Siklus Hidup Nyamuk Makin Pendek

- Editor

Rabu, 17 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue dan chikungunya kian pendek menyusul perubahan iklim yang terjadi secara global. Hal itu mengakibatkan pertambahan populasi nyamuk bisa terjadi lebih cepat.


Menurut Kepala Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis Kementerian Kesehatan Lukman Hakim, Selasa (16/12), di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dulu siklus nyamuk mulai dari telur, larva, pupa, hingga nyamuk dewasa sekitar 10 hari. Sejumlah riset menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir, siklus itu jadi lebih pendek, 7-8 hari.

Selain itu, perubahan iklim global menyebabkan siklus perkembangan virus dalam tubuh nyamuk sebelum menular ke manusia kian pendek, dari seminggu jadi 3-4 hari. ”Hidup nyamuk dipengaruhi perubahan suhu. Seperti di Lembang, Jabar, yang dingin, dulu tak ditemukan nyamuk Aedes. Kini, kasus DBD di sana banyak muncul,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

imagesSiklus nyamuk dan virus yang hidup di dalam tubuhnya yang lebih pendek itu bisa menyebabkan penularan penyakit lebih cepat. Karena itu, intervensi di aspek preventif dan kuratif harus menyesuaikan hal itu.

Dulu banyak pemerintah daerah menggalakkan kegiatan ”Jumat bersih” setiap minggu yang kegiatannya antara lain pemberantasan sarang nyamuk. Dengan siklus nyamuk kian singkat, kegiatan itu harus dilakukan lima hari sekali. ”Kalau menunggu seminggu, nyamuk keburu terbang,” kata Lukman.

Peneliti di Loka Litbang P2B2 Ciamis Endang Puji Astuti menjelaskan, tak semua nyamuk mengalami siklus lebih pendek. Sebab, nyamuk di satu tempat punya karakteristik masing-masing. Selain perubahan iklim, pola penyakit vektor nyamuk dipengaruhi pembangunan daerah.

Makin padat satu daerah, populasi nyamuk kian tinggi. Contohnya, semula Pangandaran endemik malaria. Beberapa tahun terakhir, kasus malaria di daerah itu jauh berkurang seiring kian banyak permukiman. (ADH)

Sumber: Kompas, 17 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB