“Turn Back Crime”, Citra Polisi, dan Penyalahgunaan

- Editor

Kamis, 26 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada awalnya, “Turn Back Crime” adalah slogan Interpol. Dalam situs resmi Interpol dijelaskan, “Turn Back Crime” adalah kampanye di seluruh dunia tentang bahaya kejahatan terorganisasi dan berbagai dampaknya.

Inti kampanye “Turn Back Crime” adalah bagaimana supaya masyarakat aman dari berbagai bentuk kejahatan dan bagaimana individu, korporasi, serta pemerintah bersama-sama melawan kejahatan.

Di Indonesia, kampanye “Turn Back Crime” secara tak sengaja jadi sangat sukses pasca-serangan teroris di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Februari 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam peristiwa yang mendapatkan perhatian luas dari seluruh dunia itu, masyarakat menyaksikan aksi sejumlah polisi ganteng dan gagah yang mengenakan kaus warna biru tua bertuliskan “Turn Back Crime” di layar televisi ataupun foto-foto di koran dan laman berita.

Sejak peristiwa itu, kaus biru tua bertuliskan “Turn Back Crime” makin populer. Kaus itu dipadukan dengan celana kargo dan sepatu kets, jadilah gaya berpakaian yang identik dengan polisi keren.

Mudah diduga, kaus “Turn Back Crime” pun langsung mudah ditemukan dijual di lapak-lapak pedagang kaki lima sampai mal-mal mewah.

Bahkan, Interpol dikabarkan penasaran dengan kesuksesan kampanye “Turn Back Crime” di Indonesia sampai mereka ingin belajar dari Polri.

Polisi gadungan
Mudah diduga pula, makin populernya kaus “Turn Back Crime” belakangan juga dimanfaatkan sebagian orang untuk menjadi polisi gadungan.

dok-istDikutip dari situs Kompas.com, 20 Mei lalu, polisi mengamankan seorang pria yang mengenakan kaus “Turn Back Crime” karena melakukan perusakan metromini di depan Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.

Ada lagi kasus penipuan dengan korban belasan perempuan di Kalibata, Jakarta Selatan, April lalu. Mereka tertipu oleh pelaku yang mengaku anggota Polri dan memakai kaus “Turn Back Crime”.

Ada lagi sejumlah kejahatan di sejumlah daerah yang pelakunya menyaru sebagai polisi dengan kaus itu. Popularitas kaus ini pun memancing Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti ikut berkomentar.

Ditemui seusai rapat di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (24/5/2016), Badrodin membantah adanya surat edaran Kapolri bahwa masyarakat yang memakai kaus “Turn Back Crime” bisa dijerat pidana.

“Saya sampaikan, ‘Turn Back Crime’ bukan seragam polisi, bukan seragam Interpol. Itu hanya moto dari Interpol. Siapa saja boleh pakai biarpun ada tulisan ‘polisi’ atau ‘police’,” kata Badrodin.

Menurut dia, popularitas baju dan atribut lain bertuliskan “Turn Back Crime” itu justru positif karena akan mengingatkan orang bahwa kejahatan harus dicegah dan ditanggulangi bersama.

Badrodin melanjutkan, untuk menghindari penyalahgunaan atribut itu oleh polisi gadungan, ia mengimbau masyarakat agar menanyakan surat tugas resmi kepada setiap orang yang mengaku sebagai polisi. Menurut dia, polisi sungguhan selalu membawa surat tugas.

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengutarakan, pakaian polisi yang mirip pakaian masyarakat akan memunculkan rasa nyaman dari masyarakat sebab atribut resmi polisi menyebabkan masyarakat merasa berjarak dengan polisi.(Wisnu Aji Dewabrata)

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 26 Mei 2016, di halaman 26 dengan judul “”Turn Back Crime”, Citra Polisi, dan Penyalahgunaan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB