Tim Gabungan Mencari Jejak Iklim

- Editor

Kamis, 21 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setidaknya 40 peneliti dari sejumlah negara bersiap mencari jejak iklim dari lapisan sedimen Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sedimen danau yang berusia sekitar sejuta tahun itu diyakini mengandung rekam jejak sejarah iklim.

“Danau ini besar, sangat tua, dan berada di kawasan penting dalam isu iklim dunia,” kata James Russell dari Department of Earth, Environmental, and Planetary Sciences Brown University, Amerika Serikat, melalui surat elektroniknya, pekan lalu. Tujuan pengeboran sedimen Towuti untuk merekonstruksi perubahan iklim yang terekam pada sedimen.

Tim ingin mengetahui variasi siklus hidrologi pada sumber penguapan air terbesar di dunia dengan menelusuri sejarah. “Terutama pada periode perubahan iklim global,” ujar Russell, yang juga anggota Institute at Brown for Environment and Society.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengetahui perubahan iklim pada masa lalu merupakan umpan balik penting memprediksi perubahan iklim.

Indonesia berada pada kolam panas laut yang mengendalikan fenomena El Nino yang memengaruhi tingkat kekeringan di berbagai belahan dunia. Kolam panas itu juga menyumbang uap air ke atmosfer. Uap air berperan dalam sistem iklim dan Indonesia dinilai memegang peranan penting mengatur suhu global.

Pemimpin tim dari Indonesia, Satria Bijaksana, dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung, yang dihubungi terpisah, Rabu (20/5), menyatakan, Towuti memenuhi tiga syarat penelitian dengan pengeboran: lapisan batuan berlapis teratur, usia sedimen bisa lebih dari satu juta tahun, dan sistemnya tertutup.

Aktivitas Lake Towuti Drilling Project disiapkan 3 tahun. Situs itu masuk daftar prioritas pengeboran sejak 20 tahun lalu. “Danau ini besar, sangat tua, dan ada di wilayah penting bagi iklim dunia,” kata Russell. Peneliti yang terlibat dari 10 negara.

Hingga dasar danau
Russell menjelaskan, pengeboran akan dilakukan hingga ke lapisan batuan dasar danau (bed rock) sekitar 1.000 kaki (sekitar 300 meter). Diharapkan memberi data 1 juta tahun atau lebih.

Penelitian 2010, pengeboran dilakukan sedalam 30 kaki (sekitar 10 meter). Saat itu ditemukan jejak sekitar 60.000 tahun hujan. Dari sana diketahui, pada Zaman Es terakhir-saat belahan bumi utara diselimuti es-Indonesia kekeringan. Curah hujan periode itu berkurang 50 persen.

“Namun, zaman es terjadi berkali-kali yang berlangsung sekitar satu juta tahun terakhir. Kami ingin mengetahui apakah temuan waktu itu bisa diperluas. Ketika bumi menjadi panas atau dingin, apakah Indonesia secara konsisten menjadi lebih basah atau lebih kering?” ujar Russell.

Menurut Satria, selain penelitian terkait jejak iklim, juga dilakukan penelitian tentang lingkungan purba. (ISW)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Mei 2015, di halaman 14 dengan judul “Tim Gabungan Mencari Jejak Iklim”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB