Seabad Sawit; Kelapa Sawit Sumbang Devisa Rp 122,7 Triliun

- Editor

Selasa, 29 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Komoditas kelapa sawit dan turunannya ternyata menyumbang devisa cukup besar. Pada 2010, komoditas ini menyumbang devisa 14,1 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 122,7 triliun.

Demikian disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joefly J Bahroeny saat membuka Pameran ”Seabad Komersialisasi Sawit di Indonesia” di Medan, Sumatera Utara, Senin (28/3). Kegiatan yang berlangsung sampai Rabu besok bertujuan memaparkan perkembangan kelapa sawit sejak benih tanaman hias dari Afrika Barat itu pertama kali dibudidayakan di Tanah Itam Ulu, Sumatera Utara, dan Sungai Liput, Aceh, tahun 1911.

”Istilahnya sampai kiamat pun akan ada protes sebab kelapa sawit tak tersaingi,” ujar Joefly.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia mencontohkan, isu lemak berbahaya dalam minyak goreng bisa dipatahkan oleh penelitian.

Kelapa sawit mampu menghasilkan sedikitnya 2,5 ton minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) per hektar per tahun dengan biaya produksi 300 dollar AS. Minyak kedelai, pesaing utama CPO, hanya menghasilkan 1 ton minyak per hektar per tahun dengan biaya 500 dollar AS. Indonesia memproduksi 21,6 juta ton CPO dari lahan seluas 7,9 juta hektar dan mengekspor 15,5 juta ton di antaranya pada 2010.

Gapki berharap, pemerintah terus mendukung kelapa sawit nasional. ”Kami sudah bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan beliau mendukung kami. Kami juga menghormati perjanjian Indonesia dengan Norwegia tentang moratorium hutan. Dulu 400.000 hektar lahan bisa dibuka per tahun. Sekarang pelaku usaha masih wait and see (menanti),” ujar Joefly.

Pada saat yang sama, aktivis dari sedikitnya 35 organisasi non-pemerintah juga menggelar konferensi tandingan di Medan. Mereka mendesak pemerintah menghentikan ekspansi perkebunan kelapa sawit yang merusak lingkungan dan menerapkan praktik upah buruh murah.

Menurut aktivis Kelompok Pelita Sejahtera, Manginar Situmorang, sedikitnya 80.000 buruh harian lepas di Sumut berupah antara Rp 29.000 dan Rp 31.500 per hari. (mhf/wsi/ham)

Sumber: Kompas, 29 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB