Pengangguran terdidik lulusan perguruan tinggi tidak cukup diatasi dengan memenuhi standar kemampuan yang selaras antara dunia pendidikan dan industri. Perguruan tinggi juga dituntut untuk mendorong para mahasiswa agar lebih mandiri melalui pendidikan kewirausahaan.
Antonius Tanan, praktisi Pendidikan Kewirausahaan dan Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center, Jumat (30/1) di Jakarta, mengatakan, pengangguran muda terdidik muncul akibat adanya kesenjangan antara kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi dan dunia usaha. Sebagian sarjana atau diploma tidak memenuhi kualitas yang dibutuhkan industri. Masalah ini bisa diatasi dengan menerapkan konsep employability atau kemampuan bekerja sebagai standar hasil pendidikan.
Employability skills bukan sekadar keterampilan memperoleh kerja, tetapi juga kemampuan mengembangkan diri di tempat kerja, memaksimalkan potensi, dan berkontribusi bagi keberhasilan perusahaan. Untuk itu, alumni dari pendidikan menengah ataupun pendidikan tinggi harus dibekali keterampilan dasar, bekerja sama, dan keterampilan mengelola diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Pendidikan kewirausahaan mestinya diperkenalkan sedini mungkin untuk membuat generasi muda Indonesia kreatif dan inovatif sehingga bisa membuka peluang kerja bagi dirinya dan orang lain,” ujar Antonius. Semua kemampuan itu hanya bisa diberikan oleh pendidik yang bagus dalam teori dan praktik sekaligus.
Menurut Moch Munir dari Pengembangan Program dan Kerja Sama Dewan Pendidikan Tinggi, dominasi perguruan tinggi akademik di jenjang S-1 yang belum disertai standar pendidikan tinggi yang baik cenderung menghasilkan lulusan yang tidak memenuhi tuntutan perusahaan penerima kerja. Sebagian lulusan pendidikan vokasi juga belum siap kerja.
”Pengembangan program-program studi di perguruan tinggi, baik akademik maupun vokasi, harus melihat potensi kerja di daerah,” ujarnya. (ELN)
Sumber: Kompas, 1 Februari 2015
Posted from WordPress for Android