik dan ekonomi seperti yang kita saksikan selama ini di Indonesia.

Seringkali sayembara arsitektur juga menghasilkan proses gagasan yang lebih praktis, cepat dan murah. Pihak penyelenggara akan menerima puluhan bahkan ratusan gagasan arsitektur. Secara bersama-sama para juri memilih hasil yang terbaik yang dapat dikembangkan untuk menjadi proyek yang akan direalisasi.

Sayembara merupakan proses demokratis dan terbuka di mana proses sayembara dan hasil sayembara diumumkan terbuka, dan hasilnya disosialisikan kepada masyarakat melalui publikasi dan pameran. Diharapkan masyarakat juga dapat menilai dan memberikan masukan yang memang seringkali sangat dibutuhkan.

Iklim berarsitektur yang lebih sehat dan kompetitif dapat ditumbuhkan dalam sayembara arsitektur. Proses KKN yang tidak sehat dapat dipotong melalui sayembara arsitektur yang kompetitif dan adil. Di dalam sayembara arsitektur yang merupakan ajang paling tepat menyalurkan kreativitas dan idealisme, arsitek ditantang
menghasilkan karya orisinil dan gagasan secerdas mungkin. Bahkan seringkali kalah atau menang bukanlah tujuan utamanya.

Melalui sayembara, arsitektur akan terjadi proses pendewasaan cara berpikir pemberi tugas (swasta, pemerintah), arsitek, maupun masyarakat itu sendiri terhadap arsitektur dan kotanya, sehingga masing-masing mempunyai kontrol positif satu sama lain.

Sayembara arsitektur di dunia
Ketika Pemerintah Australia memutuskan membangun Sydney Opera House, mereka mengadakan sayembara arsitektur tingkat dunia. Pemenangnya adalah arsitek Swedia Jon Urtzon, yang sebetulnya nyaris saja tidak
terpilih dan gugur pada seleksi awal jika saja sang juri, Ero Saarinen, tidak jeli dan membela mati-matian rancangan ini. Walaupun proses pelaksanaannya memakan waktu lama dan biaya konstruksi membengkak, tetapi hasilnya sungguh tidak mengecewakan. Sydney Opera House yang dirancang tahun 1957-1965 dan diresmikan tahun 1973 menjadi ikon yang tidak dapat dipisahkan dari Kota Sydney, bahkan Australia sekalipun.

Di Berlin ada Postdamer Platz, kawasan baru yang dibangun setelah runtuhnya Tembok Berlin. Proses sayembara ini sangat menarik, diawali sayembara masterplan yang dimenangi Heinz Hilmer dan Christopher Sattler. Kemudian bagian dari masterplan keseluruhan yang lebih kecil, Daimler Benz, menjadi sektor tahap awal rencana
pembangunan keseluruhan kawasan ini yang disayembarakan kembali.

Pemenangnya arsitek Renzo Piano. Blok-blok di dalam masterplan diberikan untuk direalisasikan kepada arsitek-arsitek terbaik yang sebagian juga merupakan peserta sayembara itu sendiri. Proses sayembara ini melalui berbagai perdebatan panjang dan berbagai publikasi terbuka kepada publik yang sejak awal mengikuti perkembangan sayembara untuk kotanya.

Museum Guggenheim di Bilbao, Spanyol, merupakan contoh sayembara terbatas. Penyelenggara bersama-sama Wali Kota Bilbao menyeleksi tiga calon arsitek ternama yang akan menangani proyek bergengsi, yakni membangun Museum Guggenheim di luar Amerika. Misinya menjadikan Kota Bilbao yang nyaris bangkrut hidup kembali, bahkan tidak tanggung-tanggung membuat citra baru kota industri Bilbao menjadi kota berwawasan seni dan budaya. Ketiga calon arsitek ternama dipilih berdasarkan benua: Frank O Gehry mewakili Benua Amerika; Arata Izosaki, arsitek Jepang, mewakili Asia; dan Coop Himmelblau, arsitek Jerman, mewakili Eropa. Sayembara kemudian dimenangkan Frank O Gehry dengan karya sangat kontroversial, berupa gugusan bangunan berlapis titanium luar biasa besar di pinggiran sungai yang membelah kota tua Bilbao.

Proyek yang rampung bulan Oktober 1997 ini ternyata sukses menggabungkan arsitektur dan seni. Museum ini juga berhasil membangunkan Bilbao yang terpuruk menjadi kawasan penuh daya tarik yang mendatangkan turis mancanegara. Guggenheim Museum Bilbao, satu dari sekian karya arsitektur, melalui bangunan tunggal berhasil
memberi enerji dan wajah baru dikota di mana dia ditempatkan.

Sayembara arsitektur di Indonesia
Tidak banyak sayembara arsitektur dilaksanakan di Indonesia. Umumnya proyek pemerintah, swasta, pembangunan kawasan/kota baru, dan proyek lain menyangkut hajat orang banyak, dilakukan tertutup. Idealnya,
proyek yang didanai masyarakat secara langsung maupun tidak langsung sedapat mungkin disayembarakan, dan hasilnya dipublikasikan sebagai bagian dari pertanggungjawaban kepada publik.

Sayangnya sayembara arsitektur di Indonesia belum menjadi kebijakan pemerintahan. Umumnya proyek besar pemerintah lebih banyak mengalami proses lelang ketimbang sayembara desain. Titik berat proses lelang
itu mencari harga terbaik. Satu-satunya institusi yang memiliki perangkat sayembara beserta ketentuannya adalah Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang berulang kali mengadakan sayembara arsitektur.

Selain untuk memilih rancangan terbaik, sayembara ini juga untuk melindungi arsitek pemenang sayembara yang seringkali dirugikan dalam sayembara tertutup dan tidak resmi.

Sesungguhnya sayembara arsitektur di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Soekarno yang menaruh minat besar dalam arsitektur dan perkotaan. Tidak jarang Presiden Soekarno sendiri menjadi inisiator sekaligus jurinya. Umumnya sayembara ini menyangkut proyek pemerintah. Beberapa sayembara yang sudah
dilakukan adalah sayembara Monas; sayembara Gedung MPR/DPR yang dimenangkan arsitek Sujudi dkk; sayembara Masjid Istiqlal dan sayembara Bank Indonesia (BI), keduanya dimenangkan arsitek F Silaban; Gedung Planetarium di TIM; dan Gedung Veteran RI.

Pada zaman Orde Baru, inisiatif sayembara arsitektur kebanyakan berasal dari pejabat pemerintah dengan dinas terkaitnya. Beberapa sayembara arsitektur yang terpublikasikan adalah sayembara penataan kawasan Malioboro yang diadakan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Universitas Gadjah Mada; sayembara gedung PU di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang dimenangkan konsultan Ciriajasa dengan konsep arsitektur hemat energi; sayembara gagasan Monumen Serangan Umum 1 Maret di Yogya yang dimenangkan arsitek Slamet Wirasonjaya dan
seniman Sunaryo yang kemudian direalisasikan. Sayangnya realisasinya mengalami perubahan dari gagasan awalnya, yang tentu saja cukup mengecewakan pemenang sayembaranya. Kemudian sayembara Gedung Mahkamah Agung yang dimenangkan konsultan Arkonin.

Setelah itu, tidak banyak lagi sayembara arsitektur dilakukan dan dilaksanakan di Indonesia. Umumnya proyek besar mulai dari proyek swasta, pemerintah, pembangunan kawasan, pembangunan kota baru, sampai proyek yang menyangkut hajat orang banyak, lebih banyak dilakukan tertutup dan terbatas. Menara Jakarta, adalah sedikit dari
sekian sayembara arsitektur yang dilakukan terbatas dan tertutup, yang rencananya akan dibangun di bekas Bandara Kemayoran. Sayembara ini sendiri berhasil mengundang arsitek ternama dunia antara lain Kenzo Tange, Hellmuth Jahn, Skidmore Owing & Merill, selain konsultan lokal yang merupakan konsorsium UI-ITB. Sayangnya
pemenangnya bukan pilihan para juri, kelihatannya pertimbangan politik dan ekonomi saat itu berada di balik sayembara.

Pada era reformasi, Rencana Sayembara Balai Kota Solo diharapkan dapat membuka era baru dalam perkembangan sayembara arsitektur. Rencana pembangunan kembali Balai Kota Solo sudah diumumkan beberapa
waktu yang lalu. Tentunya rencana ini merupakan solusi terbaik dalam membangun kembali dan memberikan wajah baru dari Balai Kota Solo.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan kriteria sayembara, masyarakat patut dilibatkan melalui proses dengar pendapat umum termasuk dalam pengambilan keputusan, sehingga hasilnya mencerminkan keinginan
masyarakat banyak dan bukan oleh sekelompok orang. Solo diharapkan dapat menjadi pelopor dalam membangun kotanya sendiri secara demokratis dan terbuka.

Otonomi daerah bisa membawa masyarakat berarsitektur secara sehat dan kompetitif. Bersama-sama IAI daerah, masyarakat dan pemerintah setempat dapat menyelenggarakan dan mengembangkan sayembara arsitektur bagi daerahnya sendiri. Sayembara seperti ini diharapkan mampu mengangkat arsitek lokal untuk tidak lagi berada di bawah bayang-bayang hegemoni arsitek pusat maupun luar negeri.

Akankah sayembara arsitektur di Indonesia ikut berperan dalam memberi wajah baru pada proses demokratisasi kota, jawabannya sudah pasti. Hanya pelaksananya sangat bergantung pada itikad baik kita sendiri.

Yori Antar, arsitek, fotografer, pengurus IAI dan aktivis Arsitek Muda Indonesia.

Sumber: Kompas, Minggu, 1 April 2001

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Keren! Arsitektur Empat Kampus di Indonesia Ini Unik
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Senin, 10 Oktober 2022 - 20:41 WIB

Keren! Arsitektur Empat Kampus di Indonesia Ini Unik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB