Hamparan Sawah, perumahan penduduk dengan kandang ternak merupakan wajah yang khas dari suatu desa. Nyiur yang melambai di pantai menjadi satu dengan alam para nelayan. Bau gabah yang baru dipanen dan suara seruling anak gembala di lingkungan desa merupakan wajah yang khas pada masyarakat tani, demikian juga bau anyir ikan di tempat pelelangan ikan merupakan ciri masyarakat nelayan.
Wajah dan karakter lahan atau tapak, bagian muka bumi dengan segala kehidupan dan apa saja yang terkandung di dalamnya baik bersifat alami, buatan, atau keduanya yang merupakan total lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya sejauh mata memandang, seajauh indera dapat menangkap seperti gambaran di atas dikenal sebagai landscape.
Suatu bidang ilmu yang mempelajarinya disebut sebagai arsitektur landscape, yaitu bidang ilmu dan seni yang mempelajari pengaturan ruang dan masa di alam terbuka dengan mengomposisikan elemen landscape, baik alami maupun buatan beserta segenap kegiatannya agar tercipta suatu lingkungan yang secara fungsional berguna dan secara estetika indah, sehingga tercipta kebutuhan rohani dan jasmani manusia beserta makhluk hidup lainnya secara dinamis dan lestari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena bidang ilmu ini relatif baru maka masih sedikit yang mengenalnya. Di Indonesia dikenal sebagai ilmu pertamanan dan sampai saat ini hanya tiga (3) perguruan tinggi yang penulis ketahui mempelajarinya yaitu budi daya pertanian IPB, Asrsitektur Landscape Universitas Trisakti, dan salah satu perguruan tinggi swasta di Medan.
Dari definisi tersebut di atas tentunya dapat dikatakan bahwa ruang dan masa menjadi objek utama. Hasil disain dari pengaturan ruang dan masa pada suatu kawasan perkotaan disebut city scape, pedesaan rural scape, dan pantai disebut sea scape. Suatu wajah dan karakter kota (city scape) yang tercipta malang-melintang, kaku dan janggal karena utilitas, papan reklame, dan kendaraan akan mengakibatkan ketegangan mental.
Suatu hal yang monoton seperti bangunan yang seragam, perumahan BTN, misalnya, akan memperbodoh otak, melemahkan mental dan menghilangkan identitas diri. Juga, sesuatu yang khas menjadikan seseorang tidak lagi dapat membedakan mine dan yours, sehingga kehilangan rasa kebanggaan. Bapak Landscape dunia Frederick Law Amstead pernah berkata, dalam suatu lingkungan perlu adanya sesuatu yang kontras, misal desa atau hutan di tengah kota, ini bertujuan untuk menghilangkan ketegangan mental, mengurangi hilangnya indentitas diri akibat hal-hal yang cenderung seragam atau monoton. Pandangan visual, latihan mental dan kebanggaan atas wajah dan karakter yang dapat diindera haruslah kontras dengan yang biasa dirasakan. Lingkungan kantor, misalnya, perlu mempunyai scape yang berbeda dengan rumah.
Untuk mendapaat wajah dan karakter kota (city scape) yang ideal maka perlu perencanaan yang baik. Rencana pengaturan ruang dan masa pada suatu kawasan, kota misalnya, bisanya ditujukan untuk daerah perumahan, industry, pertanian, rekreasi, pelayanan, dan perlindungan alam.
Di sini peran seorang arsitek landscape tidak hanya menciptakan suatu kawasan yang indah tetapi juga fungsional. Untuk itu maka seorang arsitek landscape yang akan melakukan pengaturan ruang dan masa pada suatu kawasan atau daerah harus berpegang pada prinsip-prinsip pengaturan ruang dan masa, yaitu: 1) segala sesuatu harus mempunyai kegunaan. 2) Sesuai dengan kepentingan manusia. 3) Mampu memuaskan secara estitika dan fungsional.
Seorang arsitek landscape yang baik selain berpegang pada prinsip di atas juga menggunakan ilmu ekonomi, ekologi, sosial, planologi, dan ilmu lain sebagai penunjang, sebagai misal untuk merencanakan daerah perumahan di kawasan kota maka ilmu tata kota (planologi) berperan di dalamnya, demikian juga untuk perencanaan suatu daerah lain.
Dengan bidang ilmu lain tersebut seorang arsitek land scape akan bisa merencanakan dan mengevaluasi seacara sistematis suatu daerah yang laus untuk masa sekarang dan yang akan datang sesuai dengan daya dukung dan kesesuaian lahan sehingga tetap dinamis dan lestari.
Perencanaan ruang dan masa pada city scape misalnya, selain secara intuitif indah, maka secara logis mesti didukung oleh alasan ilmiah harus berguna. Pendaerahan pada suatu kota untuk dapat berguna pada saat sekarang dan nanti harus berdasar daya dukung dan kesesuaian lahan yang ada. Suatu daerah hasil disain untuk dapat berguna dengan baik harus memperhatikan daerah lain sesuai kegunaan masing-masing menurut aktivitas yang diinginkan.
Keseimbangan dalam bentuk kontras, misalnya, juga diperlukan agar kegunaan masing-masing daerah terciptakan tanpa menghilangkan keindahan. Misalkan, iklan yang dipasang di daerah taman tidak selalu mengurangi keindahan jika memperhatikan prinsip tersebut, bahkan bisa, mengundang senyum. Perlu juga dipikirkan penyediaan daerah untuk masa yang akan datang, misalnya, untuk pelayanan yang saat sekarang belum perlu.
Kadang suatu daerah memerlukan fasilitas bersama daerah lain atau sebaliknya, beberapa fasilitas diperlukan pada daerah yang sama. Fasilitas yang diperlukan pada suatu daerah selain memperhatikan keindahan, juga memperhatikan kecocokannya dengan fasilitas lain dan tujuan semula.
Fasilitas yang terpasang tanpa memperhatikan fasilitas lain akan kelihatan kaku dan janggal. Sebagai contoh, listrik dan telepon yang ada pada suatu daerah kota dan mempunyai fungsi yang berbeda pada bagian tertentu dapat dipasang pada satu tiang, sehingga mengurangi keruwetan tanpa mengurangi fungsi masing-masing.
Disain perencanaan ruang dan masa, untuk city scape misalnya, bertujuan mengembangkan lingkungan yang cocok untuk manusia, keseimbangan antara kebutuhan manusia yang berupa penyegaran visual, latihan mental dan kebanggaan milik dengan utilitas atau alat pendukung kegiatan haruslah memenuhi persyaratan optimal.
Untuk menciptakan keadaan yang demikian diperlukan pemahaman perilaku pengaruh sosial, fisiologi, dan psikologi, karena pengaruh ini akan dituangkan dalam bentuk perilaku fisik dari manusia atau makhluk hidup lain. Dengan demikian kebebasan dari rasa was-was, kebersamaan, interaksi, dan kebutuhan masyarakat kontemporer seperti kota yang digambarkan di atas terpenuhi. Sebagai contoh, pembangunan sebuah trotoar harus memperhatikan tinggi trotoar tersebut terhadap jalan, sehingga mobil tidak dapat naik ke trotoar untuk tempat parkir dan melindungi pejalan kaki dari kecelakaan mobil yang sewaktu-waktu dapat nyelonong.
Berdasarkan keseimbangan antara biaya dan hasil, yang diukur menurut kepentingan manusia dan makhluk hidup lain, suatu ruang dan masa yang didisain untuk city scape harus memenuhi aspek estitika dan fungsional. Untuk mendapatkan wajah dan karakter tapak yang memuaskan secara estetika disain ruang dan masa harus mempunyai kesan yang kuat dan layak, sedang untuk dapat memenuhi aspek fungsional perlu diperhatikan kebutuhan teknik, ketersediaan biaya dan kenyamanan dalam pengawasan.
Kesan kuat dapat diperoleh melalui pendaerahan untuk suatu kawasan dan menciptakan kesan yang kontras antara daerah yang satu dengan lainnya. Pabrik industri yang bercampur dengan daerah perumahan akan menghilangkan kesan kuat.
Kesan kuat melalui pendaerahan akan memberikan rasa indah tersendiri. Suatu daerah penyangga (buffer zone) antardaerah, hutan kecil misalnya, perlu juga untuk penyegaran visual.
Untuk mendapat kesan yang layak disain ruang dan masa harus cocok dengan karakter tempat, skala, fungsi dan pemakai. Suatu daerah yang damai, tempat pemukiman (pedestrian) misalnya, memerlukan stimulus yang mempunyai feature feminin, sedang daerah aktif (daerah industri) memerlukan stimulus melalui pengulangan terhadap hal-hal yang bersifat maskulin, sehingga rasa damai atau pun aktif secara layak terciptakan.
Selain itu disain harus memperhatikan skala, feature untuk pemakai mobil mempunyai skala yang berbeda dengan bagi pejalan kaki. Feature pemakai mobil tidak perlu keragaman yang tinggi dibanding untuk pejalan kaki, feature taman dengan keragaman tinggi perlu bagi pejalan kaki, karena akan dapat menghilangkan kejenuhan.
Scape yang berfungsi untuk meditasi, rumah-rumah ibadah, misalnya, butuh suasana yang tenang dan damai sehingga perlu warna atau feature yang dingin, berbeda dengan play ground yang membutuhkan warna-warna cerah untuk memberikan feature yang aktif dan bersemangat. Demikian juga perlu diperhatikan pemakai disain tersebut, tempat umum perlu disain yang meriah, sedang untuk kelompok bergantung pada aktivitas kelompok tersebut.
Pengaturan ruang dan masa untuk memenuhi aspek fungsional harus disesuaikan dengan kebutuhan teknis, ketersediaan biaya dan kenyamanan dalam pengawasan. Kebutuhan teknis yang dimaksud adalah meliputi jumlah dan ukuran bahan teknis, sumber daya alami yang tersedia, dan keperluaan operasional yang ingin terciptakan. Sebagai contoh, jika ingin membuat play ground tentu perlu diperhatikan ketersediaan bahan, keawetan bahan, pendukung untuk operasional seperti kemungkinan
untuk membuat jalan dengan memperhatikan kondisi alam, atau pun sumber daya alami yang tersedia seperti air, angin, dan keindahan yang memungkinkan pemakai untuk mendatangi play ground tersebut.
Pengaturan ruang dan masa disesuaikan juga dengan ketersediaan biaya, yaitu melaiui pemenuhan biaya serendah mungkin. Untuk in perlu diperhatikan apa yang diprioritaskan dengan biaya tersebut, penggunaan sumber daya alami secara maksimal, menggunakan bahan secara layar sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan detail. Misalnya, taman pemisah jalur atau jalur hijau yang dikelola oleh swasta, tentunya akan lebih murah bagi Pemda. Selain itu pengelola dapat menyampaikan informasi tertentu pada pemakai dan yang juga penting adalah pengelola akan memperhatikan kelayakan seperti keserasian, keindahan, keawetan bahan berdasar kondisi alami, dan daya dukung untuk masa nanti.
Pengaturan ruang dan masa juga harus memperhatikan kenyamanan dalam pengawasan. Untuk itu perlu diperhatikan keseimbangan antara aktivitas batas dan terkendali, sirkulasi, dan keselamatan. Sebagai contoh, arus lalu lintas yang lancar dan aman dapat tercipta, misalnya, melalui pengaturan elevasi yang memungkinkan kendaraan mengurangi kecepatan atau dapat juga menambah jumlah kelokan. Dengan demikian ketertiban dan sirkulasi kendaraan lebih baik karena pemakai menjadi berhati-hati, sehingga memudahkan dalam pengawasan.
Arsitektur landscape tidak hanya terbatas pada pembuatan taman-taman rumah yang biasa kita kenal, tetapi juga scape apa saja yang bisa diindera manusia dan makhluk hidup lain. Pada dasarnya bidang cakupan perencanaan pelaksanaan landscape dikelompokkan terhadap: 1. Menurut jenis bangunan yang terdiri atas landscape rumah, kantor, industri, puskesmas, sekolah, dan pusat perbelanjaan. 2. Menurut kawasan yang terdiri atas city scape, rural scape, sub. urban scape, street scape, sea scape, lake scape, dan regional scape.
Selanjutnya seorang arsitek landscape didefinisikan sebagai insan profesional yang telah mendapat pendidikan akademis (universitas) dalam bidang ilmu dan seni landscape dan aktif dalam kegiatan perencanaan landscape, perencanaan tapak, dan perancangan detail landscape. Dengan demikian, seseorang tidak dapat disebut arsitek landscape jika tidak memenuhi kriteria tersebut. Dengan luasnya cakupan yang dipelajari pada landscape, maka sudah selayaknya jika dikenal sebagai bidang ilmu tersendiri.
Dalam sejarahnya bidang ilmu pertamanan (arsitektur landscape) ini dimulai dari Mesir yang kemudian menyebar ke negeri Cina dan Eropa. Pada awalnya arsitektur landscape ini dimulai dari ilmu dan seni berkebun untuk obat-obatan, memperindahah bangunan, alat penghargaan di kalangan istana, upacara keagamaan dan penghias jambangan. Akhirnya sekarang merupakan ilmu tersendiri dengan bidang cakupan dan disiplin ilmu seperti yang telah diuraikan di atas.
Ir. Dwi Widodo, adalah alumni IPB
Sumber: Jawa Pos, SENIN 26 JUNI 1989