Sudah Dipimpin Delapan Rektor, Hasilkan 23 Profesor

- Editor

Minggu, 12 Agustus 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengenang Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang di HUT Emas

TANGGAL 1 September 2012 nanti, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang genap berusia 50 tahun. Di rentang usia emasnya, Undana telah mengukir karya-karya monumental di bidang pendidikan. Apa saja?

LONGGINUS ULAN, Kupang

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SAAT ini berbagai kegiatan terus digelar dalam rangka menyambut HUT emas kampus ini. Banyak alumni yang tersebar di berbagai daerah melakukan pertemuan-pertemuan. Sabtu (28/9) malam bertempat di Aula El Tari Kupang dilaksanakan Konser Mahakarya HUT Emas Undana bertajuk ‘Undana Membangun Bangsa. Nukilan perjalanan Undana dari masa ke masa Undana dipentaskan.

Sebuah kebanggaan bagi Undana adalah pimpinan daerah Nusa Tenggara Timur yakni Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur NTT, Esthon Foenay adalah alumni Undana.
Rektor Undana, Frans Umbu Datta dalam sambutan-sambutannya selalu mengingatkan agar ulang tahun emas ini tidak dimaknai sekadar acara seremonial belaka. Namun, harus direfleksikan untuk ke depan Undana menjadi lebih baik lagi.

“Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan bentuk ucapan syukur kepada Tuhan atas karya-karya yang dilaksanakan selama ini. Tanpa campur tangan Tuhan maka tentunya, perjalanan Undana tidak seperti yang sekarang ini,” ujarnya sesaat sebelum dilaksanakan Konser Mahakarya Undana yang menghadirkan penyanyi pop nasional Andre Hehanusa, Sabtu (28/7) lalu.

Undana, jelas Umbu Datta sejak berdiri tahun 1962, sudah dinahkodai delapan orang rektor. Para Rektor itu adalah, Mohamad Salim, SH (1962-1967), Letkol El Tari (1967-1968), Prof. Mr. Soetan Mohamad Sjah (1968-1976), Drs. Urias Bait (1976-1977), Prof Frans E. Likadja, SH (1978-1987), Prof.Dr. Mozes R.Toelihere,MSc (1988-1992 dan 1992-1996), Prof Dr.Agustinus Benu,MS (1996-2000 dan 2001-2005), dan kini dipimpin Prof. Frans Umbu Datta M.App.Sc, Ph.D (2005 sampai sekarang).

Pada tahap awal berdirnya Undana 50 tahun silam, kata Rektor Umbu Datta, ada 271 mahasiswa dengan hanya dua fakultas, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Ketataniagaan dengan hanya 21 orang tenaga dosen.

Rektor Undana, Frans Umbu Datta yang didampingi Humas Undana, David Sir kepada wartawan Timor Express mengisahkan, ia masuk ke Undana tahun 1981 dengan memilih Fakultas Peternakan (Fapet). Kondisi Fapet Undana saat itu yang berlokasi di kampus Undana lama, jalan Soeharto, Naikoten jauh berbeda dengan kondisi saat ini.

“Saat itu ruang kuliah hanya dua buah dengan jumlah mahasiswa Fapet angkatan kami yakni lima puluh orang. Tempat praktek kami gunakan sebuah kandang ayam di samping kampus,” kisah Frans Umbu Datta.

Salah satu hal yang membuat Umbu Datta terkesan kala itu adalah dosen-dosennya digaji dengan nilai Rp 50.000 per bulan.
“Dedikasi para dosen saat itu sangat tinggi. Walau kondisi fasilitas minim dan serba terbatas namun mereka adalah dosen-dosen yang memiliki dedikasi tinggi kepada kami mahasiswa angkatan itu,” ceritanya.

Beberapa dosen yang dianggap Umbu Datta memiliki dedikasi tinggi yaitu, Prof. Munthe Ginting, Ch Hattu, FH Lawalu, Umbu Saranum dan lain-lain.
“Para dosen saat itu tidak orientasi cari uang. Kalau berorientasi hanya mau mencari uang maka saya kira Undana tidak sampai seperti sekarang ini. Namun, mereka memiliki dedikasi yang sangat tinggi. Ini, tentunya menjadi pembelajaran emas untuk semua kita di HUT ke-50 ini,” ujarnya.

Lebih jauh tentang dosen, Umbu Datta memaparkan bahwa dedikasi seorang dosen harus menjadi nomor satu. “Dedikasi mengandung nilai-nilai pengabdian. Dosen itu seorang guru sehingga ia harus menjadi guru bagi orang lain,” jelas Umbu Datta.

Saat akhir 2011 ini, jelasnya, Undana telah memiliki 904 orang dosen dengan komposisi profesor 23 orang, doktor 46 orang serta yang lainnya dosen S2. “Mari kita terus bekerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas untuk menata Undana lebih baik ke depan,” pesan rektor Undana dua periode ini.

Memeriahkan HUT ke-50 Undana tanggal 1 September 2012 ini, banyak diisi dengan berbagai kegiatan. Misalnya jalan sehat, konser mahakarya yang menghadirkan Andre Hehanusa dan paduan suara mahasiswa Undana, Bella Cantare, Ibadah pembukaan perayaan 50 tahun, Undana bersaksi (28 Juli 2012 di Gereja GMIT Maranatha Oebufu pukul 09.oo Wita), Donor darah dan pengobatan gratis, (23-30 Agustus 2012), Pameran ekspedisi 50 tahun Undana (23-31 Agustus 2012), Alumni Gathering dan Alumni Award (29 Agustus 2012 di kampus Undana Penfui pada pukul 19.oo Wita), Malam renungan, Undana refleksi dan proyeksi (30 Agustus 2012 pukul 18.oo), Gala Night dalam bentuk pemutaran film dokumenter ekspedisi 50 tahun Undana pukul 17.oo Wita di kampus Undana Penfui, dan Seminar Internasional tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap produksi pangan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia Timur (28-29 September 2012) di gedung rektorat Undana Penfui.

Puncak perayaan HUT emas 1 September nanti ditandai dengan wisuda magister/sarjana Undana.

Sumber: Timor Express, 30 Juli 2012
—————–
Undana Harus jadi Produsen Ilmu, bukan Konsumen Ilmu

PENGALAMAN adalah guru terbaik. Demikian ungkapan sebuah pameo klasik. Betapa tidak? Perjalanan panjang Undana sampai rentang waktu lima puluh tahun menyisakan kisah dan cerita yang tercecer. Mumpung, masih ada para pelaku sejarah yang masih hidup.

LONGGINUS ULAN, Kupang

SALAH satu perintis berdirinya Universitas Nusa Cendana Kupang yang saat ini masih hidup adalah Drs. Urias Bait, Rektor Undana periode 1976-1977. Saat ditemui di rumahnya yang terletak di belakang kampus Undana lama, Kelurahan Naikoten, pria berusia 85 tahun ini nampak masih bersemangat, walau jalannya sudah tertatih-tatih.

Diajak bercerita, tutur katanya terdengar masih jelas, runtun dan lancar. Urias yang adalah rektor keempat Undana, setelah Mohamad Salim, SH (1962-1967), Letkol El Tari (1967-1968), Prof. Mr. Soetan Mohamad Sjah (1968-1976), mengaku menjadi dosen sejak Undana berdiri tahun 1962 silam.

Di tahun awal itu, katanya, hanya ada dua fakultas yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Ketataniagaan dengan jumlah dosen sekitar 21 orang, sementara jumlah mahasiswa saat itu 271 orang. Waktu terus bergulir, jelasnya Undana mulai membuka fakultas peternakan dan hukum.

Pada tahun 1976 oleh senat ia dipilih menjadi rektor Undana menggantikan Prof. Mr. Soetan Mohamad Sjah. Saat menjabat rektor, ada kisah yang tidak pernah ia lupakan dan sangat berkesan.

“Saat itu saya dituding ‘memiliki lingkungan yang tidak bersih’. Istri saya dituding ada hubungan dengan Gestapu. Lalu, apa yang saya buat, walau tidak benar tudingan itu, saya harus serahkan jabatan rektor. Saya berprinsip saat itu, kalau memang tidak pantas maka berikan saja kepada orang yang pantas,” ujar Urias Bait.

Lalu, Prof Frans E. Likadja, SH pun menggantikan rektor Urias. Dikatakan Urias, saat ini ia melihat undana sudah berkembang pesat. “Puji Tuhan karena Undana saat ini sudah berkembang sangat pesat. Dan, tugas Undana ke depan adalah mendidik manusia-manusia agar takut akan Tuhan selain dibekali dengan ilmu dan pengetahuan. Undana harus mendunia,” kata Urias yang pernah belajar ilmu budaya di Universitas Honolulu, AS ini.

Kepada para dosen, Urias berharap agar tetap mengedepankan semangat pengabidan di Undana. Pengabdian bagi seorang dosen, menurut Urias sangat penting karena kalau tidak ada semangat pengabdian maka apa jadinya Undana dan anak-anak didik.

“Didiklah generasi-generasi agar takut akan Tuhan, supaya Undana tetap berjaya dan mendunia,” ujar Urias bersemangat. Urias mengaku sejak mengabdikan diri sebagai dosen di Undana tahun 1963 ia dipercayakan banyak jabatan seperti ketua jurusan, dekan, pembantu rektor sampai dipercaya menjadi rektor.

Salah satu dosen generasi pertama Undana adalah Herman Tiluata. Mantan dekan beberapa fakultas dan pembantu rektor ini saat ditemui di kediamannya di belakang Undana lama, kemarin, mengatakan, ia adalah alumni Undana pertama yang kemudian memilih untuk menjadi dosen di Undana.

“Jadi alumni Undana yang memilih untuk menjadi dosen Undana adalah saya saat itu. Banyak teman saya yang masuk ke birokrasi. Waktu saya memilih untuk mengajar di Undana. Saat-saat awal merupakan saat yang paling sulit. “Keterbatasan fasilitas dan gaji minim merupakan hal yang biasa. Tokh kami tetap mengabdikan diri,” ujar Herman Tiluata yang sudah berumur 78 tahun ini.

Saat ditemui Timor Express, pria berdarah Ambon ini, lebih banyak mengkritisi visi wawasan global Undana. Menurutnya, perguruan tinggi yang berwawasan global harus memiliki kerjasama dengan luar negeri seperti pertukran dosen, mahasiswa dan penelitian dengan universitas-universitas luar negeri. Kalau tidak ini maka jangan berteriak internasional. Harus ada pertukaran dengan luar negeri baru kita bilang ada universitas global.

Namun, dari tahun ke tahun tetap sama maka mau bilang global bagaimana? Harus ada bukti global itu,” tandas Tiluata. Undana walau sudah lima puluh tahun namun, menurut Tiluata hanya sekadar menghasilkan sarjana secara kuantitas dalam sebuah rutinitas biasa, namun kualitaslah yang perlu digenjot.

Sementara itu, Bastian Tobe mantan Dekan FISIP Undana yang pensiun pada tahun 2004 lalu kepada Timor Express melihat bahwa Undana saat ini sudah semakin maju dan berkembang. Persoalannya, adalah ke depan, Undana harus bisa menjadi produsen ilmu pengetahuan bukan konsumen ilmu.

“Artinya Undana harus menghasilkan ilmuwan-ilmuwan dan penemu-penemu sehingga ilmu bukan kita transfer dari luar melainkan ilmu itu harus bisa diproduksi sendiri,” harapnya. Dijelaskannya, mantan Gubernur NTT El Tari, kalau ke Jawa selalu mengajak Bastian Tobe dan teman-temannya untuk kembali ke daerah.

Maka, Bastian pun kembali ke Undana untuk menjadi dosen. “Kami yang kuliah di Jawa selalu diminta Pak Gubernur El Tari untuk pulang mengabadi di daerah sendiri. Maka saya dan beberapa teman seperti Pak Agoha dan Pak Tapatab pun kembali ke Kupang untuk mengabdi.

Saat itu saya memilih untuk menjadi dosen. Pesan saya, adalah Undana harus bisa memproduksi ilmu pengetahuan. “Bila perlu ada yang mendapat nobel dalam bidang ilmu pengetahuan,” pungkasnya.

Gerbang Kampus Undana di kawasan Penfui, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Sumber: Timor Express, 31 Juli 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 18 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB