Supernova 1987A; Mengulang Penyebaran Besi di Alam Semesta

- Editor

Kamis, 31 Desember 1987

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Malam tanggal 23 Februari 1987 berawal sebagaimana malam-malam lainnya. Tinggi di Pegunungan Andes di Chile utara, para astronom menyiapkan pengamatan yang telah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya. Sedikit pun mereka tidak menyadari, bahwa malam itu,bukan malam biasa.

Ian Shelton, asisten peneliti Universitas Toronto yang bekerja pada stasiun universitas Kanada di Las Campanas, selewat pukul 9 mulai memotret galaksi Awan Magellan Besar dengan teleskop astrograf bergaris tengah 25 cm. Awan Magellan Besar atau LMC dan pengiringnya, Awan Magellan Kecil, merupakan galaksi-galaksi satelit Bima Sakti, galaksi tempat Matahari kita berada dan merupakan galaksi tetangga yang yang paling dekat .

Ketika ia mengembangkan plat fotografik, tutur Richard Talcott dalam Astronomy (6/87), ada sesuatu yang istimewa dan mencolok di atas platnya. Sesuatu yang tidak diharapkannya, yakni sebuah bintang berukuran kecerlangan (atau dalam terminologi astronomi disebut bermagnitudo) lima. Bintang itu ada di dalam Awan, LMC, pada tempat yang sebelumnya tak ada apa-apanya. Adanya kenyataan bahwa pada jarak sejauh 170.000 tahun cahaya dari Bumi obyek itu masih kelihatan terang member kesimpulan: obyek itu pastilah amat cemerlang. Setelah mempertimbangkan semua kemungkinan, Shelton sadar bahwa obyek itu adalah sebuah Supernova.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Supernova adalah bintang meledak, menandai tahapan akhir kehidupan beberapa bintang. Ketika inti bintang itu tak lagi mampu menahan tindihan material yang ada di atasnya , inti tersebut ringsek memampat hebat dan bintang pun meledak. Energi yang dibebaskan dari ledakan supernova demikian besar, hingga selama beberapa pekan, supernova itu bersinar sangat terang, melebihi terang galaksi tempat ia berada

Para astronom setiap tahunnya menemukan 20 sampai 25 supernova dan sejauh ini sudah mengamati lebih dari 600. Namun seba gian besar dari supernova itu berlangsung di luar galaksi Bima Sakti. Supernova terakhir yang teramati di galaksi Bima Sakti adalah supernova Kepler di tahun 1604, lima tahun sebelum Galileo mengarahkan teleskop primitifnya ke langit.

Selain Sheldon, orang lain yang menyaksikan supernova itu pada saat yang kurang lebih bersamaan adalah operator teleskop Las Campanas, Oscar Duhalde yang melihatnya secara visual, dan astronom amatir dari Selandia Baru, Albertt Jones.

Setelah berita penemuan Supernova 1987A dikirim ke Biro Pusat Telegram Astronomi IAU (International Astronomical Union), keesokan malamnya semua observatorium besar di belahan bumi selatan bersiaga untuk mengamati supernova itu lebih lanjut. Para astronom di Chile, Afrika Selatan, Australia dan Selandia Baru seolah berebut mengarahkan teleskopnya ke satu titik di dekat Awan Tarantula, seolah tak ingin ketinggalan mendapatkan penemuan pertama yang mungkin diperoleh dari peristiwa alam alam yang amat dahsyat itu.

Berikut ini dikemukakan segi yang amat penting dari peristiwa itu, terutama yang berkaitan dengan upaya ilmuwan dalam lebih memahami perkembangan alam semesta.

Neutrino dan unsur berat
Supernova 1987A menyemburkan partikel subatomik amat kecil yang dikenal sebagai neutrino. Semburan ini ditangkap oleh instrumen bawah tanah di Jepang dan AS, lima jam sebelum Shelton melihat cahaya nyata supernova itu. Matahari dan bintang lain juga memancarkan neutrino dengan pancaran tetap, tetapi besarnya jauh lebih kecil dibandingkan yang dipancarkan supernova.

Tetapi yang lebih penting lagi adalah ditemukannya penegasan atas teori yang sudah sejak lama dianut, bahwa unsur-unsur berat di alam semesta dihasilkan oleh ledakan supernova .

”Bumi menjadi seperti sekarang ini karena ia terbentuk dari material yang ditembakkan supernova-supernova zaman dulu,” ujar ahli fisika bintang (astrofisika) Tom Prince dari Institut Teknologi California kepada wartawan kantor berita AP, Lee Siegel. ”Apa saja yang ada di sekeliling kita, seperti besi di mobil Anda, semua dilempar dari supernova.”

”Kita tak akan punya kehidupan yang kini kita kenal tanpa produksi unsur-unsur berat (seperti nikel, kobal dan besi) pada supernova,” ujar ahli astrofisika Gerald Share dari Laboratorium Riset AL AS.

Selama ini, para ahli meyakini, bahwa alam semesta yang baru lahir sebagian besar hanya terdiri dari urisur-unsur yang paling ringan dan paling sederhana, yaitu hidrogen dan helium, yang kemudian dalam kondisi suhu dan tekanan amat tinggi bergabung di dalam inti bintang membentuk karbon, nitrogen, oksigen dan unsur-unsur lain, yang merupakan semuai persyaratan dasar bagi organisme hidup.

photo_2016-06-12_06-04-07Selama sedikitnya 20 tahun, para ilmuwan berteori bahwa hanya supernova-lah tungku yang cukup panas untuk berlangsungnya fusi termonuklir unsur-unsur ringan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih berat, yaitu unsur yang punya 26 atau lebih proton di dalam intinya, atau mulai dari besi terus ke atas dalam Daftar Unsur Berkala.

Sinar gamma
Penemuan sinar gamma dari sebuah super nova yang dihasilkan dari fusi unsur-unsur ringan tersebut menegaskan teori itu. Penemuan bahwa Supernova 1987A memancarkan sinar gamma, serupa dengan radiasi yang dipakai menyembuhkan pasien kanker, diungkapkan oleh tim ilmuwan NASA yang dibentuk khusus untuk_menyelidiki Supernova 1987A.

Sinar gamma, yang dideteksi oleh instrumen yang ada di dalam satelit dan dua balon dipancarkan ketika kobalt-56 yang radioaktif dalam Supernova 1987A berubah menjadi besi.

Konfirmasi, ini sebutan yang paling tepat bila orang mengaitkan deteksi sinar gamma Supernova 1987A dengan apa yang dilaporkan dalam jurnal Science buIan silam tentang asal-usul material di alam. Tertulis dalam laporan itu, “deteksi sinar gamma akan meyakinkan keyakinan lama bahwa semua besi di alam semesta, semua unsur berat di alam semesta dan juga semua materi di Bumi sendiri merupakan produk supernova “zaman silam”.

Supernova 1987A, yang tidak lain merupakan bintang berkode Sanduleak-69.202, sudah berlangsung 160.000 tahun silam. Tetapi ”berita” tentang kejadian itu baru saja diterima Februari lalu. Namun itu tidak mengurangi nilai peristiwa yang memberi amat banyak bagi kemajuan pemahaman manusia atas alam yang didiaminya.

Sumber: Kompas, 31 Desember 1987

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB