Membebaskan Ide Murid ala Suwarsono

- Editor

Rabu, 13 Oktober 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prestasi pendidikan Bantul bersinar tahun ini. Dua medali emas dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia 2010 nasional yang mengantarkan DIY menjadi juara umum tingkat nasional diraih dua pelajarnya. Satu sosok berada di balik sukses kedua pelajar berprestasi tersebut: Suwarsono.

Suwarsono adalah guru Biologi SMA Negeri 1 Sewon, Bantul, yang menjadi guru pembimbing Taufik Ibnu Hidayat (16), pemenang medali emas bidang sains dasar Fisika dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2010.

Di rumah, ia membimbing putrinya, pelajar SMAN 2 Bantul, R Zhafira Arrum Prabapatitis (16). Dalam OPSI nasional yang berlangsung pekan lalu di Jakarta, Zhafira juga menyabet medali emas bidang sains dasar Biologi.

Suwarsono menuturkan, prestasi ini diperoleh karena kerja. “Sekolah, orangtua, dan anak-anak berperan besar dalam kesuksesan ini,” katanya, saat ditemui di ruang guru SMAN 1 Sewon, Selasa (12/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Suwarsono mulai mengajar di SMAN 1 Sewon sejak 2006. Sejak pertama kali menjadi pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, lulusan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dan pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu telah mencoba berbagai model pembinaan untuk mendorong prestasi muridnya. Beberapa waktu terakhir, hal ini juga dilakukan terhadap putrinya. Pinjam laboratorium

Berbagai upaya ia tempuh untuk menyediakan fasilitas penelitian bagi mereka. Salah satunya dengan meminjam berbagai laboratorium di luar sekolah untuk menghasilkan penelitian kuantitatif. Fasilitas penelitian di sekolah sendiri hanya dapat menghasilkan penelitian kualitatif sehingga hasil penelitian kurang mendalam.

Sejumlah laboratorium yang pernah dia pinjam ialah laboratorium di Fakultas Biologi UGM, mulai dari entomologi, taksonomi, dan anatomi. Suwarsono juga meminjam laboratorium kimia sebuah lembaga swasta. “Saya punya beberapa teman di laboratorium-laboratorium itu. Kami cukup bayar biaya pengganti bahan percobaan,” katanya.

Mengenai biaya penelitian anaknya, Suwarsono mengeluarkan dana lebih dari Rp 2 juta termasuk untuk penelitian lapangan selama beberapa hari di Gunung Kidul dan Kulon Progo. “Dana penelitian dari pemerintah hampir tidak ada. Padahal, biaya penelitian tinggi. Kalau ingin berhasil, orangtua memang harus rela berkorban,” ujarnya.

Dalam membimbing murid dan anaknya, Suwarsono selalu memberikan mereka kebebasan mencari dan memunculkan ide. Dari kebebasan ini, berbagai ide unik para pelajar bermunculan. “Ide mereka banyak yang segar dan menarik. Saya tinggal mengarahkannya saja agar bisa jadi penelitian yang bermutu,” ujarnya.

Salah satu ide unik itu muncul dalam penelitian Taufik. Pada OPSI 2010, Taufik membuat alat pompa untuk meningkatkan debit air guna membantu daerah sulit air. Pompa yang digunakan merupakan pompa celup seperti yang biasa digunakan di akuarium. Menggunakan Hukum Bernoulli, pompa celup itu diberi sejumlah lubang yang dipasangi pipa.

“Saya mengambil ide ini dari semprotan nyamuk di rumah,” kata Taufik, pelajar kelas XISMAN 1 Sewon, Bantul.

Selama pembuatan karya ini, Taufik banyak dibimbing ayahnya, dosen ekonomi pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pamannya, dosen hidrologi di Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

Kesuksesan tim DIY dalam OPSI 2010 tahun ini juga didukung Tim Pembina OPSI DIY. Mereka terdiri atas alumnus juara kompetisi penelitian pada tahun-tahun sebelumnya. Sejak Maret, sekitar 28 mahasiswa itu siap membantu adik-adik mereka untuk meraih juara. (IRE)

Sumber: Kompas, Rabu, 13 Oktober 2010 | 11:49 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Sudirman; Membebaskan Dusun dari Kegelapan
Safwan Menghidupkan Perpustakaan Daerah
Agus Pakpahan; ”Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas
Basu Swastha Dharmmesta; Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik
Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian
Lestari Nurhajati, Perempuan Indonesia Peneliti Demokrasi di Nepal-Afganistan
Maria Yosephina Melinda GamparTotalitas Melayani Pasien
Endang Setyowati; Kepala Sekolah yang Gemar ”Nongkrong”
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 26 Desember 2014 - 09:24 WIB

Sudirman; Membebaskan Dusun dari Kegelapan

Jumat, 19 Desember 2014 - 07:11 WIB

Safwan Menghidupkan Perpustakaan Daerah

Selasa, 16 Desember 2014 - 05:51 WIB

Agus Pakpahan; ”Komandan” Lalat Ingin Bangsa Ini Cerdas

Selasa, 9 Desember 2014 - 07:26 WIB

Basu Swastha Dharmmesta; Profesor yang Jatuh Cinta pada Batik

Senin, 8 Desember 2014 - 07:27 WIB

Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB