LEBIH dari satu dekade ZTE Corporation bermitra dengan sejumlah operator seluler di Indonesia. Perusahaan yang bermarkas di Shenzhen, China, itu mengawalinya dengan menyediakan perangkat jaringan bagi operator seluler. Selanjutnya, ZTE Corp menyediakan telepon seluler pesanan operator.
Operator CDMA di Indonesia jadi pemesan telepon buatan ZTE Corp. Beberapa diberi merek dagang sesuai pesanan operator, bukan merek yang dipakai ZTE untuk sejumlah produknya.
Bagi ZTE, pelayanan pada operator akan menjadi bisnis inti. Salah satu dari lima besar produsen telepon seluler global itu menyiapkan produk yang dibuat sesuai pesanan operator.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen akhir, pelanggan individu, tetap mendapat perhatian. Dengan itu, ZTE menjual lebih dari 40 juta ponsel tahun 2013 dengan produk andalan seri Grand dan Nubia.
Kedua produk itu diandalkan ZTE untuk merangsek ke pasar terbuka, bukan penjualan lewat operator seperti dilakukan ZTE selama ini. ”Kami menargetkan akan masuk tiga besar global,” ujar Senior Vice President ZTE Corp Zhang Renjun dalam wawancara di Hongkong, pertengahan Januari 2014.
Berikut petikan wawancara dengan Zhang yang bergabung dengan ZTE sejak tahun 1992:
Bagaimana soal Indonesia?
ZTE lama di Indonesia, salah satu pasar menarik di Asia. Kami bermitra dengan operator untuk penyediaan perangkat jaringan dan telepon seluler.
Pasar Indonesia masih terbuka lebar dan terus berkembang. Populasi pelanggan seluler di Indonesia lebih besar daripada jumlah penduduknya (Zhang menunjukkan survei yang menyebut, jumlah pelanggan seluler di Indonesia lebih banyak 100 juta orang dibandingkan jumlah penduduk). Hampir separuh pengguna muda yang sangat antusias dengan perkembangan teknologi seluler.
Apakah bisnis seluler Indonesia demikian cerah?
Saat ini ada beberapa tantangan di Indonesia. Bisnis CDMA (mitra utama divisi ponsel ZTE di Indonesia) tidak cerah. Operator CDMA di Indonesia akan meninggalkan teknologi itu. Pengembangannya sudah sulit dan operator sudah kekurangan dana untuk menyubsidi pelanggan. Selama ini ponsel CDMA kerap ada subsidi dari operator. Padahal, pendapatan bisnis CDMA terus menurun.
Adakah solusi untuk itu?
ZTE memandang pilihan paling rasional untuk operator CDMA yang ingin terus bertahan adalah beralih ke 4G. Sulit bagi mereka berpindah ke jaringan GSM 2G dan 3G. Jaringan 2G sudah ditinggalkan dan tak efisien. Berpindah ke GSM 2G dan 3G sama dengan mengganti semua infrastruktur. Butuh investasi besar untuk itu.
Mengapa operator tidak mengambil pilihan itu?
Kami menyimak beberapa operator di Indonesia menyatakan minat ikut lelang frekuensi 4G. Untuk mobile, belum tahu kapan ada lelang frekuensinya. Untuk data, sudah ada yang memanfaatkannya di Indonesia. Sudah ada operator di Indonesia memanfaatkan produk ZTE untuk jaringan data 4G.
Bagaimana pasar global?
ZTE menargetkan menjadi tiga besar global dalam beberapa tahun ini. Tahun 2014, kami menargetkan penjualan 60 juta ponsel. China dan AS masih pasar terbesar karena di sana 4G sudah dikomersialkan.
Kami tetap mengembangkan pasar-pasar lain. Di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain, kami sedang menjajaki kerja sama lebih erat dengan mitra distribusi untuk Grand dan Nubia serta ponsel-ponsel ZTE.
Kami mempertimbangkan membuka jaringan distribusi sendiri. Gerai itu tak hanya akan menjadi etalase produk-produk kami. Gerai itu sekaligus menjadi salah satu sarana komunikasi dengan konsumen. Penting sekali memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
Cara mencapai target itu?
Untuk dorong kinerja dan konsentrasi, kami buat tiga lini bisnis: infrastruktur, handset, dan solutions. Sebelumnya semua dalam satu lini. Ke depan, bisnis infrastruktur akan fokus pada penyediaan perangkat jaringan yang dibutuhkan operator. Lini solutions membantu operator mendapatkan dan memanfaatkan produk ZTE sesuai kebutuhan mereka. Sejak dulu, produk yang dibuat sesuai pesanan operator adalah bisnis ZTE.
Untuk lini handset, kami akan fokus pada pasar terbuka. Kami tetap memperhatikan penjualan yang bekerja sama dengan operator. Tetapi, juga akan meningkatkan penjualan lewat jaringan distribusi di luar operator.
Produk ZTE mendukung?
Dalam perkembangan tren teknologi komunikasi dewasa ini, percepatan pertumbuhan ponsel cerdas mendapat prioritas. ZTE menyimak dan mengikuti itu antara lain dengan berkomitmen mengalokasikan rata-rata 10 persen pendapatan tahunan bagi divisi riset. Divisi itu secara berkesinambungan menghasilkan inovasi produk yang menjadi jalan penguasaan pasar. (Kris Razianto Mada)
Sumber: Kompas, 3 Februari 2014