Kikuo Ibe Merawat Semangat G-Shock

- Editor

Selasa, 12 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nama Kikuo Ibe tidak bisa dilepaskan dari G-Shock, sebuah merek dari jam tangan Casio yang memiliki kekhasan pada ketahanan produk yang sudah berusia 35 tahun. Sebelum menjadi nama yang mendunia dan diingat oleh penggunanya dari berbagai usia, Ibe melalui proses pencarian dan eksperimen yang tidak mudah selama dua tahun dan menghabiskan 200 purwarupa.

Hasilnya adalah konsep struktur berongga di antara jam dengan karet pelindung yang bermanfaat untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan guncangan saat jam terjatuh. Bermula dari seri pertama DW-5000C yang rilis tahun 1983, merek G-Shock berhasil memikat konsumen di Amerika Serikat terutama di kalangan muda, terutama di kalangan pemain skateboard.

Di tahun 1990-an, justru merek G-Shock bisa memikat Jepang. Pada tahun 1995 saja 700.000 jam tangan yang dikirim ke Jepang dari sebelumnya 100.000 unit di tahun 1990. Secara global, pada tahun 1997, sebanyak 8,4 juta unit jam tangan G-Shock dirilis ke pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tahun 1997 bisa disebut sebagai masa puncak G-Shock dengan jumlah pengiriman yang belum bisa ditandingi tahun-tahun sesudahnya.

Tahun 1997 bisa disebut sebagai masa puncak G-Shock dengan jumlah pengiriman yang belum bisa ditandingi tahun-tahun sesudahnya. Namun, bukan berarti penurunan itu menjadi akhir bagi nama G-Shock. Setidaknya melihat dari animo dari pengunjung yang memadati roadshow yang digelar di Indonesia, para pengguna bisa bertemu dengan Ibe secara langsung untuk belajar dari semangat yang dia tularkan.

KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–”Jangan menyerah” adalah salah satu semangat yang ditularkan oleh Kikuo Ibe yang merancang G-Shock dan diterima luas di pasar Amerika Serikat dan Jepang, Kamis (7/12). Semangat itulah yang ditularkan oleh merek yang akan menginjak usia ke-35 tahun.

Kompas berkesempatan untuk mewawancarai Ibe setelah sesi di Jakarta, Kamis (7/12). Sesudahnya dia melanjutkan sesi serupa di beberapa tempat lain, seperti Malang dan Bandung.

Kompas (K): Sekarang kita melihat perangkat seperti ponsel pintar sudah menjadi barang yang lazim ditemui, mereka juga bisa menunjukkan waktu. Bagaimana agar jam tangan tetap relevan?
Ibe (I): Saya cukup sadar dengan keberadaan fenonema ini. Meski demikian, jam tangan masih akan menjadi produk yang wajib dimiliki karena praktis dalam menunjukkan waktu dan menjadi bagian dari identitas.

K: Masyarakat kini lebih sedikit beraktivitas di luar ruangan sehingga seharusnya kebutuhan akan produk yang tahan banting tidak terlalu dibutuhkan. Benarkah seperti itu?
I: Saya rasa hal itu kurang tepat. Pada akhirnya semua orang akan beraktivitas di luar ruangan, tidak mungkin selamanya berada di dalam kamar. Kebutuhan akan produk yang tangguh tetap dibutuhkan.

K: Bagaimana Anda melihat teknologi jam tangan sepuluh tahun mendatang?
I: Teknologi selalu bergerak cepat. Saya membayangkan sepuluh tahun lagi kita sudah bisa membuat jam tangan yang bisa dipergunakan di luar angkasa.

KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Kikuo Ibe, desainer jam tangan G-Shock, saat ditemui di tengah acara di Jakarta, Kamis (7/12). Ibe mendesain G-Shock pada tahun 1983 setelah melalui dua tahun percobaan dan 200 purwarupa.

K: Akankah kita melihat G-Shock bisa merilis produk tanpa menggunakan resin yang selama ini menjadi ciri khasnya?
I: Resin digunakan karena menjadi material yang paling aman bagi manusia. Saya rasa bahan ini akan tetap digunakan di masa mendatang.

K: Selain ponsel pintar, ada pula fenomena jam tangan pintar (smartwatch). Bagaimana pendapat Anda mengenai itu?
I: Hingga kini merek G-Shock tidak memiliki produk jam tangan pintar, tetapi Casio punya. Menurut saya, jam tangan tersebut masih belum bisa menggantikan karena salah satu isu, seperti daya tahan baterai yang terbatas.

K: Adakah pengalaman mendesain yang terkait dengan Indonesia?
I: Saat ini memang belum ada desain yang dipengaruhi secara langsung oleh kebudayaan di Indonesia. Namun, setiap saya datang dan bertemu dengan kawula muda, saya seperti mendapatkan banyak energi dan pulang ke Jepang dengan penuh semangat.

K: Adakah pesan yang ingin Ibe sampaikan dengan produk G-Shock ini?
I: Apabila mengetahui kisah pengembangan jam tangan G-Shock, pesan yang selalu saya sampaikan adalah untuk tidak pernah menyerah dalam kondisi apa pun.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Sumber: Kompas, 11 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Agus Purwanto: Sains Bukan Milik Barat
Teuku Jacob Sang Maestro Paleoantropologi
Mewujudkan Kemandirian Industri di Bidang Kesehatan
Bersatulah, Indonesia Sudah Darurat Korona
Buat Internet Lebih Aman bagi Anak
Mengingat Kembali Teori “Inovasi yang Mengganggu”
Belajar Bertransformasi dari L’Oreal
Pilih Muda atau Tua?
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 20 Juli 2021 - 16:06 WIB

Agus Purwanto: Sains Bukan Milik Barat

Senin, 19 April 2021 - 17:09 WIB

Teuku Jacob Sang Maestro Paleoantropologi

Kamis, 2 Juli 2020 - 15:35 WIB

Mewujudkan Kemandirian Industri di Bidang Kesehatan

Rabu, 15 April 2020 - 12:15 WIB

Bersatulah, Indonesia Sudah Darurat Korona

Jumat, 13 Maret 2020 - 12:01 WIB

Buat Internet Lebih Aman bagi Anak

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB