Salah satu andil Bioteknologi yang bermanfaat bagi pelestarian lingkungan adalah penanganan tumpahan minyak dengan menggunakan aktivitas mikroba atau lebih dikenal dengun istilah Biodegradasi.
Telah diketahui sejak lama bahwa berjuta-juta ton minyak bumi tumpah ke laut setiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kecelakaan dan kebocoran kapai tanker tumpah, selama operasi eksploitasi minyak lepas pantai atau tindakan tidak bertanggung jawab dengan membuang air ballast yang mengandung minyak, dan lain-lain. Tindakan ini lebih meningkat lagi pada saat perang Teluk. Bahkan ada dugaan, penumpahan minyak dilakukan dengan sengaja dan merupakan salah satu strategi perang yang tengah berlangsung.
Minyak bumi yang tumpah ke laut dengan segera akan menyebar sesuai dengan sifat dan arus laut di lingkungan tersebut. Sehingga menyebabkan populasi flora dan fauna akan mati atau terganggu kehidupannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Minyak yang tumpah di laut sulit ditanggulangi secara tuntas. Maka dalam hal ini perlu dicari suatu cara penanganan yang cepat tepat efektif, dan tidak mengganggu lingkungan. Secara garis besar penanganan tumpahan minyak dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologi.
Penanganan tumpahan minyak secara fusika, biasanya dilakukan sebagai langkuh awal pada saat minyak baru tumpah ke laut. Pertama yang dilakukan adalah dengan mengisolasi tumpahan minyak dengan menggunakan oil boom (pagar betis sejenis pelampung), agar minyak tidak menyebar lebih luas lagi. Kemudian minyak bumi yang telah terkurung atau terkumpul disedot dengan oil skimmer. Tetapi cara ini tidak efektif lagi untuk minyak yang telah tersebar luas di permukaan laut.
Sementara penggunaan cara kimia untuk penanganan tumpahan minyak, dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat bila dibandingkan dengan cara fisika. Dalam hal ini tinggal mencari bahan kimia dan konsentrasi yang sesuai untuk mendispersikan minyak (dispersant oil). Akan tetapi yang menjadi masalah adalah pengaruh sampingnya. Pasalnya, bahan kimia yang digunakan, selain dapat mendispersikan minyak juga dapat berpengaruh negatif terhadap ekosistem di lingkungan. Karena itu, dicarilah alternatif yang lebih baik. Alternatif itu adalah penanganan tumpahan minyak dengan mikroba.
Penanganan tumpahan minyak secara biologi atau biodegradasi oleh mikroba merupakan salah satu cara yang tepat, efektif dan tidak berakibat buruk terhadap lingkungannya. Karena tidak menghasilkan toksid (racun) dan booming (peledakan jumlah populasi), di mana mikroba ini akan mati seiring dengan habisnya minyak bumi di permukaan laut.
Biodegradasi minyak bumi
Mikroba akan mengkonsumsi minyak bumi yang tumpah di laut sebagai bahan makanan dan sumber energi, dengan hasil sampingan berupa karbondioksida dan air. Senyawa yang dihasilkan tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan karena tidak dapat mengikat oksigen bebas yang terlarut dalam air. Alhasil, BOD (Biochemical oxygen Demand) air tetap seimbang. Dan satu lagi keuntungannya adalah karbondioksida yang dihasilkan tersebut dapat digunakan dalam rantai makanan pada ekosistem perairan tersebut. Maka penanganan tumpahan minyak dengan cara biologi merupakan proses yang penting artinya dalam pemulihan kembali lingkungan perairan yang tercemar tumpahan minyak bumi.
Mikroba yang mempunyai kemampuan mendegradasi minyak bumi telah banyak ditemukan. Mereka meliputi lebih dari 100 spesies yang umumnya didominasi oleh bakteri. Beberapa bakteri yang dapat hidup dengan memanfaatkan minyak bumi di antaranya adalah Aeromonas, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Pseudomonas, Streptococcus, Brevibacterium, dan lain-lain.
Kemampuan biodegradasi dari beberapa bakteri tergantung pada kemampuan adaptasi bakteria terhadap lingkungannya. Di samping itu, faktor-faktor lingkungannya juga dapat menentukan kecepatan biodegradasi minyak bumi. Pada umumnya temperatur, konsentrasi oksigen, dan keberadaan unsure-unsur nutritif (nitrogen dan fosfor) dalam air laut dapat mempengaruhi biodegradasi minyak bumi tersebut. Selain itu jenis dan kumposisi dari minyak bumi juga berpengaruh terhadap kemampuan biodegradasi bakteri. Misalnya minyak bumi yang banyak mengandung senyawa aspaltik akan sukar terdegradasi oleh mikroba. Sedangkan minyak bumi yang sedikit mengandung senyawa parafin akan mudah terdegradasi. Tetapi sebaliknya yang terjadi pada minyak bumi yang banyak mengandung belerang dan senyawa aromatik.
Penanggulangan tumpahan minyak di laut secara biologi atau dengan menggunakan aktivitas mikroba, telah banyak dilakukan oleh beberapa negara maju seperti Amerika, Inggris. Salah satu contoh penerapan biodegradasi minyak bumi oleh mikroba yaitu pada saat kapal supertanker Exxon Valdes menabrak batu karang di laut Alaska, yang menyebabkan 11 juta galon minyak tumpah di laut. Ketika itu, Regu Pengawas Pantai dan Lembaga Penanggulangan Lingkungan Amerika turun tangan. Mereka menaburkan jutaan pasukan pemakan minyak (berasal dari 50 kg biakan kering mikroba). Cara ini juga dilakukan pada pasca perang Teluk, ketika jutaan barel minyak mentah mencemari perairan Kuwait dan sekitarnya.
Oleh Zulkifliani, Penulis bekerja di Laboratorium Bioteknologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPTMGB) LEMIGAS, Jakarta
Sumber: Republika, 16 Juni 1994