Mengubah citra perpustakaan daerah, yang umumnya jarang dikunjungi masyarakat karena dianggap tidak mengasyikkan, jadi tantangan bagi Safwan (54). Dia memilih untuk dimutasi sebagai Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, kala ada tawaran mutasi jabatan pada medio 2011.
Padahal, Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar pernah menolak keinginan itu dan memintanya memilih jabatan yang lebih ”bergengsi”.
Pilihan itu ternyata tidak salah. Dalam kurun Juli 2011-2014, Safwan mampu menyulap perpustakaan umum daerah Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun menjadi tempat yang hidup. Tampilan ruang perpustakaan yang dindingnya dicat dengan warna-warna mencolok, pengunjung tidak dilarang makan dan minum sambil membaca, hingga adanya sudut baca anak, sudut kreasi, dan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dari berbagai usia dan kalangan, membuat perpustakaan tidak pernah sepi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pustakawan yang dulu bisa tertidur saat bertugas akibat pengunjung yang datang bisa dihitung dengan jari, kini sibuk. Pustakawan tidak hanya melayani pinjam-baca, tetapi juga sosialisasi dan membangun jaringan dengan beragam komunitas untuk menjadwalkan kegiatan yang dapat memancing kehadiran dan minat baca lebih banyak orang.
Kunjungan masyarakat yang awalnya 8.711 orang pada 2011, meningkat menjadi 39.864 orang hingga pertengahan Desember 2014. Koleksi bacaan mencapai 40.000 eksemplar.
Namun, bukan soal data statistik pengunjung yang mengesankan. Safwan mampu memotivasi pegawai perpustakaan untuk mau bekerja ekstra. Mulai Mei 2014, jam kunjung perpustakaan dibuka dari Senin-Minggu.
Layanan perpustakaan berkembang dengan 13 kegiatan. Masukan masyarakat yang disampaikan melalui kotak saran dijadikan kritik dan motivasi bagi Safwan untuk meningkatkan layanan perpustakaan.
”Yang saya lakukan sebenarnya sederhana dan bisa dilakukan siapa saja. Saya memulai dari mencabuti rumput yang meninggi di halaman perpustakaan dan mengecat pagar jadi biru supaya menarik perhatian orang yang lewat di depan perpustakaan,” kata Safwan.
Bergabungnya perpustakaan umum Kotawaringin Barat menjadi mitra Perpuseru Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) semakin meningkatkan perubahan yang membuat perpustakaan jadi buah bibir di kalangan masyarakat dan pejabat Kotawaringin Barat. Program Perpuseru, salah satu yang mendorong perpustakaan jadi pusat belajar dan beraktivitas masyarakat.
Hasilnya, perpustakaan ini terpilih sebagai Perpustakaan Umum Terbaik Se-Kalimantan Tengah pada 2013. Perpustakaan ini juga masuk nominasi perpustakaan umum kabupaten/kota tingkat nasional yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional.
Ujang Iskandar pun dengan bangga mendukung ”penyimpangan” yang dilakukan Safwan yang berkarya meskipun anggaran terbatas.
Dari keprihatinan
Sebenarnya Safwan, yang dipercaya sebagai konseptor pengangkatan pegawai, pemindahan, dan pengembangan pegawai negeri sipil di Pemkab Kotawaringin Barat ini, sudah lama ingin memimpin perpustakaan umum daerah.
Tawaran Ujang untuk jabatan baru bagi Safwan disambut gembira. Ia pun mengajukan permintaan pindah ke Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) yang didirikan 2008, sebelumnya di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kotawaringin Barat.
”Saya bilang, saya mau dipindahkan ke kantor sebelah. Bupati balik bertanya kantor yang mana? Saya semakin yakin untuk perlu pindah karena ternyata Bupati pun tidak kenal perpustakaan daerah. Tetapi, permintaan saya untuk dipindahkan ke perpustakaan saat itu tidak dikabulkan. Saya akhirnya tetap dipertahankan mengurusi kepegawaian,” ujarnya.
Keinginan Safwan ditertawakan rekan-rekan lain. Apalagi Safwan yang mengurusi karier orang lain sebenarnya juga punya ”kuasa” meminta jabatan yang lebih menjanjikan. Namun, di dalam hati kecil, dia ingin ke perpustakaan, meskipun tidak punya latar belakang pendidikan perpustakaan dan bukan orang yang kutu buku.
Keprihatinannya pada perpustakaan ini bukan tanpa alasan. Dia yang mengurusi PNS melihat betapa tertekannya jika ada pejabat yang dipindahkan ke perpustakaan. KPAD dianggap sebagai ”tempat parkir” sebelum pejabat pensiun.
Keprihatinan lainnya, saat Safwan mendapati ada calon PNS yang mundur saat tahu hendak ditempatkan ke perpustakaan. Karier di perpustakaan dianggap tidak menjanjikan.
Ketika ada kesempatan kedua kali untuk dipromosikan, Safwan tetap meminta dipindahkan ke perpustakaan. Dia ingin membuat perpustakaan bisa dikenal masyarakat. Kali ini keinginannya disambut dan didukung.
Meskipun sudah mengantongi izin, dia tetap dibujuk rekan-rekannya untuk memilih posisi lain. Dia diminta berpikir ulang. ”Tapi, saya mau menjadi contoh bahwa PNS siap bekerja di mana saja,” kata Safwan.
Beberapa saat sebelum dilantik, Ujang meneleponnya. Bupati terpilih periode kedua ini ingin memastikan, apakah mutasi itu karena keinginan sendiri atau karena ditugaskan. ”Saya jawab dua-duanya,” kata Safwan.
Ketika hari pertama bekerja, Safwan pernah tidak merasa percaya diri bahwa dirinya mampu membuat perubahan. Dia melihat pegawai tidak disiplin karena tidak ada pekerjaan. Tatanan perpustakaan tidak menarik dan pengunjung sangat sedikit.
Dengan kewenangan yang dimilikinya, Safwan ”memaksa” pegawai perpustakaan bekerja dengan pembuktian. Dia mengajak pegawai mengubah cat meja dan kursi yang coklat menjadi warna-warni. Tiap tiga bulan, tataan rak, meja-kursi, hingga cat dinding diubah sehingga selalu menimbulkan suasana baru.
Safwan mulai mengadakan promosi koleksi buku yang selama ini tidak pernah dilakukan. Memanfaatkan Hari Kunjung Perpustakaan pada 14 September 2011, dia membuat gebrakan dengan menggelar lomba mewarnai bagi siswa TK dan menggambar bagi siswa SD. Peminatnya ternyata banyak. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sesungguhnya membutuhkan ruang kreativitas.
Namun, tidak mudah untuk mendapatkan dukungan pendanaan bagi acara perdana tersebut. Ketika proposal permintaan dana diajukan, hanya sedikit perusahaan yang merespons. Ini sempat membuat Safwan patah semangat. Dia tetap menggelar program perdana tersebut, meskipun harus menombok biaya, termasuk dengan uang pribadinya.
Apel HUT RI pada 2012 dimanfaatkan Safwan sebagai sarana promosi layanan baru perpustakaan yang memiliki layanan Wi-Fi. Namun, pengumuman itu disambut dingin. Semangat Safwan pun sempat menciut.
Akan tetapi, Tuhan seakan mengirimkan rekannya, Hermon F Lion, yang kini duduk sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Barat, yang menepuk pundaknya. Saat terpuruk karena merasa pekerjaan sia-sia, tepukan dari belakang seperti menguatkan hatinya untuk jangan berhenti. Sebagai penghargaan, Hermon diangkat jadi Ketua Dewan Perpustakaan Kotawaringin Barat.
Safwan semakin yakin, dia perlu terus mengembangkan perpustakaan.
—————————————————————————
Safwan
? Lahir: Sukamara, 25 September 1960
? Istri: Aida Lailawati (46)
? Anak: Fairiz Yumna Salsabila (14) dan Saiful Anwar (12)
? Pendidikan:
– Sarjana Muda Hukum STIH Tambun Bungai Palangka Raya (1986)
– S-1 Administrasi Negara STIA LAN RI Kampus Bandung (1994)
– S-2 Administrasi Negara Universitas Brawijaya Malang (2003)
? Pekerjaan:
– Kasubag Kepegawaian Setda Kabupaten Kotawaringin Barat (1985)
– Kasubag Mutasi Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Kotawaringin Barat
– Kasubag Penguusunan Program Bagian program Setda Kabupaten Kotawaringin Barat
– Kasubag Diklat Teknis Fungsional BKD Setda Kabupaten Kotawaringin Barat
– Kasubag Jabatan Struktural BKD Kabupaten Kotawaringin Barat
– Kepala Bidang Pengembangan BKD Kabupaten Kotawaringin Barat
– Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Kabupaten Kotawaringin Barat (Juli 2011-sekarang)
? Prestasi:
– Perpustakaan Umum Terbaik Se-Kalimantan Tengah (2013)
– Nomine Lomba Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota Tingkat Nasional Kluster A oleh Perpustakaan Nasional (2013)
– Perpustakaan Penyimpangan Positif Perpuseru Coca Cola Foundation Indonesia Bidang Peningkatan Layanan Komputer dan Internet, Advokasi, dan Pelibatan Kegiatan Masyarakat di Perpustakaan (2013)
– Terpilih untuk Pembuatan Profil Mitra Perpuseru CCFI (2014)
Oleh: ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 19 Desember 2014