Penerapan teknologi digital oleh pelaku usaha rintisan berbasis digital di Indonesia masih minim. Padahal, pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah di bidang industri.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M Nasir saat Pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (19/10), mengatakan, meski pelaku usaha rintisan berbasis digital mulai tumbuh, jumlahnya masih minim. Pelaku usaha rintisan masih belum memanfaatkan teknologi digital karena mereka meneruskan industri yang dibangun keluarga.
Dari 4,2 juta pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia atau 1,6 persen penduduk Indonesia, baru 0,4 persen atau 16.800 orang di antaranya mengadopsi teknologi digital. Pemanfaatan teknologi oleh UKM di Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura yang mencapai 4 persen dari 7 persen. Idealnya, jumlah pelaku UKM 5 persen dari jumlah penduduk dan semua bisa memanfaatkan teknologi digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Seharusnya semua pelaku usaha rintisan memanfaatkan teknologi sejak awal. Jika mereka tumbuh karena faktor lingkungan, seperti dari keluarga pengusaha, mereka perlu mengadopsi teknologi karena memberi nilai tambah produk,” ujar Nasir.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Pengunjung melihat Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 2017 di Grand City, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (19/10). Kegiatan ini diikuti 458 peserta dan dibuka Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir.
Kemristek dan Dikti mendorong munculnya pelaku usaha rintisan baru berbasis teknologi. Pelaku usaha rintisan itu dibina dan dipertemukan dengan pelaku industri agar temuannya bisa diterapkan di dunia industri.
Lebih kompetitif
Pada 2015-2017, Kemristek dan Dikti mencatat 661 usaha rintisan baru. Jumlahnya naik dari tahun 2015 ada 52 usaha dan 203 usaha pada 2016. Tahun depan target pelaku usaha rintisan berbasis teknologi 800 usaha dan pada 2019 ada 1.000 usaha. “Teknologi digital membuat produk lebih kompetitif,” kata Nasir.
Rektor Universitas Airlangga Surabaya Mohammad Nasih menyatakan, Unair mengembangkan program studi teknobiomedik untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi bidang kesehatan. “Pengembangan dunia kesehatan harus diintegrasikan dengan teknologi agar bermanfaat lebih banyak,” ujarnya.
Menurut Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Joni Hermana, pihaknya mendorong mahasiswa mendirikan usaha rintisan dengan menyediakan ruang co-working space. Jadi mahasiswa bisa mengembangkan ide bisnis sesuai kebutuhan publik. (SYA/ADY/YUN)
Sumber: Kompas, 20 Oktober 2017
—————–
Inovator Diarahkan untuk Memasuki Inkubasi Dunia
Agar memiliki daya saing tinggi di tingkat dunia, para inovator yang terpilih dalam program Start Up atau Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi akan dikirim ke luar negeri, antara lain ke Inggris dan Amerika Serikat. Mereka akan mengikuti program inkubasi teknologi antara lain di Silicon Valley. Produk inovasi mereka diharapkan dapat menarik minat investor dunia dan masuk ke pasar internasional.
Hal ini dikatakan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada pembukaan Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 2017 di Grand City, Surabaya, Kamis (19/10). Hadir dalam pembukaan pameran yang akan berlangsung empat hari itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf.
Nasir juga mengatakan tentang rendahnya industri kecil di Indonesia yang hanya 1,6 persen atau 4,1 juta orang dari 260 juta penduduk Indonesia. Dari jumlah ini yang berbasis teknologi hanya 0,4 persen. Sedangkan Singapura, industri berbasis teknologi sudah mencapai 4 persen.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristekdikti Jumain Appe menambahkan, pemerintah akan meningkatkan jumlah Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) menjadi 800 pada 2018. Upaya ini untuk memenuhi target 1.000 PPBT tahun 2019. Mereka akan dibina untuk mendapat Hak Kekayaan Intelektual dan pengetahuan tentang bisnis sehingga produknya berdaya saing tinggi.
Dia mengatakan, dari 60 inovator yang mendaftarkan diri untuk mengikuti program pelatihan yang diadakan Newton Foundation di Inggris, akan diseleksi menjadi 12 inovator. “Proses seleksi melibatkan Royal Academic of Engineering (RAE) Inggris. Mereka akan diberangkatkan pada Januari 2018,” katanya. Untuk tahun berikutnya akan dipilih 20 inovator mengikuti program berikutnya.
Kolaborasi
Pameran yang diadakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) diikuti 458 PPBT. Pameran ini bertujuan untuk mempertemukan PPBT dengan para investor hingga terjalin kerja sama untuk memproduksi karya inovasi mereka. Tanpa kolaborasi dengan pebisnis, karya inovasi mereka hanya akan sebatas menjadi karya ilmiah di laboratorium atau kampus tanpa memberi nilai tambah ekonomi bagi industri dan masyarakat.
Peserta terdiri dari 7 bidang fokus, yakni pangan, energi, transportasi, material maju, bahan baku, pertahanan dan keamanan, teknologi informasi komunikasi, kesehatan obat yang merupakan binaan Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek dan Dikti.
Selain pameran, diadakan seminar dan unjuk bincang, antar lain mengenai branding, online marketing, paten dan hak kekayaan intelektual, standar mutu, serta strategi menembus pasar ritel modern. Sesi pembelajaran tersebut diisi oleh pakar-pakar di bidangnya, seperti pakar periklanan Subiakto dari Hotline Advertising, Heriyadi Janwar dari Bhinneka.com, dan Roy Mandey dari Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo).
Ditampilkan pula sebagai pembicara perwakilan dari Bank Danamon, Permodalan Nasional Madani (PNM), dan Modalku untuk berbagi strategi mencari peluang investasi dan pendanaan dari perbankan dan lembaga keuangan. Kiat sukses juga akan dibagi oleh perwakilan dari Go-Jek dan sejumlah penerima pendanaan program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi. Di sesi terakhir, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akan memaparkan langkah-langkah Pemkot Surabaya dalam inovasi di Kota Pahlawan ini dalam menggerakkan kewirausahaan di generasi muda.
Para inovator juga akan mempresentasikan karyanya di hadapan investor dari berbagai perusahaan keuangan dalam sesi Business Pitching. Bagi mahasiswa dan masyarakat umum diadakan Kompetisi Inovasi Perguruan Tinggi & Masyarakat. “Harapan kami, setelah mengikuti expo ini, peserta mendapat bekal untuk membangun aspek bisnis dari inovasi yang dirintis. Ini penting agar ada insentif bagi masyarakat untuk terus mengembangkan inovasi,” ujar Nasir.–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 20 Oktober 2017